Part 12

67 8 0
                                        

"Rabi'ah kau sedang apa?" Tanya Fatimah saat melihat Rabi'ah yang hanya berdiri didepan pintu aula.

"Aku sedang menunggu ustadzah Aisyah teh," jawab Rabi'ah.

"Oh, ya sudah teteh duluan yah," pamit Fatimah lalu pergi meninggalkan Rabi'ah.

Setelah usai mengaji, Rabi'ah memutuskan untuk bertemu ustadzah Aisyah karena ada yang ingin ditanyakan.

Rabi'ah menyapukan pandangannya kesekitar. Ternyata semua santriwati sudah keluar dari aula menyisakan Ustadzah Aisyah yang tengah membereskan kitab-kitannya. Rabi'ah memutuskan untuk masuk kedalam aula. Ia berjalan perlahan-lahan menuju Ustadzah Aisyah.

Setelah sampai didepan Ustadzah Aisyah, lalu ia duduk. Menyaksikan Ustadzah Aisyah yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Ustadzah!" Panggil Rabi'ah.

Ustadzah Asiyah mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada Rabi'ah.

"Ada apa Rabi'ah?" Tanya ustadzah Aisyah.

"Aku pengen denger kisah Rabi'ah Adawiyah ustadzah. Sebenarnya aku sudah tau sedikit tentangnya tapi aku pengen denger dari ustadzah Aisyah." Rabi'ah menjelaskan tujuannya.

"Ustadzah tidak tahu banyak tentang Rabi'ah Adawiyah. Tapi yang ustadzah tahu, sosok Rabi'ah Adawiyah adalah sosok yang sangat menginspirasi apa lagi tentang kecintaannya kepada Allah."

"Tolong ceritakan saja yang ustadzah tahu, aku ingin mendengarnya," pinta Rabi'ah yang dibalas senyuman oleh ustadzah Aisyah.

Ustadzah Aisyah menggapai beberapa kitab yang sedikit jauh dari jangkauannya lalu menumpukannya pada kitab-kitab lainnya.

"Ada satu syair yang Ustadzah ingat," ucapnya, menatap kedalam manik mata Rabi'ah.

Keteduhan dalam sorot mata ustadzah Aisyah membuat Rabi'ah kagum kepada beliau. Parasnya yang rupawan pun menambah nilai plus ditambah dengan ketaqwa'an yang membuat siapa saja terlena pada sosok wanita didepan Rabi'ah ini. Bahkan dirinya pun sudah mengaguminya semenjak pertama bertemu. Menjadi inspirasi bagi Rabi'ah untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Insya Allah!

"Apa itu ustadzah! Bolehkah aku mendengarnya??"

Rabi'ah begitu antusias mendengarnya.

"Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak mendendam. Dimana ada cinta disitu ada kehidupan. Manakala kebencian membawa kemusnahan."

Menegakkan tubuh, dan tersenyum. Sungguh senyuman itu begitu menawan. Hingga menambah kekaguman Rabi'ah pada gurunya itu.

"Meski cinta mendatangkan penderitaan dan kesakitan, namun cinta tak akan pernah mendendam. Cinta dimana kita ikhlas memberi tanpa mengharap balasan," lanjut ustadzah Aisyah.

Rabi'ah meresapi setiap ucapan yang keluar dari lisan gurunya. Syair itu sangat indah.

"Seperti Rabi'ah Adawiyah yang dengan senang hati memberikan semua cintanya pada Allah. Dan menghabiskan hidupnya hanya untuk kecintaannya pada Allah. Dan meninggalkan semua hal yang berbau duniawi."

Pikiran Rabi'ah melayang pada saat beberapa hari yang lalu, ketika ia bercakap-cakap dengan ibunya. Apa yang diceritakan ustadzah Aisyah tentang Rabi'ah Adawiyah tidak berbeda jauh dengan yang ibunya ceritakan.

"Ustadzah! Apakah cinta itu hanya untuk hamda pada tuhannya?" Tanya Rabi'ah dengan Ragu-ragu.

"Tidak. Banyak hal yang didalamnya ada cinta. Salah satunya seperti, cinta orang tua pada anaknya. Meski kadang orang tua sering memarahi kita namun sejatinya mereka menyayangi kita. Orang tua memarahi anaknya, karena anaknya salah, makannya mereka ingin meluruskannya, hanya saja terkadang sang anak susah dinasehati, dan itulah yang menyulut emosi orang tua." Lagi-lagi ustadzah Aisyah tersenyum.

Mahabbah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang