Part 10 - Twins

350 31 17
                                    

"MARC,"

Ada suara lain yang memangilku

LILY ?

Tunggu bagaimana bisa ada dua lily di sini ?

Tiba tiba lily kehilangan keseimbanganya maksudku Lily yang amnesia.

Akupun reflek menangkapnya agar tubuhnya tidak sampai jatuh ke tanah.

"EMELY," teriak Lily yang mengingatku.

Tunggu jadi...

"Marc ayo kita bawa dia ke kamar, nanti akan aku jelaskan."

***

"Namanya Emely, kita kembar dia kakakku 5 menit lebih tua. Dia tinggal di California dan mengurus semua saham keluargaku sejak kepergian Ayah. Ayahku Paul Walker mendirikan sebuah foundation khusus untuk laut dan anak anak salah satunya yang ada di Barcelona dan dia kesini untuk mengurusnya.
Kau tau Marc,kita adik kakak tapi seperti dua orang yang berbeda. Kita berpisah sejak aku memutuskan untuk belajar desain di Spanyol tepatnya 5 tahun yang lalu. Awalnya semua baik namun tidak 2 tahun terakhir dia sangat sulit di hubungi aku seperti di buang."

Cerita Lily berhenti ketika air mata mulai bercucuran di pipinya.

"Tapi ternyata dia menjauh untuk menyebunyikan penyakitnya," ucap Lily lalu menangis sejadinya.

Kini aku tau betapa berat hidup wanita ini. Aku tau dia berusaha untuk tetap tegar menghadapi semuanya. Oh tuhan aku tak tega melihatnya seperti itu. Kupeluk tubuh kecil nan rapuh itu, kubiarkan air mengalir deras di pipinya untuk menegeluarkan semua beban yang ada di hatinya.

"Aakhh."

Emely, yah namanya Emely dia telah siuman. Segera Lily melepaskan pelukanku dan mengambil segelas air putih untuk kakaknya itu.

"Minumlah," ucap Lily lembut.

"Tidak Ly, aku harus segera menghadiri acara penghargaan untuk foundation milik dady," ucap Emely yang seolah menguatkan dirinya untuk pergi ke acara itu.

Hey dimana mana kesehatan itu penting protesku dari dalam hati.

"Kau tidak boleh seperti itu Em," kata Lily yang mulai meninggikan suaranya.

Yah aku setuju dengan Lily.

"Biar aku yang kesana," ucap Lily lalu menarik tanganku. "Aku akan kesana dengan Marc kau istirahat saja," ucapanya.

Baiklah aku juga setuju kalau begini. Namun tiba tiba Emely menarik tanganku yang masih bisa dia gapai.

"Jangan buat kembaranku menangis, mengerti," ucap Emely.

Apa maksudnya ?
Apakah aku pernah membuat Lily menangis ?

Ah sudah lupakan, mungkin dia khawatir saja kalau sampai sesuatu terjadi pada adiknya.

"Sudahlah Em, oh iya nanti Ryan dan Marie akan datang, aku pergi dulu jaga dirimu baik baik," kata Lily lalu mencium kakaknya dan keluar dari dari kamar.

Akupun mengikuti langkah Lily. Dari belakang aku melihat tubuhnya semakin kurus saja.

Ck dasar, dia pasti tidak memperhatikan jadwal makanya.

***

"Marc tak masalah kan ?" Tanya Lily padaku.

"Hey tentu saja tidak apa apa, aku ini sahabatmu kapanpun kau meminta bantuan aku akan selalu ada."

Senyuman mengebang di wajah Lily oh manisnya sudah lama aku tidak melihat senyuman itu.

Dalam perjalanan tidak banyak yang kita lakukan selain ngobrol dan menyanyikan lagu yang di putar di radio.

Tak terasa akhirnya kita sampai di tempat dimana acara berlangsung. Aku dan Lily bergegas ke tempat acara karena memang kita sudah telat 30 menit dari jadwal yang di tentukan.

Belum sempat duduk nama CEO Paul Walker foundation, Emely telah di panggil. Lily maju untuk memberikan penghargaan dan menjelaskan apa yang terjadi sampai Emely tidak bisa datang ke acara ini.

Saat Lily memberikan penghargaan ke salah satu penerima laki laki, tiba tiba dia mengelus pipi Lily. Aku menatap tak suka, yah aku memang tak suka, entah kenapa aku sangat sensitif kalau ada laki laki yang bersama dengan Lily. Seperti si Banci California kemarin. Aku tau aku hanya sebatas sahabat tapi entahlah aku tidak suka saja.

Aku takut jika Lily bertemu dengan laki laki yang membuatnya sakit hati. Anggap saja sebagai balas budi. Aku ingin Lily menemukan laki laki yang tepat dan bisa membuatnya bahagia karena aku menganggap Lily sudah sebagai sahabat dan saudara yang selalu ada untukku.

Ku lihat dia, terkadang aku merasa tawa dan senyumnya itu palsu. Aku tau dia tersenyum tapi dia seperti menutupi suatu hal, dan aku mengatehui itu sampai sekarang.

"Marc acara inti sudah selesai jadi ayo kita pulang sekarang," kata Lily tiba tiba yang membuyarkan lamunanku.

"Kenapa cepat sekali ?"

"Sekertaris Emely mengatakan akan mengurus semuanya, jadi kita bisa pulang sekarang."

Aku mengagguk dan mengikuti Lily ke parkiran.

Di perjalanan aku lihat Lily sangat lelah. Tentu saja dia lelah hampir satu setengah jam berdiri memberi sambutan, memberikan penghargaan. Bukan hanya fisik aku yakin fikiranya juga lelah memikirkan bagaimana kondisi Emely.

Aha...
Aku punya ide.

Akhirnya aku lajukan mobilku kearah lain. Aku menatap Lily yang masih saja memandang ke luar jendela. Aku bisa mengerti bagaimana perasaan dia sekarang.

Kulihat Lily lagi, dahinya berkerut lalu menatapku.

"Marc ini bukan jalan ke rumahku, seharusnya tadi belok bukan lurus," protesnya sambil menunjuk jalan yang benar.

Aku hanya diam sambil tersenyum menatapnya. Dia bingung, aku yakin itu karena wajahnya bukan wajah wajah seorang pembohong.

"Sampai," kataku saat mobilku memasuki area restoran.Kulihat Lily yang lagi lagi bingung.

"Ayo masuk," kataku yang langsung menyeret tanganya karena masih diam bahkan setelah turun dari mobil.

***

Makanan disini sangat enak, sangat sangat enak. Sekarang kita tinggal menunggu makanan penutup.

Tapi ada yang aneh, sejak tadi aku lihat Lily senyum-senyum tidak jelas. Ada apa denganya aneh sekali.

"Kau kenapa sejak tadi senyum senyum seperti itu," tanyaku yang penasaran dengan senyumanya.

"Tidak, hanya saja ini adalah restoran yang akan kau pakai untuk melamar Sara nanti," ucapnya.

"Benarkah, wow."

Ini hebat, Lily sangat hebat memilih tempat ini. Tempat ini outdoor dan sangat romantis untuk dinner pasangan kekasih. Di ujung juga ada panggung untuk siapa saja yang mau menyanyi disana.

"Kau mau menyanyi di sana ?" Kataku sambil menunjuk kearah panggung.

"Tidak, saat nanti kau menikah saja aku akan menyanyikan lagu untukmu," ucap Lily sambil tersenyum.

Aku hanya ber-oh ria meski sedikit kecewa dengan keputusan Lily.

"Kau tau aku sangat kebingungan tadi, aku kira kau amnesia aku juga sangat takut kalau kau sampai amnesia."

"Kau takut ?" Tanya Lily.

"Tentu saja aku sangat takut, kau orang satu satunya yang ada di pihaku" ucapku yakin.

"Marc, aku ingin jujur padamu," kata Lily tiba-tiba.

Aku tau dia mulai serius sekarang. Akupun balik menatapnya serius.

"Sebenarnya..."

STUPIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang