Chapter 6

2.6K 163 3
                                    

"Ck.. Cepatlah, Sakura!" Sasuke mengomel sedari tadi karena Sakura berjalan sangat lambat. Entah apa yang dilakukan gadis itu.

"Iya sabar, Sasuke. Kau saja yang jalannya kecepatan seperti hantu." Jawab Sakura. Kesal juga menghadapi Sasuke yang suka Ngedumel tidak jelas. Hei, apakah Sasuke memiliki bakat terpendam menjadi ibu kost.

"Hantu tidak ada yang berjalan. Mereka melayang." Balas Sasuke tidak mau kalah. Kesal juga disebut sebagai hantu. Ingat? Dia itu tampan. Dia bukannya ingin menyombongkan diri, tetapi kalian juga pasti mengakui ketampanan seorang Sasuke Uchiha, 'kan?

"Jangan bohong kamu. Emang kamu pernah melihat hantu?" Tanya Sakura penasaran.

"Aku selalu bisa melihat mereka." Tutur Sasuke jujur. Jangan lupakan mata merah Sasuke karena iritasi-eh ralat.. mata mangekyou sharingan yang ia miliki.

Gulp!

Sakura yang mendengarnya langsung meneguk ludahnya kasar. "Sasuke, jangan kau lanjutkan lagi. Ini bukan fanfic horor ingat??"

"Hn."

Mereka berdua melanjutkan jalan-jalan yang penuh dengan kenistaan itu, hingga Sakura merasa pegal-pegal sendiri. Kakinya terasa mau copot saat itu juga. Sakura duduk di bangku taman, sedangkan Sasuke hanya berdiri di samping Sakura seraya melipat tangannya. Sakura beristirahat sejenak. Ia baru ingat bahwa sudah berjam-jam mereka mengelilingi kota yang asing ini.

Di sini cukup damai seperti kota di Clan Haruno. Banyak sekali kios-kios yang menjajakan berbagai makanan maupun benda-benda lainnya. Dapat mereka lihat anak-anak yang sedang asyik bermain. Pandangan Sakura jatuh pada gadis manis berkepang dua yang sedang memegang boneka beruang berwarna putih.  Sakura tersenyum, ia mulai merindukan Clannya. Ia tersenyum sendu saat mengingat masa-masa yang menyenangkan dulu.

Sasuke melirik Sakura. Ia kemudian mengulurkan tangannya lalu menepuk puncak kepala Sakura sebelum akhirnya kembali melipat tangannya. Ada sedikit semburat merah menghiasi pipi putih Sasuke. Namun Sakura tidak dapat melihatnya karena Sasuke memalingkan wajahnya.

"Hihi.. Ada apa, Sasuke?" Sakura terkikik walau sempat kaget atas perlakuan Sasuke tadi. Apakah Sasuke ingin menenangkannya?

"Hn. Kalau sudah sadar dari alammu, cepatlah berdiri. Kita harus bergegas." Sasuke melangkah meninggalkan Sakura. Ia merasa bahwa pipinya terasa panas.

"Mo~ aku baru saja duduk. Kejam sekali sih." Sakura jadi kesal dengan tingkah Sasuke yang sangat aneh dan menyebalkan baginya.
.
.
.
Seorang pria berlari tertatih-tatih menuju ke sebuah bangunan megah. Bangunan yang hampir sama besarnya dengan kerajaan itu dipimpin oleh seorang Shogun. Orang yang sangat berkuasa saat itu.

Pria dengan nama Kabuto itu berlari menuju pintu yang terlihat paling besar. Para pelayan maupun prajurit yang melihat Kabuto langsung menyingkir. Tidak lupa menunduk hormat. Rupanya Kabuto termasuk orang yang lumayan berpengaruh di tempat itu.

Kabuto membuka pintu dengan kasar. Ia lalu berlari menghadap seseorang yang tengah duduk sambil menikmati teh yang telah dihidangkan oleh pelayan pribadinya. Ia lalu menatap Kabuto sedikit tidak suka. Sebagai petinggi di kota ini, Kabuto seharusnya berperilaku sopan.

Yahiko Pain. Seorang Shogun dari kota besar Amegakure. Kota yang selalu dituruni oleh hujan yang entah kapan akan berhenti. Memiliki wajah yang sangat tampan, dengan surai oranye yang tertata rapi membingkai wajah dengan kulit putih pucatnya. Dikaruniai otak yang entah dapat dikatakan cerdas atau.. licik? Ia dapat menjabat menjadi pemimpin di kota besar Amegakure saat masih berusia belia.

"Kenapa kau berlari seperti preman pasar, Kabuto? Aku tidak suka itu." Ucap Yahiko dengan wajah datarnya.

"M-maafkan saya, Pain-sama. Saya memiliki berita yang sangat buruk. Saya-"

INNOCENT BLOOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang