Cukup lama gadis bersurai senada dengan bunga kebanggaan Jepang itu berlari.
Hari sudah semakin siang dan ia juga merasa cukup lelah. Ia pun menengok kebelakang untuk memastikan tidak ada yang mengikuti.
Setelah merasa aman, ia lalu singgah di bawah sebuah pohon untuk berteduh.
Sakura POV
"Hah.. lelah sekali." Gumamku sembari duduk di bawah pohon besar ini.
Aku mendongakkan kepalaku ke atas. Hari sudah menjelang siang, namun langit tampak mendung.
Aku masih sangat berduka. Bagaimanapun juga seluruh clanku, keluargaku, hampir semuanya terbunuh. Hampir karena masih ada aku dan Nii-chan ku yang sekarang entah di mana, yang masih tersisa.
Aku ingin menangis. Aku ingin berteriak. Namun apa daya, air mataku sudah kering tak bersisa. Teriak pun tak akan dapat menyelesaikan masalahku.
Aku berpikir bahwa mungkin saja mereka masih mengejarku.
Takut? Bohong jika aku tidak ketakutan sekarang. Kau pikir aku adalah gadis pemberani yang sekarang senang berpetualang di hutan rimba seperti Dora yang suka keluyuran mencari barang apalah itu? Tidak. Aku sebenarnya hanyalah gadis manja penakut yang dipaksa oleh keadaan untuk melarikan diri karena orang-orang dengan jiwa psikopat pembunuh clankul
Aku harap ini hanyalah mimpi buruk. Aku memejamkan mata. Semoga saat aku membuka mata, aku sudah ada di kamarku dengan Shizune yang mengomel karena aku bangun kesiangan.
Eh, entah kenapa aku merasa mengantuk? Ah.. mungkin karena kelelahan. Baiklah sebentar saja. Aku ingin istirahat. Semoga mereka tak menemukanku di bawah pohon besar ini. Semoga saja...
Normal POV
Sakura terlelap di bawah pohon besar itu. Tak menyadari bahwa sedari tadi ia diawasi oleh sepasang mata yang amat tajam melihat ke arahnya. Sosok itu keluar setelah dirasa bahwa gadis itu tengah tertidur. Dengan hati-hati ia mendekatinya.
Sosok raven tersebut adalah seorang pemuda bermata onyx terkesan tajam namun tak menghilangkan keindahan iris langka tersebut. Kulit putih porselen dan tubuh yang tegap dan sangat gagah. Wajahnya sangat tampan bak dewa-dewa yunani menambah keelokkan parasnya yang menawan. Hakama hitamnya yang terbuat dari sutera terlihat berkilau tertimpa cahaya. Katananya pun juga tersampir di pinggangnya. Ia adalah Sasuke Uchiha.
Sasuke berjalan mendekati Sakura yang masih tertidur lelap. Tepat disamping gadis bubble gum tersebut, ia mulai mendudukkan dirinya. Bersandar di bawah pohon besar itu. Meletakkan kepala Sakura di pundaknya.
Wajah datarnya menoleh pada gadis tersebut. "Kau gadis paling ceroboh yang pernah aku tahu. Kau tidak takut mereka menemukanmu di sini? Seenaknya tidur di manapun kau mau. Dasar gadis aneh." Gumamnya. Ia tahu bahwa tak akan mendapat tanggapan dari gadis tersebut karena gadis itu tertidur. Ia lalu terkekeh pelan memikirkan kekonyolannya. Sungguh tampan ia jika tersenyum.
Ia tahu bahwa biasanya ia tak pernah tersenyum dalam jangka waktu yang lama. Tapi, entah mengapa ia selalu bisa tersenyum juga merasa sedih dalam waktu yang bersamaan saat melihat wajah gadis di sampingnya.
"Bagaimana bisa takdir begitu kejam kepadamu? Coba saja orang itu tidak melakukan semua ini. Hh... membuat pekerjaan menjadi susah saja." Pandangan Sasuke lurus ke depan. Ya. Jika saja tidak ada orang bodoh yang suka ikut campur, pasti ia dapat membunuh gadis yang sedang terlelap di sampingnya ini dengan tenang. Kejam memang. Tetapi memang begitulah takdir yang melekat pada mereka. Takdir yang tak dapat ditawar lagi.
"Hmm.." gadis itu melenguh. Sasuke tak bergeming sedikitpun dari tempat ia duduk.
Sedikit demi sedikit Sakura membuka matanya. Sakura merasa ada yang aneh. Ia merasa nyaman. Seperti ada seseorang di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT BLOOD
Ficção AdolescenteVampire, Iblis, bahkan Manusia ingin memilikinya. Banyak pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan satu tujuan. Membuat setitik harapanpun terasa mustahil. . . 'Semoga mereka semua mati.' . . 'Pantaskah aku?' . . 'Aku hanya ingin bahagia seperti...