Rabi'ah tengah duduk diatas batu besar dipinggir sungai yang airnya sangat jernih, bahkan Rabi'ah bisa melihat dasar dari sungai itu. Disebelah kirinya ada air terjun yang sangat indah. Ia berfikir, apa yang sedang ia lakukan disini? Dimana ia berada sekarang? Rabi'ah belum pernah sekali pun datang kesini.
Rabi'ah bangkit dari duduknya, ia ingin pulang. Ia berjalan menyusuri sungai berharap dapat menemukan jalan pulang. Tetapi nihil ia tidak menemukannya. Ternyata sedari tadi ia hanya berputar-putar saja disekitar air terjun itu. Rabi'ah sangat kebingungan. Apa yang terjadi pada dirinya? Ia terduduk lalu menangis dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya.
"Rabi'ah!" Panggil seseorang, sepertinya Rabi'ah sangat mengenal suara ini. Suara yang sangat ia rindukan.
Rabi'ah menolehkan kepalanya kebelakang. Ia tersenyum saat mengetahui siapa yang ada dibelakangnya, seolah kesedihannya tadi sudah menghilang.
"Ibu!" Rabi'ah langsung berdiri dan memeluk ibunya.
"Ibu dari mana saja? Ayo kita pulang," ucap Rabi'ah.
Rabi'ah melepaskan pelukannya dan menarik tangannya hendak mengajak ibunya pulang. Namun ibunya hanya diam saja.
"Kenapa Bu?" Tanya Rabi'ah.
Zainab menggelengkan kepalanya, "tidak! Ibu tidak akan pulang."
"Kenapa tidak?" Raut kekecewaan mulai terpancar dari wajah Rabi'ah.
"Dunia kita sudah berbeda nak! kita tidak bisa bersama lagi didunia ini," ucap Zainab dengan lembut.
Rabi'ah nampak kebingungan. Ia tidak mengerti dengan apa yang diucapakan ibunya.
"Ibu mohon, lanjutkan hidupmu. Bangkitlah dari keterpurukanmu. Ibu sangat sedih melihatmu sangat terluka karena kepergian ibu. Jangan seperti ini hanya karena ibu tidak ada disampingmu. Masih banyak orang yang menyayangimu maka bertahanlah demi mereka. Insya Allah, Allah akan mempertemukan kita kembali disyurga asalakan kau ikhlas dan sabar saat menghadapi semua cobaan."
Rabi'ah diam saja mendengarkan perkataan ibunya.
"Bukankah kau pernah bilang, kalau kau sangat mencintai ibumu ini! Ingin mengabdikan hidupmu dengan mencari ridhonya. Jika kau ingin tahu ibu tidak ridho dengan sikapmu yang seperti ini. Ikhlas dan bersabarlah dengan semuanya. Ibu harap kau tidak berlarut-larut dalam kesedihan." Zainab mengelus puncak kepala putrinya dengan lembut berharap putrinya ini mengerti dengan keadaan yang sedang ia alami.
"Benarkah? Ibu tidak ridho dengan apa yang aku lakukan? Terus aku harus seperti apa bu? Tujuan hidupku adalah ibu. Jika ibu pergi untuk apa aku hidup? Hidupku tidak berarti lagi bu." Setetes air mata jatuh dipipi Rabi'ah.
Zainab menghapus air mata Rabi'ah.
"Jangan berputus asa. Hidup tidak selamanya lurus kadang terjadi masalah. Dan masalah bukan akhir dari segalanya. Tapi permulaan dari kehidupan yang berbeda."
Apa yang dikatakan ibunya itu benar. Semua masalah yang menimpanya sekarang bukan akhir dari segalanya. Hidupnya masih panjang. Masih banyak hal yang dapat ia lakukan.
"Apa kau lupa dengan apa yang pernah ibu katakan padamu?" Tanya Zainab.
"Apa bu?" Tanya Rabi'ah balik, ia nampak mengingat-ingat sesuatu.
"Akan ada saatnya kau kenghadapi dunia ini sendiri tanpa ibu disampingmu. Dan sekaranglah saatnya. Pulang lah! Ibu akan sangat bahagia jika kau melanjutkan hidupmu." Zainab tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah (Revisi)
SpiritualDarimu aku belajar satu hal, yaitu cinta. "Jika Rabi'ah Adawiyah dimasa lalu, menghabiskan hidupnya untuk beribadah kerena kecintaannya kepada Allah. Maka aku, Rabi'ah Adawiyah dimasa sekarang ingin menghabiskan hidupku untuk berbakti kepada kedua o...