Angga pulang ke apartemen jam 12 malam dengan wajah Babak belur. Resya yang tertidur di sofa ruang tengah mendengar suara langkah kaki Angga. Ia membuka matanya dan melihat wajah Angga babak belur membuatnya cemas.
"Kenapa tidak tidur di kamar?" tanya Angga datar. Tidak ada ringis keskitan dari raut wajahnya walaupun Resya dapat pastikan jika luka diwajahnya itu pastih terasa perih.
Tanpa banyak kata Resya segera membuka lemari dapur dan mencari kotak p3k. Angga bisa menebak apa yang dicari Resya "Di lemari kamar mandi kotak p3knya" teriak Angga.
Resya segera masuk kedalam kamar mandi dan mengambil kotak P3K. Ia mendekati Angga dan dengan tangan yang bergetar ia membersihkan luka diwajah Angga. Angga memperhatikan ekspresi wajah Resya sambil tersenyum. Sebenarnya ia bisa saja meminta Cia bundanya atau dokter Kenzo untuk mengobati lukanya tapi ia ingin Resyanya yang mengobati lukanya.
Resya meringis dan tiba-tiba air matanya menetes membuat Angga terkejut. "Yaya, kok nangis" ucap Angga mengelus wajah Resya namun Resya segera menepisnya. Ia kembali mengobati wajah Angga.
"Yaya..." Angga menghembuskan napasnya karena Resya memilih untuk diam tanpa iasakkan namun air matanya terus saja menetes.
"Yaya...jangan nangis!" ucap Angga mengangkat tangannya ingin menyetuh pipi Resya namun segera ditepis Resya.
"Kok gitu sama Kakak Ya? Kamu marah sama Kakak?" tanya Angga lagi.
Resya mengoleskan salep ke wajah Angga yang lebam. Tanpa bicara Resya segera menutup kotak p3k yang ia bawa dan ia segera masuk kedalam kamar dan menutup pintu kamar.
Angga menatap tingkah Resya dengan takjub. Untuk pertama kalinya Resya menujukkan taringnya. Selama ini Resya tidak pernah menunjukkan sisi kemarahanya dan kali ini terlihat dengan jelas ekspresi kahawatir dan juga kemarahan diwajah cantik itu.
Niatnya mau disayang-sayang apa daya dikacangin. Mendingan marah-marah Ya dari pada diem gini.
Batin Angga.Sementara itu Resya menatap pintu kamar dengan tatapan menyesal. Ia menyesal meninggalkan Angga dan tidak menanyakan apa yang membuat wajah Angga babak belur. Ia sangat khawatir dan ia takut pelaku yang memukuli Angga adalah orang-orang yang ingin menyakitinya. Tapi Resya mengeraskan hatinya dan memilih untuk mendiamkan Angga.
Tok...tok...
"Yaya...bobok bareng Ya. Kakak butuh pelukan bukan didiemin sayang" ucap Angga.
"Ya, ngomong dong. Nggak kangen sama saya!" ucap Angga.
Resya melipat kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya dilututnya sambil menutuk pedua telinganya
"Ya, kamu nggak kasihan sama Kakak Ya. Kakak butuh kasih dan sayang dari kamu bukannya dicuekin" ucap Angga lagi.Angga menghela napasnya dan ia meronggoh kantung celananya dan mengambil pil yang diberikan Kenzo padanya. Ia melangkah kakinya menuju dapur dan mengambil segelas air lalu meminum pil itu
Angga memilih membuka jendela apartemen dan memandangi suasana malam di Jakarta dengan kelap-kelip lampu ibu kota. Ia mengangkat ponselnya saat mendengar ponselnya berdering.
"Halo"
"Halo, besok temui Om di Kantor. Om baru saja melihat foto-foto yang kamu kirimkan tadi Ngga".
"Saya akan menjelaskan semuanya pada om dengan satu syarat"
"Apa syaratnya? Akan saya penuhi!"
"Apapun permintaan saya kelak Om harus menepatinya walaupun dengan berat hati sekalipun".
Terdengar suara helaan napas yang terasa sangat berat "Apapun akan Om lakukan jika benar kau telah menemukan Ina, Om hanya ingin tahu keberadaannya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyembuh Luka (naik Cetak)
RomanceCerita ini diprivat. (follow aku jika ingin membaca cerita secara utuh) penyesalan datang terlambat. aku menyia-nyiakan cintanya. bodoh karena tidak mengejar dia agar kembali padaku. sekarang dia memiliki keluarga kecil yang membuat impianku hancur...