Part 11

60 8 0
                                    

Tepat jam empat subuh, semua santriwati dibangunkan untuk bersiap sholat subuh berjamaah. Tidak terkecuali Rabi'ah. Rasa kantuk yang sangat luar biasa membuatnya bermalas-malasan bangun, padahal Fatimah sudah berkali-kali membangunkan. Mungkin belum terbiasa, karena saat dirumah Rabi'ah selalu sholat diakhir waktu.

"Rabi'ah bangun! Sebentar lagi sudah mau masuk waktu subuh dan kamu belum bangun juga." Fatimah menguncang-guncang tubuh Rabi'ah agar ia bangun.

"Aku masih ngantuk teh," gumam Rabi'ah.

"Teteh panggilin ustadzah Aisyah yah," ancam Fatimah.

Dengan seketika Rabi'ah langsung bangun saat nama ustadzah Aisyah disebut.

Fatimah tersenyum. Ada-ada saja, batin Fatimah dalam hati, tingkah Rabi'ah ini sangat menggemaskan menurutnya.

"Iya teh ini aku udah bangun," ucap Rabi'ah, ia masih berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat.

Bagi Rabi'ah bangun pagi itu, butuh perjuangan yang sangat ekstra.

Rabi'ah berjalan mengambil handuk dan peralatan mandinya, setelah itu ia berjalan kekamar mandi yang ada dikamar ini. Disini setiap kamar disediakan kamar mandi. Jadi, tidak ada istilah berebut kamar mandi dengan seantero asrama, paling berebutpun hanya dengan teman sekamar. Karena mencegah keterlambatan karena alasan kamar mandi.

Setiap kamar, diisi oleh tiga sampai lima santriwati, dengan luas setiap kamar lima kali lima meter dan satu kamar mandi.

Rabi'ah tinggal sekamar dengan Fatimah dan Nur. Mereka hanya bertiga, sebelum Rabi'ah masuk mereka hanya tinggal berdua karena salah satu teman seperjuangan mereka sudah menikah tinggallah menyisakan Fatimah dan Nur.

"Rabi'ah! teteh duluan, nanti kamu nyusul aja yah keaula," ucap Fatimah.

"Iya teh," seru Rabi'ah dari kamar mandi dengan suara sedikit keras.

Kemudian Fatimah dan Nur pergi keaula meninggalkan Rabi'ah yang masih bersih-bersih dikamar mandi.

Setelah selesai Rabi'ah langsung mengambil mukenanya dan bergegas menyusul keaula.

Rabi'ah sedang memperbaiki mukenanya, ia tergesah-gesah. Jalannya pun setengah berlari, ia takut tertinggal sholat berjamaah.

Bugh. Rabi'ah menabrak seseorang, karena terburu-buru ia jadi tidak memperhatikan jalannya.

"Punya mata nggak sih lo." Rabi'ah mendonggakkan kepalanya, ia melihat Affah dengan wajah yang dipenuhi raut kemarahan.

Ehh tunggu dulu tadi Affah, berarti dia juga mondok disini. Batin Rabi'ah dalam hati.

Masalah besar, jika tahu yang akan ditabraknya adalah Affah,  mungkin ia akan lebih berhati-hati karena malas memiliki masalah dengannya.

"Maafkan saya," ucap Rabi'ah tulus.

"Kalo jalan tuh liat-liat." Affah bergegas pergi meninggalkan Rabi'ah yang tengah mengelus dada.

"Ada yah orang yang kaya dia." Rabi'ah menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan menyusul Affah, ia berjalan dibelakang Affah. Rabi'ah tidak ingin mencari-cari masalah dengan berjalan beriringan atau mendahuluinya. Cukuplah waktu itu ia memiliki masalah dengan Affah, ia tidak ingin mengulanginya lagi. Makanya selagi ia bisa menghidari suatu masalah, kenapa tidak?? Bukan Rabi'ah takut pada Affah tapi ia memang benar jengah dengan sikap Affah, makanya ia lebih memilih menghindar.

Suara adzan berkumandang bersamaan dengan Rabi'ah yang sampai diaula. Ia menyapukan pandangannya kepenjuru aula, mencari tempat kosong. Saat menemukan tempat yang kosong Rabi'ah langsung bergegas menggelar sejadahnya karena sebentar lagi sholat subuh akan dimulai.

Mahabbah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang