Matsuri POV
Namaku Matsuri. Aku adalah salah satu dari sang Bayangan Waktu, tetapi aku tak pernah memiliki kekuatan khusus seperti Uchiha-san maupun Uzumaki-san. Aku tak ayalnya hanya seperti gadis biasa yang punya sedikit kekuatan.
Aku di tempatkan di posisi sebagai prajurit penjaga yang bertugas di bagian informasi serta kadang kali di bagian penjagaan gerbang desa ini. Desa Konoha, desa para Bayangan Waktu di kumpulkan beratus-ratus tahun yang lalu.
Karena tanda-tanda tentang kelahiran Wadah Iblis Waktu sudah diketahui beberapa tahun yang lalu, kami sebagai informan hanya bisa mengamati karena hanya sang Bayangan Waktu lah yang bisa memusnahkan monster itu. Aku berharap, kali ini dia berhasil memusnahkannya.
Sekarang, aku sedang duduk di bangku taman bermain sembari memakan takoyaki yang aku beli di kedai tadi.
Pandanganku jatuh pada Uzumaki-san yang sedang berlari tergesa-gesa. Terlihat ia membawa seorang anak kecil, mungkin berumur sekitar sembilan tahunan?
Mungkin anak itu adalah korban dari amukan para vampir yang mencari Iblis Waktu. Entah mengapa aku merasa sangat khawatir pada anak lelaki berambut merah tersebut.
Sebenarnya aku ingin mengikuti mereka jika saja salah satu temanku tidak memanggilku untuk membantu mereka di bagian medis. Padahal aku tidak tahu menahu tentang masalah obat-obatan. Tetapi, daripada aku diam tidak ada kerjaan, maka aku ikut membantu saja.
.
.
.
Kenapa aku selalu memperhatikan bocah itu akhir-akhir ini? Ada apa denganmu wahai diriku yang cantik dan manis?Bocah itu terlihat melamun di atas ranjangnya sembari melihat keluar jendela. Bukannya aku ini pedofil atau apa, aku bahkan yakin bahwa usiaku lebih dari dua ratus tahun.
Deg!
Bocah itu menoleh padaku. Ia nampak memperhatikanku yang sedang berdiri kikuk di depan pintu kamarnya yang terbuka.
"H-hai." Aku mencoba menyapanya.
"Obatnya." Suaranya serak. Aku baru tersadar jika ia tengah menatap obat yang aku bawa. Perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya.
Dapat kulihat tubuhnya bergetar ketakutan. Mungkin ia masih trauma dengan insiden yang menimpanya. Akupun tahu rasanya kehilangan anggota keluarga yang sangat disayangi.
Saat aku akan memberinya obat, ia langsung menepis obat itu. Sesaat ia berteriak menyuruhku pergi dari kamar itu. Ia terus berteriak, mata jadenya mengeluarkan air mata. Dia menangis.
Aku sangat panik. Tanpa berpikir panjang lagi, aku memeluk anak itu dengan harapan agar dia bisa tenang. Apa tindakanku sudah benar?
Beberapa saat kemudian, hanya terdengar suara sesenggukkan. Ia lalu melepaskan pelukannya dan mengucapkan terimakasih.
.
.
.
"Sabaku no Gaara." Katanya memperkenalkan diri setelah meminum obat. Aku tersenyum manis padanya.Sejak saat itu, aku dan Gaara menjadi dekat.
.
.
.
"Gaara-kun, apa kamu sudah makan siang?" Aku bertanya pada Gaara yang terlihat sibuk merakit senjata.Gaara, sejak ia berumur lima belas tahun sudah menjadi perakit senjata yang cerdas dan hebat. Bahkan Tsunade-sama mengakuinya dan menjadi seorang yang bekerja di bidang persenjataan. Sekarang ia tengah sibuk merakit senjata barunya.
"Hn." Gumamnya. Aku sedikit kecewa pada anak satu ini, ditanya itu dan ini, hanya gumamanlah sebagai jawaban.
"Gaara-kun, kau itu bukanlah bayi yang hanya bisa bergumam. Kamu sudah sembilan belas tahun lho!" Seruku cerewet.
"Sudah." Aku sangat kesal dengan jawabannya. Aku meninggalkan kotak bekal makan siangku di meja kerjanya dan langsung melangkah pergi.
"Terimakasih-" langkahku terhenti. Apakah ia mulai menyadari keberadaanku? bolehkah aku berharap?
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT BLOOD
Fiksi RemajaVampire, Iblis, bahkan Manusia ingin memilikinya. Banyak pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan satu tujuan. Membuat setitik harapanpun terasa mustahil. . . 'Semoga mereka semua mati.' . . 'Pantaskah aku?' . . 'Aku hanya ingin bahagia seperti...