"Apa maksudnya?" Tanya Sakura.
Naruto dan Sasuke menatap tajam pada Gaara seakan menyuruh sang pemuda berambut merah itu bertanggung jawab atas kejahatan yang baru saja ia katakan.
Gaara menghela napas, "Di dalam tubuhmu itu terdapat sesosok monster, Sakura-san. Bagaimana cara menjelaskannya yah? Begini saja, contohnya adalah kau sebagai pohon dan monster itu adalah benalu. Jika kau sudah tidak bisa bertahan lagi, maka ia akan mengambil alih tubuhmu, setelahnya ia akan berpindah tempat lagi agar ia tidak mudah untuk dimusnahkan." Naruto melongo. Ia baru tahu Gaara bisa berucap sepanjang itu tanpa menjedanya sedikitpun untuk bernapas. Ini Gaara, 'kan? Yang miskin kosa kata bahkan lebih miskin lagi dari Sasuke?
"Benarkah?! Bagaimana.. bagaimana cara menghentikan pertumbuhan monster tersebut?" Sakura gelisah tidak karuan, Sasuke lalu memegang bahu gadis itu. Ia tidak tersenyum, namun ia memberikan tatapan tulusnya pada Sakura.
"Tenang. Ada satu cara agar Sakura-san bisa memisahkan monster itu darimu. Caranya adalah-"
"Kurasa kau sudah terlalu banyak bicara, Gaara." Sakura menoleh ke arah Sasuke karena pria itu memotong ucapan dari Gaara.
Gaara yang ternyata mengerti bahwa Sasuke tidak ingin meneruskan pembicaraan tersebut hanya memalingkan wajahnya, "Hn. Kau benar, Sasuke."
Sakura yang masih penasaran baru saja ingin bertanya lebih lanjut, dihentikan oleh Sasuke. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya saat Sasuke berkata bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Jadi, Sakura boleh bertanya tentang monster apa yang ada di dalam tubuhnya, namun tidak dengan pertanyaan cara memisahkan monster itu.
Merekapun meneruskan perjalanan. Tidak ada yang berbicara karena mereka terhanyut dalam pemikiran mereka sendiri.
.
.
.
"Susul dan bawa mereka kembali ke sini.Sakura Haruno akan dikurung di penjara perut bumi. Sedangkan Sasuke dan Naruto harus dihukum dengan cara mengambil aura mereka.
Aku akan memilih salah satu dari kalian yang benar-benar tepat untuk memusnahkan Gadis-tidak, monster itu. Ada pertanyaan?" Tsunade memerintahkan kepada dua puluh sang Bayangan Waktu muda yang berbakat untuk mengejar kelompok Sasuke tersebut.
Salah satu dari sang Bayangan Waktu yang cukup dekat dengan Naruto bernama Konohamaru Sarutobi mengacungkan tangannya.
"Saya, saya ingin bertanya. Mengapa anda ingin mengambil aura Naruto-nii dan Sasuke? Bukankah mereka adalah sang Bayangan Waktu kebanggaan kita? Mereka diberikan kekuatan yang besar.
Seharusnya kita memusnahkan Sakura Haruno agar monsternya juga musnah sebelum dapat mengambil alih tubuhnya ataupun dipindahkan oleh iblis penjaganya ke calon bayi di masa depan tanpa harus mengambil aura Sasuke dan Naruto-nii. Jika kita mengambil aura mereka, bukankah sama saja kita membunuhnya." Napas Konohanaru tersengal-sengal, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Tsunade. Bukankah Tsunade sudah menganggap Naruto sebagai anaknya sendiri?
"Mungkin memang itulah yang seharusnya terjadi. Sasuke seharusnya sudah memusnahkan monster itu. Ia seharusnya tidak gagal seperti Sai ataupun Naruto.
Memang mereka memusnahkan wadah bagi monster itu, namun mereka lupa untuk memusnahkan iblis penjaganya juga, sehingga monster itu bangkit lalu menghancurkan manusia termasuk orang yang kita sayangi.
Mereka gagal karena larut dalam kesedihan! Mereka gagal karena mereka jatuh cinta pada wadah monster itu! Sehingga mereka lupa pada tugas mereka dan pada akhirnya mereka membawa wadah itu ke lembah kematian seraya berharap agar wadah itu dapat terpisah dari monster itu!
Padahal mereka sudah tahu akan konsekuensi dari tindakan mereka bahwa hanya aura mereka yang dapat memisahkannya.
Mereka bisa mati sia-sia. Memang wadah itu tidak akan mati dan dapat hidup layaknya manusia biasa,tetapi monster itu tidak akan bisa musnah jika tidak berada di dalam tubuh wadahnya. Hal itulah yang mereka lupakan.
Sekarang, Sasukelah yang akan mengulang kejadian itu. Apalagi ia dibantu oleh Naruto. Aku mohon, demi keselamatan umat manusia, cepat bawa mereka kemari." Tsunade berkata dengan sedikit berteriak karena emosi. Ia menatap tajam Konohamaru.
Konohamaru hanya terdiam. Memang yang dikatakan Tsunade itu benar, tetapi tetap saja ia tidak bisa menerima jika Sasuke dan Naruto akan mati secepat ini.
"Lalu hukuman untuk Gaara-san?" Lirih Matsuri. Matanya sedikit berkaca-kaca.
Gadis itu sudah menyukai Gaara cukup lama, mulai dari pertama kali Naruto membawa seorang anak kecil yang terluka parah hingga sekarang tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Ia sangat khawatir pada pemuda itu, "Gaara-san adalah manusia, ia tidak ada hubungannya juga bukan?"
"Mau dia manusia atau apapun itu, ia akan tetap dihukum karena ia juga membantu Sasuke. Hukuman untuknya akan aku pikirkan nanti." Tsunade memutar kursinya ke belakang hingga Matsuri tidak bisa melihatnya di karenakan ukuran kursi yang melindungi seluruh tubuh Tsunade. Gadis itu mengepalkan tangannya erat.
'Jika terjadi sesuatu pada Gaara-san, akulah yang akan memusnahkan gadis monster itu!'
.
.
.
Sasori berendam di dalam danau bersama dengan Toneri yang memancing ikan di tepi danau. Sungguh hal yang sia-sia karena danau itu tidak ada ikannya. Mengapa? Karena walaupun danau itu indah dan tenang, tetapi suhunya mencapai seratus derajat selsius bahkan lebih.Toneri melirik pemuda bermarga Haruno yang berendam di tengah-tengah danau yang cukup besar dan dangkal itu. Ia bosan karena pemuda itu tidak berbicara sedikitpun.
"Hentikan pekerjaanmu yang bodoh itu, Vampir!" Toneri kaget. Ia kira Sasori sudah tewas di sana karena tidak bergerak sejak kemarin ia datang ke istananya.
"Biarlah. Aku memancing ikan, bukan kau. Lagipula kemana gadis imut yang kau tiduri kemarin?" Toneri membaringkan tubuhnya, "Apa gadis itu sudah mati karena kau menjadikannya sarapanmu pagi kemarin setelah ia bangun. Dan karena menyesal, kau datang ke sini untuk menghibur diri?" Toneri terkekeh. Ia menyadari Sasori mulai menggeram marah.
"Jangan katakan bahwa tebakanku benar? Oh ayolah, Sasori. Jika kau tak menginginkannya, berikan saja gadis imut itu padaku. Jujur aku sangat tertarik padanya." Toneri kembali duduk dan melihat seperti apa ekspresi Sasori sekarang.
"Jaga ucapanmu itu, Vampir. Mana mungkin aku memakan imoutoku sendiri. Lagipupa aku sangat mencintainya." Toneri menaikkan sebelah alisnya terkejut.
"Ho~ ternyata dia adikmu. Tunggu, adikmu? Kau sudah gila, dia adikmu lho. Bagaimana bisa kau mencintainya?" Toneri berucap tidak percaya. Sahabatnya ini memang sudah tidak waras.
"Ya, kau benar. Aku memang sudah gila karenanya. Tapi kau tenang saja, sebagian penghalang sudah ku atasi. Tinggal sebagiannya lagi." Sasori menyeringai. Ia lalu berdiri lalu berjalan menuju ke tepi danau untuk mengambil bajunya. Setelah sampai, ia memakai bajunya.
"Aku tidak khawatir padamu. Aku hanya tidak percaya padamu, Sasori. Apa aku harus menculik adikmu saja untuk ku nikahi? Aku juga perlu keturunan. Apalagi jika ia adalah adikmu, tidak mungkin jika ia tidak memiliki kekuatan yang besar, 'kan? Anak kami nanti bisa menjadi vampir terhebat nanti!" Toneri memejamkan matanya sembari terseyum karena membayangkan keluarga kecilnya di masa depan.
"Dan aku akan membunuhmu sebelum itu terjadi." Tambah Sasori setelah selesai mengenakan pakaiannya. Ia lalu melenggang pergi.
"Jahat sekali. Eh, kau mau kemana?" Tanya Toneri. Pemuda itu juga bangkit dari duduknya lalu mengekori Sasori.
"Menjemput imoutoku. Kau juga, cepatlah pergi. Urusi istanamu ini, dasar tidak berguna." Jawab Sasori dingin sebelum ia menghilang.
Toneri memasang wajah datar seraya berjalan menuju ke dalam istananya.
"Sepertinya menarik jika aku mendapatkan gadis itu, hehe" kekeh Toneri.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT BLOOD
Teen FictionVampire, Iblis, bahkan Manusia ingin memilikinya. Banyak pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan satu tujuan. Membuat setitik harapanpun terasa mustahil. . . 'Semoga mereka semua mati.' . . 'Pantaskah aku?' . . 'Aku hanya ingin bahagia seperti...