Fatimah dan Rabi'ah menyalami tangan ustadzah Aisyah. Setelah mengalami perdebatan kecil tadi akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segerah masuk. Meski masih ada pikiran yang mengganggu Rabi'ah, namun mereka tetap mempertahankan tujuan utama mereka. Karena mereka tak mau hanya karena keraguan Rabi'ah lalu apa yang telah direncanakan gagal.
Setelah mengucap salam dan dibukakan pintu barulah mereka masuk dan duduk bersama diatas tikar pandan. Rabi'ah dan Fatimah duduk berhadapan dengan ustadzah Aisyah.
"Ustadzah, perkenalkan ini teman saya namanya Rabi'ah," Ucap Fatimah memperkenalkan Rabi'ah pada ustadzah Aisyah. Tanpa basa basi langsung pada apa yang ditujunya. Sedang yang diperkenalkan hanya menunduk.
Ustadzah Aisya mengelus puncak kepala Rabi'ah pelan, "nama yang indah," punjinya, lalu menghentikan kegiatannya itu. Rabi'ah kengangkat sedikit kepalanya saat mendengar pujian ustadzah Aisyah.
"Lagi." Seperti hal yang biasa bagi Rabi'ah saat ada seseoarang yang memuji namanya dan alasan mereka pasti sama.
"Pasti ustdazah akan mengaitkan namaku dengan seorang sufi yang pernah aku dengar itu bukan? " Sebelum ustdzah Aisyah berkata Rabi'ah sudah lebih dulu menyela.
Ustadzah Aisyah tersenyum, "apa kau pernah mendengar kisah beliau?" Tanyanya.
Rabi'ah menggeleng.
"Kalau begitu tanyakan dulu pada orang tuamu, kenapa mereka memberimu nama Rabi'ah?? Barulah nanti kau tahu seperti apa sosok beliau." Ustadzah Aisyah tersenyum lembut pada Rabi'ah, senyum penuh kehangatan, "jika kau mengetahui seperti apa sosok sufi itu, maka kau akan merasa bangga dengan nama yang diberikan oleh orang tuamu," lanjutnya.
"Benarkah ustadzah?" Tanya Rabi'ah yang dibalas senyuman oleh ustadzah Aisyah.
Apa yang dikatakan Fatimah benar tentang Ustadzah Aisyah, dia sangat lemah lembut. Bahkan Rabi'ah terkagum-kagum saat pertama bertemu beberapa menit yang lalu. Wajahnya sangat teduh membuat siapa saja yang menatapnya akan merasakan ketenangan. Namun ada sedikit rasa sungkan, mungkin karena wanita dihadapan Rabi'ah ini adalah orang yang berilmu. Rabi'ah sangat bersyukur karena hari ini bisa bersitatap dengan istri dari anak ketua yayasan pondok ini. Ustadzah Aisyah Adalah istri dari ustad Abdullah putra dari kiyai Husain ketua yayasan pondok pesantren Al-Kuddus ini.
"Ustadzah! Rabi'ah ingin belajar ngaji disini bersama kita," ujar Fatimah dengan semangat.
Masih dengan senyuman hangatnya. Wajahnya begitu cantik.
"Disini terbuka untuk siapa saja yang ingin menuntut ilmu."
Mata Rabi'ah berbinar bahagia, pasalnya apa yang ia takutkan tidak terjadi. Ternyata, penghuni pesantren ini dengan senang hati menerimanya.
"Benarkah???" Tanya Rabi'ah meyakinkan.
Ustadzah Aisyah mengangguk.
Setelah ini Rabi'ah akan pulang dan memberitahukan ibunya kalau dirinya disambut dengan hangat. Ibunya pasti akan sangat senang mendengarkan ceritanya itu. Sebuah senyum tergores dibibir tipis Rabi'ah tanpa ia sadari.
***
Rabi'ah berlari menuju rumahnya, ia sudah tidak sabar menceritakan semuanya.
"Assalamu'alaikum, ibu!"
Rabi'ah membuka pintu rumahnya, langsung masuk dan bergegas menuju ke dapur, karena ia sangat yakin ibunya pasti sedang memasak didapur.
"Ibu kenapa??" Tanya Rabi'ah saat melihat ibunya tengan menekan-nekan pelipisnya.
"Nggak papa," elak Zainab, ia duduk dibangku didekat meja makan, kepalanya sangat pusing sejak pagi.
"Yakin, ibu nggak papa??" Tanyanya lagi meyakinkan, karena Rabi'ah sangat khawatir, takut terjadi apa-apa pada ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah (Revisi)
SpiritualDarimu aku belajar satu hal, yaitu cinta. "Jika Rabi'ah Adawiyah dimasa lalu, menghabiskan hidupnya untuk beribadah kerena kecintaannya kepada Allah. Maka aku, Rabi'ah Adawiyah dimasa sekarang ingin menghabiskan hidupku untuk berbakti kepada kedua o...