Sakura POV
Hmm... di mana ini? Kenapa aku ada di tempat seperti ini?
Apa yang terjadi? Dimana Tou-chan? Kaa-chan! Nii-chan! Di mana kalian?'Kau ada di tempat yang seharusnya di mana kau di segel.'
Ha? Segel? Kenapa aku harus disegel? Dan... kenapa?
'Kau berbahaya.. kau pembunuh!'
Tidak! Apa maksudmu?! Aku bukan pembunuh! Bukan..
'Lebih baik kita enyahkan saja dia.. dia monster! dia iblis! Dan dia tidak pantas hidup.. oh ya, bukannya dia tak pernah hidup..'
Hentikan! Apa yang kalian bicarakan?? Aku manusia! Aku punya nama! Jangan sebut aku monster... hiks.. hiks..
'Bunuh saja dia! Bunuh! Bunuhlah!'
JANGAAN!!!
.
.
.
Aku terlonjak bangun. Tubuhku bergetar hebat. Nafasku memburu dan bajuku agak sedikit lengket oleh keringatku sendiri.Kutengokkan kepalaku menuju jendela yang masih tertutup. Gelap. Nampaknya aku terbangun saat hari masih malam.
Heh.. mimpi buruk. Untung hanya mimpi buruk saja.
Tapi.. kenapa terasa begitu nyata?
BRAK!
Pintu dibuka secara kasar lalu ditutup lagi oleh sang pendobrak tak kalah kasarnya, dikuncinya pintu itu rapat-rapat. Aku terlonjak kaget. Kulihat Shizune tengah tergopoh-gopoh membawa lenteranya menghampiriku. Wajahnya penuh dengan noda darah dan menatapku khawatir.
"Astaga, Shizune! Kau kenapa? Mengapa ada bany-hmmp" Shizune membekap mulutku dengan tangannya yang juga bernoda darah. Amis. Bau amis darah langsung memenuhi rongga hidungku. Tapi, mengapa aku tak merasa mual seperti kebanyakan orang?
Aku hanya diam menatap wajah lelah Shizune. Dapat kurasakan tubuhnya bergetar ketakutan sambil sesekali menengok ke arah pintu kamar. Ia lalu menyeretku ke depan lemari. Lantas ia langsung membuka lemari itu dan mendorongku masuk ke sana. Ia menangis. Tangisannya terdengar sangat pilu.
"Shizune! Katakan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bersimbah darah? Di mana yang lain? Shizune.. biarkan aku melihat keluar.. aku ingin keluar sekarang juga!" Akhirnya lolos juga pertanyaan yang ku urungkan sedari tadi.
Aku berusaha mendorong tubuh Shizune, namun ia tetap saja menahanku di dalam lemari.
"Maaf, Sakura-sama. Aku sangat senang menjadi pelayan anda. Melayani anda adalah hal yang sangat membahagiakan. Anda sekarang telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan baik. Saya berharap dapat melayani anda sampai akhir hayat saya..hiks.. anda.. anda harus hidup.. hiduplah.. hiduplah Sakura..hiks.."
"Apa yang kau bicarakan, Bodoh? Tentu kau akan menjadi pelayanku selama-lamanya! Ya Tuhan, Shizune cepat ceritakan padaku apa yang sedang terjadi?" Aku membentak kepada Shizune. Hei! Pikiranku sangat kalut sekarang.
"Pembantaian.. Clan Haruno sedang dibantai. Maaf Sakura.. Tuan besar dan Nyonya besar sudah tewas karena melindungi mansion. Mereka menyuruhku untuk menyembunyikan anda agar anda selamat. Menyembunyikan anda adalah salah satu cara agar anda dapat terus hidup." Ucap Shizune berbisik dengan cepat.
Panik. Sedih. Marah. Kecewa. Semua perasaan itu bercampur aduk menjadi satu. Demi apa, aku baru saja bangun dari mimpi buruk dan ternyata bencana sedang terjadi sekarang. Semuanya terjadi begitu cepat bahkan sebelum otakku dapat mencernanya.
Shizune lalu mendorong lapisan lemari tempatku berada dan terbukalah sebuah lorong yang sangat gelap dengan banyak sekali anak tangganya. Aku tak dapat mengira-ngira sedalam apa lorong tersebut. Aku juga tak memiliki waktu untuk memikirkannya sekarang. Aku bingung. Semuanya telah hilang dari sisiku. Lalu untuk apa aku hidup?
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT BLOOD
Teen FictionVampire, Iblis, bahkan Manusia ingin memilikinya. Banyak pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan satu tujuan. Membuat setitik harapanpun terasa mustahil. . . 'Semoga mereka semua mati.' . . 'Pantaskah aku?' . . 'Aku hanya ingin bahagia seperti...