"Kalau penyesalan memang datang di akhir cerita, mungkin seharusnya dari awal aku tidak sebodoh ini."
-Brian2021-***
Alarm berbunyi nyaring sejak lima menit yang lalu. Namun, bunyi dengkuran tak kalah nyaring dari bunyi alarm. Cowok yang tidur tanpa baju itu menggulingkan tubuhnya ke kanan sambil menutup telingannya menggunakan bantal. Menghiraukan panggilan alarm yang sangat nyaring, ia berharap dapat mengulur waktu sepuluh menit lagi sebelum bersiap untuk Sekolah.
"Maaf, Fan. Gue nggak bisa lagi sama lo."
"Kenapa, Yan? Aku salah apa? Bilang sama aku kesalahan aku apa, biar aku bisa berubah."
"Kenyataannya kita nggak bisa sama-sama. Mau sekeras apa kita berjuang."
"Maksud kamu? Nggak, itu bukan alasan kamu, Yan!"
Brian bergerak gelisah. Menepis tangan Fany yang berusaha menyentuh pundaknya. Gadis itu menatapnya dengan sedih. Menahan matanya yang memanas karena ucapan Brian yang tiba-tiba.
"Kenapa? Aku salah apa, Yan?" Satu-satunya orang yang memanggilnya dengan panggilan 'Yan' dan satu-satunya gadis yang dapat merubah hidupnya.
"Apa karena Mama kamu, nggak setuju sama kita?"
"Kita masih terlalu dini buat terlalu serius nggak sih, Fan?"
"Yan, enggak! Aku yakin sama kamu, kenapa kamu ngomong gitu? Kamu udah nggak sayang sama aku?"
"Kamu tau kan, aku orang Jawa? Mama aku masih megang adat istiadat Jawa. Weton kita beda, Fan. Lagian buat apa kita ngulur waktu kalau ujungnya kita juga nggak bisa sama-sama."
"Kamu percaya kayak gitu, Yan? Itu kan Mama kamu, aku kira kamu bakal buktiin sama Mama kamu, kalau perbedaan kita nggak bakal jadi masalah." Fany kecewa dengan cowok yang ada di hadapannya. Lelaki yang delapan bulan ini mengisi hari-harinya ternyata adalah seorang pengecut.
"Kamu pengecut, Yan! Dulu kamu bilang apa? Kamu mau berjuang sama-sama! Nyatanya kamu cuma penasaran aja, kan?"
"Maaf, Fan. Bukan begitu maksud aku. Kamu tau posisi aku serba salah. Kamu bakal tau suatu hari nanti."
"Terserahlah, Yan. Kalau emang kamu mau kita putus, kita putus sekarang!"
Brian yang terkejut pun menggulingkan tubuhnya reflek ke kanan. Dan saat itulah tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras. Membuat matanya terbuka lebar dengan ringisan yang mengiasi wajahnya.
"Pantat gue!"
Cowok itu bangkit berdiri sambil memegang pingganya yang sakit, sekaligus pantatnya yang berdenyut ngilu. Wajahnya yang berubah segar membuatnya sadar akan bunyi Alarm yang dari tadi menghiasi seluruh isi ruangan.
"Apasih, nggak jelas banget lo, Bri! Mimpi Fany lagi, Fany lagi!" Kesalnya sambil berjalan menuju kamar mandi.
***
Pagi yang cerah, di iringi suasana Sekolah yang ramai. Kendaraan berlalu lalang masuk lewat Gerbang bertuliskan SMA Venus. Termasuk motor besar berwarna hitam khas milik seseorang. Di ikuti motor Vespa Matic yang ditumpangi dua orang. Dan satu motor bertuliskan harley davidson milik Endruw ikut terparkir rapih di halaman parkir Siswa.
Jimmy mematikan motornya sambil mencopot helm bogo dari kepala. Memperlihatkan rambutnya yang keriting terhempas angin tak beraturan.
"Huuuh motor lo bikin pinggang gue sakit!!" Kesal Felix sambil memukul Jok motor Jimmy kesal.
"Nggak mau pinggang sakit, bawa helikopter ke Sekolah makannya. Katanya Bapak lo habis panen Duren kan? Di mana itu? Duren yang di tanam di tanah Dubai itu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGEN
Teen Fiction•Beberapa part di privat follow dulu sebelum membaca. Tentang Reagen Athan, sosok ketua Geng Sheild. Sebuah Geng yang mendedikasikan diri untuk menjadi pelindung SMA Venus. Sosoknya yang banyak ditakuti sekaligus dikagumi itu membuat namanya banyak...