Dua minggu setelah resmi kami kembali.
Aku seakan tak lagi memiliki kekasih
:)Oh, ayolah! Ia sekarang sibuk latihan dan latihan lagi, setelah itu ia akan comeback bersama rekannya diatas panggung nanti.
Hhh… sedikit menyebalkan, aku merasa pertama kalinya mengalami hal semacam ini, mau mengutuk takkan ada gunanya. Ya, nikmati dan jalani saja segala kepahitan dalam kerahasiaan ini. Benar, kami berkencan tanpa sepengetahuan siapapun, hanya kami yang tau. Toh, setiap bertemu entah didepan Angel atau Mark, tak ada satupun dari kami yang merubah sikap dan saling berdebat konyol. Setidaknya aku suka itu, hidupku terasa penuh warna.
"Jadi… aku harus datang ke cenanyang ini? Sendirian?," gumamku kala sudah tiba didepan sebuah rumah dengan pagar bertempelkan berbagai macam kertas jimat tak jelas itu.
"A-aish! Kenapa aku jadi takut begini?," lagi, aku kini seperti orang gila yang berbicara pada sebuah gantungan kunci. Yoongi menyuruhku meneliti benda yang ia temukan dulu.
Ia pikir aku ini babunya?
"Tidak! Aku pemberani! Tidak ada hanㅡ AKH!!!" teriakku kaget saat seorang nenek menghalau didepanku, menutupi pandanganku akan gerbang rumah cenanyang itu.
"Kau terkejut?" tanyanya membuatku hendak khilaf untuk mengumpat.
"A-ah? Tidak, aku hanya sedang latihan vokal tadi" sahutku sopan dan yang pasti ngelantur. Menanggapi itu, sang nenek hanya tersenyum simpul sebelum menurunkan arah pandangnya menuju benda yang sedari tadi kugenggam.
"Apa itu?" tanyanya padahal aku berusaha keras agar tak mengabaikan dirinya dengan langsung melenggang masuk ke gerbang itu.
"Ini? Oh, hanya gantungan kunci. Apa halmeonie perlu kacamata?"
"Haha! Mataku bahkan lebih sehat dari matamu. By the way, gantungan kuncinya sangat bagus" mataku melotot mendengar bahasa nenek tua didepanku ini.
"Ya, terimakasih. Ng… maaf, tapi permisi karena aku harus on the way ke rumah itu sekarang. Kalau begitu, selamat tinggal, halmeonie" lambaiku terburu pada nenek tersebut. Kakiku berniat segera melangkah menjauh, namun naas lenganku ditahan.
Hhh… tarik nafas, buang. Ulangi lagi sampai 69 kali.
"Ada apa lagi, halmeonie?"
"Halmeonie?" mataku melotot kaget saat melihat sosok yang kini berdiri didepanku. Rasanya aku seperti benar-benar melihat hantu sekarang, pikirkan saja, bukankah yang tadi itu seorang nenek-nenek?
"Aish! Kupikir nenek tua yang tadi. Loh? Kemana nenek itu? Cepat sekali hilangnya" gumamku celingak-celinguk didepan seorang pria yang berdiri tepat menghadapku. Ia terdengar terkekeh pelan melihat sikapku.
"Aku melihatnya berbelok kesana. Tapi, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya seraya melepaskan pergelangan tanganku.
"Aku kemari untuk menanyakan sesuatu pada manusia yang bernafas dan tinggal di dalam sana. Lalu, bagaimana denganmu, Mark?"
"Aku? Ini adalah laluan rute jogging Minggu pagiku" jawabnya seraya tersenyum manis kepadaku yang mengangguk sebelum berpamit padanya agar segera menyelesaikan tugas menyebalkan ini.
"Tanyakan pada dirimu, maka kau akan menemukan jawabannya"
~•~
Seorang pria berpakaian swag tampak sedang tergesa berjalan keluar dari mobilnya. Wajahnya yang tak ditutupi sebuah masker apapun terpampang jelas bersama raut acuhnya. Terlebih bersama rambut birunya, benar-benar terlihat seperti Ice Prince. Sebelum ia benar-benar masuk ke dalam sebuah gedung besar itu, seorang wanita cantik mencegat langkahnya dengan sebuah sapaan hangat layaknya tak terjadi apapun dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel: Dream✔
Fanfiction𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍: 𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 note: disarankan membaca cerita sebelumnya yang bertajuk 'DREAM'. Hanya sekedar goresan tentang bagaimana kisah asmara yang pernah terjalin antara aku dan dirinya. Apakah akan berlanjut dan membawaku pada akhir yang didambak...