Nggak sempat edit...banyak typo harap maklum. Lama upnya sory ya, soalnya sih...komennya dikittt, kayaknya banyak yang kurang suka sama cerita ini hehehe...
Resyanya tersiksa. Emang iya judulnya aja "penyembuh Luka". Cerita ini memang nano-nano jadi siap-siap kesal, siap-siap sedih, siap-siap tersenyum...
Selamat membaca!!!
"Saya mohon Pak jangan pecat saya!" ucap Resya terlihat begitu menyedihkan. Air matanya tunpah dan harga dirinya benar-benar hancur saat ini.
"Apa saya terlihat sekejam itu dimatamu? Apa saya terlihat ingin menyakitimu juga seperti mereka tadi. Apa saya terlihat tidak percaya sama kamu?" ucap Angga dingin. Ia membantu Resya berdiri dan menarik tangan Resya menuju ruangannya. Resya tertatih-tatih mengikuti langkah kaki Angga yang begitu cepat.
Pipit ingin mendekati Resya tapi Agung menahannya. "Gung, kasihan Resya" ucap Pipit menahan air matanya agar tidak menetes.
"Biarkan Pak Angga menenangkan Resya. Gue dengar dari karayawan yang melihat kejadian itu, Pak Angga membela Resya. Jadi kamu tenang saja Pit" ucap Agung.
Saat ini Angga sedang menatap Resya dengan tatapan dinginya. "Saya tidak bilang mau memecat kamu. Kenapa kamu menyimpulkannya sendiri Resya" teriak Angga.
"Maaf Pak hiks...hiks.. " tangis Resya terdengar amat menyedihkan.
"Saya bukan Tuhan jadi kamu jangan pernah berlutut seperti itu didepan siapapu Resya. Ngerti kamu! Saya kecewa sama kamu" ucap Angga membuat tangis Resya semakin menjadi membuat Angga merasa tidak tega memarahi Resya. Ia menghembuskan napasnya.
Angga mendekati Resya dan memeluk Resya. Ia mengelus punggung Resya mencoba menenangkan Resya. "Berhenti menangis, saya tidak akan memecat kamu" ucap Angga lembut.
"Makasi Pak...hiks...hiks..." Resya merasakan kehangatan saat mendengar ucapan Angga.
"Hey...saya kan minta kamu jangan menangis lagi! Ucap Angga mengangkat dagu Resya dan menatap mata Resya dengan tatapan lembut. Jemari Angga menghapus air mata Resya dengan sapuan pelan dan hati-hati.
"Saya takut Pak" ucap Resya berani mengeluarkan isi hatinya yang sejak tadi ingin ia katakan.
"Takut apa?" tanya Angga. Ia tidak melepaskan tangannya yang berada dipinggang Resya.
(Kalau ketahuan mak-mak kepo kayak Cia bisa mampus si Angga)
"Tidak ada yang percaya sama saya Pak. Sungguh saya tidak melakukan apapun sama Dania. Dia yang tiba-tiba menarik rambut saya dan memukul saya" jujur Resya.
"Dan juga mencakar wajah kamu" ucap Angga menyetuh luka bekas cakaran yang memanjang dipipi Resya.
"Kita kerumah sakit, kita perlu persiapan jika Dania dan keluarganya menutut kamu. Saya yakin mereka akan melaporkan kamu ke polisi" ucap Angga membuat Resya tambah ketakutan.
"Saya harus bagaimana Pak" Resya kembali meneteskan air matanya.
Angga memeluk Resya dengan erat "Kamu tenang saja jika mereka melaporkan kamu saya akan melaporkan mereka dan memberikan semua bukti penganiyayaan yang dilakukan Dania. Saya pemilik mall ini dan cctv akan memperlihatkan siapa yang salah". Ucap Angga.
"Makasi Pak sudah membantu saya. Bapak itu dewa penolong saya" ucap Resya menatap Angga dengan tatapab haru.
"Tapi ini nggak gratis ya suatu saat saya akan meminta imbalannya sama kamu hehehe" ucap Angga terkekeh.
"Siap Pak, Saya akan bekerja keras diperusahaan bapak saya berjanji" ucapan Resya membuat senyuman Angga hilang sudah. Maksud tersembunyi dari seorang Angga ternyata tidak dimengerti oleh Resya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyembuh Luka (naik Cetak)
RomanceCerita ini diprivat. (follow aku jika ingin membaca cerita secara utuh) penyesalan datang terlambat. aku menyia-nyiakan cintanya. bodoh karena tidak mengejar dia agar kembali padaku. sekarang dia memiliki keluarga kecil yang membuat impianku hancur...