Emi menutup pintu kamarnya dengan keras. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Wajahnya begitu merah, rambutnya acak-acakan. Mungkin, karena ia menggaruk-garuk kepalanya di sepanjang perjalanan pulang dari rumah Caca.
"Arggh!!"
Emosinya sudah diujung kepala. Mengetahui jika sahabatnya ada hubungan spesial dengan Ari membuatnya seperti orang gila. Walaupun belum ada kepastian hubungan kedua makhluk itu.
"Kenapa? Kenapa harus Caca? Apa tidak ada orang lain lagi?" tanya Emi entah pada siapa, "aku mencintainya, rasa ini untuknya, tapi kenapa rasanya dia bukan untukku."
Emi mengembuskan nafasnya dan mengambil nafasnya lagi, "ku kira kau menyuruhku menolak perjodohan itu karena kau tidak ingin aku dengan orang lain. Tapi ternyata, kau ingin aku agar tidak denganmu. Melainkan, kau ingin dia sahabatku, Caca."
Emi menarik tubuhnya agar tidak lengket dengan kasur. Sejenak, gadis itu duduk dan meredakan emosinya. Ia memandang ke arah jendela. Keinginannya untuk melihat Ari begitu besar membuatnya berjalan menuju jendela. Emi bisa melihat Ari sedang duduk di gazebo. Cowok itu sedang memetikkan gitar dan bernyanyi.
"Aku akan mendapatkanmu, Caca adalah hal mudah bagiku. Dia hanya seperti debu yang bisa hilang jika ku tiup." Kata Emi dengan senyuman sinisnya.
~·~
"Pagi tante."
Perkataan itu membuat Hana yang sedang menyiram tanaman sejenak menghentikan aktivitas itu. Wanita berusia 40 tahun itu mendongak untuk melihat siapa yang menyapanya pagi-pagi.
"Oh nak Emi." kata Hana sedikit terkejut, sebab beberapa hari setelah makan bersama, Emi tidak pernah datang ke rumahnya. Mungkin hanya tadi malam saat mengantarkan nasi pecel. "Masuk aja nak Emi."
Emi tersenyum lalu berjalan membuka pagar rumah tante Hana. Lalu ia berjalan mendekati Hana dan mencium tangan calon mertuanya itu.
"Ada apa nak Emi pagi-pagi ke sini?" tanya Hana yang penasaran dengan apa yang diinginkan oleh Emi. Sebab yang ia tahu, gadis berumur 16 tahun itu menolak perjodohan dengan putranya.
"Arinya udah berangkat atau belum tante?" tanya Emi balik. Pagi ini dia berencana berangkat sekolah bersama Ari. Dia sangat excited untuk mendekati Ari. Selangkah saja dia mundur, maka butuh 1000 langkah untuk maju.
"Barusan Ari berangkat. Emangnya kenapa?" tanya Hana.
Sedikit terlihat ekspresi kecewa terpampang di wajah Emi, rencana awalnya saja sudah gagal. Bagaimana dengan rencana selanjutnya?
"Owh, padahal mau ajak berangkat sekolah bareng." kata Emi, "yasudah kalau gitu tante, Emi berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
~·~
Gadis bertas putih itu berjalan dengan santai. Ia sama sekali tidak merasa bahwa ada sosok yang mengikutinya dari belakang. Sosok itu pun tak ada niatan untuk menyapa gadis bertas putih itu. Mendengar gadis itu bernyanyi sudah bisa membuat hatinya membaik. Karena perkataan Papanya kemarin, kalau calonnya menerima perjodohan itu membuat hatinya tidak baik.
Sudah jelas saat itu bahwa Emi telah menolak perjodohan yang dibuat oleh ke empat pihak. Ia benar mendengar dengan kedua telinganya. Walaupun dia juga sedikit membujuk Emi untuk menolak perjodohan itu. Caca juga pernah cerita bahwa dari awal Emi tidak ingin dijodohkan. Lalu kenapa Papanya bilang bahwa Emi menerima perjodohan itu?
"Aduh." ringis Atta saat tubuhnya menabrak sesuatu yang membuat keningnya sakit. Cowok itu mengelus keningnya yang sepertinya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau
Teen Fiction[Sudah Tamat] "Kenapa dia datang di saat semuanya sudah hilang?" Ditinggalkan lebih dari 2 tahun, membuat Caca tidak ingin jatuh cinta lagi. Rasa cintanya terhadap Atta pun sudah hilang. Dia tidak pernah tahu, apa alasan Atta meninggalkannya. Hal...