Haku terpaku sesaat. Cepat sekali suasana hati gadis itu berubah. Menarik sekali. Benarkah jika gadis ini menyimpan sesuatu yang paling ditakuti sekaligus yang paling diinginkan oleh semua mahkluk di dunia ini?
"Tentu. Apapun untukmu, Hime-sama." Jawab Haku.
"Kemana anda ingin pergi?" Tanya Haku pada akhirnya. Sakura nampak berpikir sebentar. Ia lalu menjentikkan jarinya.
"Apa ada tempat untuk berlatih pedang di sini, Haku-san?" Sakura bertanya sambil mengepalkan tangannya semangat.
Haku keheranan dengan gadis merah muda di depannya ini. "Eh? Apa maksud anda?"
"Dojo (bener gak tuh tulisannya yak?) atau apapun itu. Yang penting bisa digunakan sebagai tempat berlatih. Pedang, tombak, panah, atau senjata apapun. Tolong Haku-san, aku tidak mau terus menerus merepotkan orang lain lagi. Aku ingin bisa bertarung agar aku dapat melindungi diriku sendiri." Jelas Sakura panjang lebar.
"Tetapi, Sasori-sama tidak memperbolehkan anda keluar dari tempat ini, 'kan?" Kilah Haku agar gadis itu mempertimbangkan lagi keputusannya.
Namun, bukan Sakura namanya kalau tak segan untuk memberontak jika itu sudah menjadi keputusannya. "Aku tahu itu. Ia tidak akan pernah mengizinkanku untuk melakukan hal-hal seperti itu. Tapi, aku ingin menjadi gadis yang kuat agar aku bisa melindungi diriku dan orang lain."
Awalnya Haku ingin menolak, tetapi karena Sakura terus memaksa akhirnya tepaksa ia membolehkan.
Ia lalu menuntun Sakura menuju ruang tempat Sasori berlatih dulu. Ruangan itu sudah lama tidak terpakai, karena Sasori sudah jarang berlatih di sana.
Haku dan Sakura memasuki ruangan berlatih itu. Mereka memandangi keadaan ruangan yang bisa dibilang sangat luas. Tempat berlatihnya juga lengkap. Ada untuk berpedang, menombak, memanah, dan lain lain.
Sakura dapat melihat banyak sekali senjata untuk bertarung. Matanya berbinar melihat lengkapnya senjata itu.
Haku hanya terkekeh melihat kelakuan gadis remaja itu. Di kala perempuan seusianya harusnya tengah bergelut dengan perhiasan dan menjahit, ia malah tertarik pada benda-benda tajam di ruangan ini. Aneh sekali.
"Hm, Hime. Senjata seperti apa yang akan anda gunakan nanti?" Tanya Haku.
"Semuanya!" Seru Sakura bersemangat. Haku terkejut dan langsung tertawa terbahak-bahak. Sakura menggembungkan pipinya kesal. Apa yang salah jika ia ingin mencoba berlatih dengan semua senjata yang ada di ruangan ini?
"Anda ternyata sangat aneh. Lagipula, walau tanpa senjata pun anda bisa mengalahkan siapapu-" Haku menutup mulutnya. Gawat, ia kelepasan.
"Benarkah? Bagaimana caranya? Kalau aku tahu ada kekuatan yang seperti itu, aku pasti bisa melindungi clan ku." Sakura menatap lantai. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri.
"Hime-sama, saya, saya sarankan untuk memilih panah saja. Memanah aman untuk perempuan karena dapat mengurangi resiko berhadapan dengan musuh secara langsung. Selain itu, teknik ini dapat anda gunakan dalam perburuan juga." Haku yang merasakan suasana mulai menjadi tidak enak, langsung merubah topik pembicaraan. Ya, itu salahnya juga.
Sakura mulai semangat lagi. "Tapi, walaupun begitu, memanah juga pasti memiliki kelemahan juga, 'kan?"
"Itu benar. Jadi, mungkin anda juga harus berlatih pertarungan jarak dekat juga. Hanya untuk jaga-jaga." Jelas Haku lagi. Ia tersenyum pada Sakura lalu menuju rak kaca di mana banyak terdapat alat panah dan anak panahnya juga.
Sakura mengikuti Haku. Ia melihat berbagai alat panah di rak kaca tersebut. Haku membuka pintu kaca rak tersebut dan mengambil dua busur panah. Ia juga mengambil sepuluh anak panah. Ia lalu memberi Sakura satu busurnya dan sembilan anak panah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT BLOOD
Teen FictionVampire, Iblis, bahkan Manusia ingin memilikinya. Banyak pertumpahan darah hanya untuk memperebutkan satu tujuan. Membuat setitik harapanpun terasa mustahil. . . 'Semoga mereka semua mati.' . . 'Pantaskah aku?' . . 'Aku hanya ingin bahagia seperti...