BAB 24: Melebihi Batas.

98.6K 7.2K 1.5K
                                    


Full Vidio Tlailer REAGEN ada di Instagram aku
@chellindygabss
@chellindygabss



***

"Tenang tidak bergerak untuk selamat.
Atau berteriak untuk tenggelam ke dalam dasar?"

***


    Reagen menarik pedal gas di tangannya lebih dalam untuk mengencangkan laju motornya. Di ikuti empat motor di belakangnya yang sama-sama mendahului kendaraan lain. Reagen melirik sekilas ke arah sepionnya, yang memantulkan cahaya, maupun sorot lampu-lampu kendaraan yang lain.

Begitu juga dengan Jimmy yang fokus melajukan motor vespanya untuk mengikuti yang lain. Di selimuti keraguan, seolah masih memikirkan kejadian tadi, Brian berulang kali memainkan gasnya sendiri. Cowok itu menggeram kesal, lantaran mengingat bagaimana tatapan mata Sagar yang seolah ingin membunuhnya. Pria yang baru-baru ini menunjukkan kekuasaannya sebagai wakil ketua Osis itu tersenyum meremehkan ke arahnya.

Flashback

"Lo? Sengaja?"

Brian bangkit dari duduknya sambil mengangkat pundaknya ke atas.

"Gue bilang nggak sengaja."

"Masih dendam? Sampai pengen balas dendam?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Sagar sukses membuat perhatian orang-orang di kantin tertuju ke pada mereka. Begitu pula dengan tiga orang yang duduk, dan mengaku sebagai anggota geng Punch. Mereka kompak menoleh ke arah Brian yang terlibat tatapan mata dengan Sagar.

"Sa, kenapa pacar lo?"

"Sial? Sagar beraninya gangguin Brian.." gumam Teressa hendak berdiri. Namun dengan cepat di tahan oleh Larisa.

"Jangan bego! Kita awasin dulu dari sini. Nggak usah ikut campur, kita nggak tau apa yang terjadi," cegah sang Kakak membuat Teressa kembali duduk.

Anantha meletakkan alat makannya. Menghela nafas, sambil mengambil selembar uang yang ada di dalam saku kemejanya. Gadis itu meletakkan selembar dua puluhan di atas meja, di bawah mangkuk bekas mie ayamnya.

Telinganya tidak bisa berbohong, kalau saja ia mendengar keributan dari meja yang letaknya beberapa meter dari mejanya. Tapi, tanpa berniat mencari tahu, bahkan peduli, Anantha bangkit dari duduknya. Lalu, dengan santai berjalan keluar dari kantin,

Reagen yang diam-diam melihat ke arah gadis itu dibuatnya tertegun. Matanya sedikit menyipit, sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Mengabaikan keributan yang terjadi di hadapannya. Matanya mengekori kemana perginya Anantha. Termasuk, menjauhnya tubuh gadis itu dari tatapan matanya. Reagen tidak melihat bagaimana Anantha memperhatikan mereka. Gadis itu acuh, seolah tidak perduli, berusaha segera pergi dari sana setelah menghabiskan makanannya.

"Maksud lo, apa?"

Sagar berdecih sambil menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. Seragamnya yang sudah basah, apalagi ditambah pecahan mangkuk yang berserakan, dan kehisterisan ibu kantin yang memperhitungkan peralatan dagangannya. Tatapan mata Brian dan Sagar masih saling beradu, seolah mengabaikan mereka semua yang ada di sana.

Dewa menepuk bahu Brian pelan. Berusaha mengingatkan sahabatnya itu, agar tidak terpancing emosi.

"Menurut lo apa? Selain balas dendam? Lo masih nggak terima sama kejadian di tengah lapangan?"

Brian menundukan kepalanya. Tangan kanannya bergerak untuk memijit ujung hidungnya yang berdenyut. Dewa, Deva, dan Felix sudah berdiri dari duduk mereka. Reagen kembali mengalihkan perhatiannya pada Sagar. Meneliti penampilan cowok itu dari atas sampai bawah. Hingga ia menyadari sesuatu, keningnya berkerut, matanya menyipit, seolah mempertajamkan pandangan ke arah kerah kemeja yang dikenakan Sagar.

REAGEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang