Part 20 - The end of this story ?

366 28 4
                                    

~~~typo bertebaran~~~~

Part 20

"Lily Rain Walker," gumam Marc.

"Bb-bagaimana, bagiamana bisa semua ini terjadi ?" tanya Marc bingung. Fikiranya bertambah kacau, rasa frustasi, bingung, marah, bercampur aduk menjadi satu.

"Iya Marc, dia mengalami kecelakaan saat perjalanan ke rumah sakit, dan keputusanya sudah bulat kalau dia ingin mendonorkan matanya untukmu," jelas Alex.

"KENAPA KALIAN TIDAK MENCEGAHNYA !" bentak Marc kesetanan, jatuh air matanya menangis pilu tak percaya dengan kenyataan.

"KAMI SUDAH MELAKUKANNYA MARC !" Bentak Alex balik.

Jose mensejajarkan tubuhnya dengan Marc yang tengah menangis di atas nisan Lily, "kami sudah mencegahnya untuk tidak melakukan hal bodoh itu Marc tapi, itu sudah menjadi keputusanya dan permintaan terakhirnya," terang Jose secara perlahan agar sahabatnya itu bisa menerima kenyataan pahit ini.

"Maaf, karenaku kau harus seperti ini," gumam Marc penuh penyesalan di sela sela isak tangisnya.

"Jangan salahkan dirimu sendiri Marc, kecelakaan itu membuatnya kehilangan banyak darah bukan kau," kata Jose.

"Sudah Marc, sudah cukup. Lily pasti sedih jika melihatmu seperti ini," kata Alex mencoba menenangkan Marc.

"Andai saja aku mendengarkan penjelasan dari Lily kemarin," kata Marc.

'ANDAI SAJA' kata itu yang berulang kali Marc katakan andai dia mendengarkan kata kata Lily andai dia tidak mengusir Lily andai saja dia tidak seemosi itu andai dia bisa mengulang waktu andai saja dia bisa melakukan semua itu pasti dia masih bisa melihat Lily yang tengah memandangnya sambil tersenyum bukan malah melihat makam dengan nisan bertuliskan nama Lily.

Tak pernah terfikir olehnya, tak sedikitpun Marc bayangkan kalau Lily akan pergi meninggalkanya selamanya. Namun sudah takdirnya penyesalan datang terakhir, semuanya sudah terlambat tidak ada yang bisa Marc lakukan sekarang selain merelakan kepergian Lily.

***

Malam ini sangat sunyi di tambah turunya salju yang membuat orang orang enggan keluar rumah menambah kesunyian jalanan carvera itu. Marc tengah duduk di bolkon rumahnya sambil menikmati dinginnya malam yang mampu menembus kulitnya hingga ketulang tulangnya. Namun, rasa dingin itu tak ada artinya apa apanya dibandingkan dengan hatinya yang kini seolah ribuan pisau tengah menikamnya dan tidak ada yang bisa mencabut pisau itu dari hatinya

"Marc kau belum tidur ?" tanya Alex yang tiba tiba ada di belakangnya.

Namun Marc hanya diam dengan tatapan kosongnya. Alex menghela nafas dalam dalam prihatin dengan kondisi kakaknya yang seperti mayat hidup itu.

"Sudah hampir satu bulan kau seperti ini Marc, kemarin saat perayaan kau terlihat cukup bahagia namun sekarang seperti ini lagi. Kau seharusnya keluar dan bersenang senang Marc !" usul Alex mencoba membantu Marc keluar dari keterpurukan.

Marc tersenyum mengejek, "Bersenang senang katamu, kenapa aku harus bersenang senang Lex ?" tanya Marc.

"Karena itu yang Lily inginkan, dia memberikanmu mata itu bukan untuk kau sia siakan seperti ini," terang Alex dengan penuh penekanan di setiap kata katanya.

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau Lily mencintaiku ?" tanya Marc

Alex melongo mendengar pertanyaan Marc, "Kau bodoh atau bagaimana Marc, sangat jelas terlihat kalau Lily ada rasa denganmu Marc."

Marc menatap Alex lalu berfikir sejenak, "Kau pasti tidak sadarkan ?" tanya Alex balik.

"Tidak, aku tidak sadar Lex, seharusnya kau memberitahuku," sesal Marc.

Alex menghela nafas dalam dalam, "Huft... kalau aku memberitahumu apa semua akan berubah ? tidak Marc semua akan sama saja, karena kau mencintai Sara sa-"

"Tidak Lex, aku sudah mencintai Lily saat itu tapi aku tidak menyadarinya," gumam Marc.

Alex lagi lagi melongo tak percaya dengan apa yang di katakan Marc, "What do you mean," kata Alex menyenandungkan sepenggal Lirik lagu 'What do You Mean' by Justin Bieber.

"Aku serius Lex," kata Marc dengan wajah datarnya.

"Kenapa baru sekarang Marc ?" tanya Alex menyesalkan pengakuan Marc, "Kalau kau benar benar cinta, kenapa gak dari dulu bilang Marc ? lihat sekarang semua sudah terlamabat Lily udah gak ada, selamanya."

"Aku tau kalau perpisahaan karena kematian itu perpisahan yang paling menyakitkan, tapi aku tidak menyangka akan sesakit ini."

Lagi lagi air mata mengalir di sudut mata Marc, "Dia telah membuktikan semuanya Lex, pengorbanan cintanya begitu dalam, kenapa aku tidak menyadarimya," sesal Marc.

"Marc Marquez aku tau kau orang yang kuat, jangan menangis lagi. Kenapa aku begitu mudah menangis akhir akhir ini," kata Alex frustasi saat Marc mulai menangis ketika mengingat Lily.

"Apa karena pemilik mata ini sebelumnya juga sering menagis," gumam Marc.

Alek memegangi pundak kakaknya, "Ini telah berakhir Marc, cerita Lily dalam hidupmu."

"Kau pergilah ke kamarmu Lex !" perintah Marc tak mendengarkan kata kata Alex.

"Kau juga harus tidur Marc, keluarga dan fansmu pasti akan sedih melihatmu seperti ini. Bukan ini yang Lily mau !" Perintah Alex balik.

"Pergi kau tower," usir Marc.

"Iya iya kecebong, kau juga harus tidur," kata Alex lalu pergi begitu saja meninggalakan Marc yang tengah menikmati kesendirianya.

STUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang