Seperti biasa, Rabi'ah berjalan menuju lapangan rumput yang berada dikampung sebelah. Berniat membawa kedua kambingnya kesana. Ia terus bersenandung selama diperjalanan, hatinya tengah bergembira. Entah Rabi'ah tidak tahu jelas apa yang membuatnya sangat bahagia hari ini.
"Lihatlah Albert, Evelyn rumputnya sangat hijau, kalian pasti menyukainya."
Rabi'ah menarik tali kedua kambingnya dan mengikatnya dipohon petai disamping tempatnya berdiri. Mengikat tali kambing itu kuat-kuat, agar kambing-kambingnya tidak terlepas dan kabur.
Ia duduk dan tersenyum menyaksikan kedua kambingnya yang begitu lahap memakan rumput-rumput segar yang terhampar sangat hijau. Terlihat begitu menyejukan mata.
Rabi'ah melihat sebuah pohon yang sangat lebat buahnya, yang tak jauh dari tempatnya duduk. Tercetus sebuah ide diotaknya, lalu ia berlari kecil mendekati pohon tersebut dan meninggalkan kedua kambingnya yang tengah memakan rumput. Ia mendongakkan kepalanya keatas, terlihatlah buah yang sangat menggoda dengan warna orange yang sangat mencolok mata, ia tak tahu buah apa itu tapi bentuknya seperti jambu air namun dibagian bawahnya ada kepalanya. Rabi'ah sudah siap untuk memanjat pohon itu. Ia nampak tak kesulitan sedikitpun saat memanjatnya. Jangan tanya kenapa Rabi'ah bisa memanjat pohon? Ia adalah gadis tomboy. Sejak kecil ia sangat suka memanjat, jadi tak heran jika saat ini ia bisa memanjat.
Saat sudah berada diatas, Rabi'ah meraih satu buah yang tak jauh darinya.
"Ini buah apa yah? Kelihatannya sangat manis."
Rabi'ah menatap buah yang berada ditangannya dengan intens dan meneliti setiap jengkalnya, karena ia baru pertama kali melihat buah ini. Yang ada didalam pikirannya saat itu adalah buah yang sangat manis, karena tampilannya yang menggoda. Tapi ingatlah! Kadang tampilan itu menipu. Tidak semua yang berpenampilan bagus dalamnya juga bagus.
Setelahnya, Rabi'ah meraih beberapa buah dan memasukannya kedalam kantong pelastik yang selalu ia siapkan dari rumah. Sebagai antisipasi bila dibutuhkan.
"Hey Fah!! Lihat ada monyet ragunan yang lepas dan nyasar kesini," ucap salah seorang gadis dan diikuti oleh suara tawa.
Rabi'ah melirik sekilas kebawah dan melihat dua orang gadis yang tengah mengejeknya. Ia tak peduli dan melanjutkan kegiatannya. Rabi'ah tidak ingin mencari-cari masalah dengan membalas ejekan mereka.
"Iya bener Put, persis seperti monyet," suara tawa kembali terdengar namun Rabi'ah tetap tak memperdulikannya.
Ia sudah berjanji pada ibunya tak akan membuat masalah lagi. Kasihan juga ibunya, karena selalu menanggung akibat semua perbuatannya. Walau terkadang apa yang dilakukannya benar tapi semua orang selalu menganggapnya salah.
"Ekhem," suara deheman menghentikan tawa kedua gadis itu.
Kedua gadis itu menoleh kebelakang, raut mengejek tadi sudang berganti dengan kecemasan yang terlihat jelas diwajah keduanya, dan tersenyum kecut saat mengetahui siapa yang datang.
"Eh ada teh Fat," ucap gadis yang dipanggil Put dengan Ragu. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Nampak atmosfer kecanggungan yang terlihat jelas diantara mereka bertiga.
"Puput! Affah! Sedang apa kalian disini?" Ucap gadis yang baru datang itu.
Oh jadi namanya Puput dan Affah, gumam Rabi'ah dalam hati.
"Nggak ada teh," jawab keduanya kikuk.
Mereka nampak gugup. Seperti seorang maling yang tengah tertangkap basah mencuri, "ya udah teh kita mau berangkat dulu. Asslamualaikum," lanjutnya dan langsung bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah (Revisi)
ДуховныеDarimu aku belajar satu hal, yaitu cinta. "Jika Rabi'ah Adawiyah dimasa lalu, menghabiskan hidupnya untuk beribadah kerena kecintaannya kepada Allah. Maka aku, Rabi'ah Adawiyah dimasa sekarang ingin menghabiskan hidupku untuk berbakti kepada kedua o...