BAB 1

3K 262 137
                                    

"Yo, lo nyebelin. Rasanya gue pingin jambak lo," kataku sambil melihat wajah Leo yang mengejekku di sana.

Sekarang kami sedang video call. Sudah 30 menit kami video call. Aku hanya mendengarkan ejekan dari Leo. Dia sering menelponku malam-malam hanya untuk mengejekku.

"Jambak? Jambak aja kalau bisa," katanya sambil membuka topinya.

Astaga aku baru ingat.

"Lupa gue kalau lo botak," kataku membuat Leo tertawa.

"Lagian Ca, omongan gue kan bener, kalau lo itu punya kutu," katanya membuatku bingung.

Ha kutu? Perasaan tadi bahas rambut gue yang baru gue potong. Dasar Leo selalu cari bahan buat gue marah dan ketawa.

"Kutu? Perasaan gue gak punya kutu. Omongan lo itu Yo, selalu ngelantur kemana-mana. Cari bahan pembicaraan yang sedikit berfaedah gitu gak bisa kah?" tanyaku sambil memposisikan tubuhku menjadi bersandar dikepala ranjang.

"Kemarin gue liat ada kutu di baju lo. Asal lo tahu, bahan pembicaraan gue itu selalu berfaedah," katanya.

"Oh berfaedah ya, jadi apa faedahnya?" tanyaku.

"Faedahnya adalah gue bisa buat lo marah," katanya lalu mematikan video call saat aku ingin bertanya.

"Dasar si Leo selalu matiin di waktu gak tepat," omelku lalu membenarkan posisi tubuhku agar nyaman saat tidur.

~▪~

"Ca makasih ya 3 bulan ini lo mau ngajarin gue. Ya walaupun lo suka marah-marah kayak nenek sihir," kata Atta sambil sedikit tertawa.

"Apa lo bilang?" tanya Caca sambil membalikkan badannya untuk melihat Atta.

"Gak, tadi ada nenek sihir," jawab Atta menggoda Caca.

"Mana ada nenek sihir, lo nyindir ya?" tanya Caca sambil melihati pemandangan kota Surabaya dari rooftop disalah satu Mall.

"Gak cuma ngatain," jawab Atta.

Pandangan Atta melihati tubuh Caca dari belakang, "Ca kok lo tambah gendut ya?"

"ATTA," teriak Caca.

"Hehehe....bercanda," jawab Atta takut jika Caca marah.

Dia ingat kalau Caca sudah meneriakkan namanya, itu tandanya dia akan marah. Seperti dulu saat dia bilang 'lo cantik Ca'. Memang kalimat itu tidak salah, yang salah adalah Atta. Seharusnya dia tidak berkata seperti itu saat Caca sedang badmood. Walaupun kata itu untuk memuji Caca, tapi tetap saja gadis itu tidak suka.

Saat itu juga Atta mendapatkan cubitan kecil tapi sakit. Juga omelan Caca yang akan selalu terngiang di telinganya.

"Ta, sini deh," ajak Caca.

"Ngapain?" tanya Atta sambil berjalan mendekati Caca.

"Bagus ya pemandangannya," kata Caca saat Atta sudah di sampingnya.

"Gue tahu. Tapi menurut gue ada yang lebih bagus dan cantik dari pemandangan ini," kata Atta, pandangannya ke depan bukan ke Caca.

"Apa?" tanya Caca melihat ke arah Atta.

"Elo," jawab Atta sambil melihat ke arah Caca.

KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang