10

12.7K 1.8K 63
                                    

"Saya bukan tukang pukul. Sudah ayo jangan cerewet. Kita makan ditempat favoritku!" ajak Angga.

Resya mengkerucutkan bibirnya tapi ia tetap mengikuti langkah kaki Angga. Resya membuka mulutnya saat Angga menghentikan langkahnya didepan gerobak mie ayam "ini aku traktir kamu makan sepuasnya" ucap Angga membungkukkan tubuhnya dan mempersilahkan Resya duduk.

"Mang Deden pesanan saya seperti biasa" ucap Resya membuat Angga menggaruk kepalannya.

"kamu sering makan di tempat ini?" tanya Angga.

Resya menganggukkan kepalanya "Iya Den, Mbak Resya sering makan disini sama kedua adiknya" jelas mang Deden.

Angga tersenyum dan ia duduk dihadapan Resya "Kenapa saya nggak pernah ketemu kamu ya? Hehehe" kekeh Angga.

"Dulu gue sering ke sini tapi sekarang udah jarang" jelas Resya.

"aden juga jarang kesini aden kan sibuk berpindah-pindah" ucap Mang Deden membuat Resya menyipitkan matanya.

Waduh... Bodoh kenapa gue mau aja diajakin dia kesini. Lagian dia nyeremim banget kalau marah wih... Ngeri.

Mana hidupnya nomanden, pekerjaan yang tidak jelas. Sok kecakepan juga. Huft....

Warung sederhana Mang Deden cukup rame saat ini. Resya melambaikan tangannya agar kepala Angga sedikit menunduk dan mendekati kepalanya. Resya membisikan sesuatu ditelinga Angga "Lo... Beneran tukang pukul?" bisik Resya.

Angga menatap Resya dengan sinis "Coba kamu pikir, cowok seganteng saya mau jadi tukang pukul? Mendingan saya jadi aktor kali" kesal Angga. Ia meminum segelas air putih yang ada diatas meja.

"Habis lo kayak berandalan gitu" ucap Resya menujuk penampilan Angga dari atas hingga ke bawah. "pekerjaan lo juga, membingungkan kemarin lo jadi pelayanan di hotel. Hmmm...hahaha gue tahu kenapa lo baik sama gue karena kita senasib kan tapi lo lebih mengenaskan karena pasti sering di pecat" tebak Resya membuat Angga tersedak dan melototkan matanya. Ia tidak menyangka jika Resya mengira jika ia baru saja dipecat dari pekerjaan.

Dipecat? Mana mungkin. Jika Kenzo membuangnya pun ia masih tetap kaya karena beberapa usaha yang berhasil ia bangun selama ini. Karena menghargai sang Paman alias Alvaro Alexsander, Angga akhirnya membantu Kenzo mengelolah grup Alexsander.

"Saya di pecat? hahaha yang ada saya yang mecat orang ckckck...adik kecil kamu ini tidak boleh berburuk sangka sama orang lain" ucap Angga menepuk-nepuk kepala Resya. "Coba ngomongnya yang sopan sama saya jangan lo lo gue gue...panggil Kakak, Mas atau abang gitu. Saya yang ganteng ini lebih tua dari kamu adik kecil" ucapan Angga membuat mang Deden terkekeh.

"Aden, lucu kalau ngerayu awewek" goda Mang Deden yang mendengar pembicaraan Angga dan Resya.

"Saya nggak ngengoda Mang, dedek gemes ini udah tergoda ngelihat wajah saya Mang" ucap Angga bangga.

"Hah?" Resya terkejut mendengar ucapan super pede Angga yang membuatnya ingin muntah.

Mang Deden membawa dua mangkok mie ayam pesanan mereka. "Makan, mumpung gratis. Siapa namanya dedek gemes?" tanya Angga.

"Resya" ucap Resya.

"Yaya" ucap Angga tersenyum melihat ekspresi kesal Resya.

"itu udah tahu malah nanya lagi" ucap Resya kesal. Entah mengapa bersama sosok tampan yang ada disebelahnya, Resya sama sekali tidak canggung atau menutupi sifat cerewetnya yang hanya ia perlihatkan kepada keluarganya.

"Hahaha saya ini pintar Yaya. Jadi kalau cuma mengingat nama kamu itu mah kecil" ucap Angga cengengesan.

Pede banget nih cowok...

Penyembuh Luka (naik Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang