14. Test 2

518 63 4
                                    

Akhir bulan sudah semakin dekat. Artinya, aku akan segera berkemas dan kembali ke negeri sendiri.
Sedikit sedih rasanya benakku ini. Namun tak dapat kupungkiri, aku juga merasa bahagia karena akan segera bertemu dengan sanak saudari.

Entahlah, aku tak yakin dengan urusan asmara percintaan yang kurasa akan terlalui dengan berat jika kami terus melanjutkannya. LDR memang tak terlalu buruk jika kita bisa memberikan waktu untuk take care pada pasangan kita, tapi bagaimana dengan Yoongi? Ia sibuk dan akan selalu begitu.

Saat ini, kami tak menjalin banyak percakapan atau bertemu satu sama lain dan berbicara banyak hal bersama. Ia sibuk dan aku juga sibuk. Sempurna. Hhh… karena kontrakku sudah di penghujung begini, pekerjaanku semakin banyak bahkan juga menumpuk.

Yha… walaupun kami sama-sama sibuk, setidaknya setiap akhir pekan akan ada 1 jam waktu untuk kami bertemu. Dan kali ini, ia menghubungiku kemudian memintaku segera ke apartement kami. Paling-paling juga ia hendak memperbudakku dengan membersihkan rumah atau memijatnya tanpa henti selama berjam-jam.

Jangan sekali-sekali kalian menjalin hubungan dengan makhluk seperti Yoongi. Jika itu terjadi, maka cepat putuskan.

"Oh? Halmeonie!" teriakku riang karena suasana hatiku sedang sangat baik sekarang. Nenek yang kuserukan tadi menoleh di detik-detik ia hendak menyebrang jalan.

"Siapa, ya?" tanyanya santai dan terkesan anarkis padaku yang terkekeh lalu menepuk pundaknya pelan.

"Aish… ini aku, si gadis yang halmeonie halangi saat ingin menemui seorang cenanyang. Halmeonie mau menyebrang? Aku bantu, ya?"

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Kau pikir aku ini sudah tua?" mataku melotot kaget mendengar penolakan itu dengan senyuman kaku tak kunjung luntur di bibirku.

Apa ada yang punya cermin untuk diberikan pada nenek tua ini?

"Ah… bukan begitu, aku hanya murni ingin membantuㅡ Oh! Lihat, lampunya sudah hijau. Gabsida!ㅡ Omo! Aku terdengar seperti tokoh di drama She Was Pretty. Hehe!," racauku sendiri seraya terkikik pelan saat menggendeng ramah nenek disampingku yang memasang wajah tak peduli.

"Wah… Halmeoni, ayo kita beli buah dulu!," dengan biadabnya aku langsung menyeret wanita tua yang mendengus ini. Aku tak tau apa yang merasukiku sekarang.

"Jeruk atau apel? Anggur atau melon? Hm… tidak, tidak. Aku sudah punya melon. Ahjushi, melonnya satu!," setelah selesai membeli buah legendaris itu, aku kembali meninting seorang wanita tua tadi yang mengomel tak jelas padaku.

"Halmeonie memangnya mau kemana?" tanyaku menatap si nenek yang lagi-lagi memasang wajah tak bersahabat padakun

"Ke surga… tentu saja pulang ke rumah!"

"Oh, ya sudah. Kalau begitu, sampai jumpa lagi" kuangkat lenganku untuk melambai pada nenek yang kini memanggil kembali dengan menyerukan namaku. Aku pun berbalik dan menatap sosok tua disana.

"Kau mau kemana?" tanyanya singkat padaku yang sedikit cengo.

"Bertemu kekasihku!" teriakku bahagia hingga mengundang tatapan aneh orang-orang. Baiklah, kuakui aku gila sekarang.

"Oh. Ternyata kau punya kekasih. Dimana kalian bertemu?" sejenak aku terdiam guna memikirkan jawaban yang tepat, bisa-bisa aku disangka gila jika mengatakan yang sebenarnya. Ah! Persetanlah.

"Ng… di mimpi"

Duh, halu.

~•~

Berdirilah aku di depan cermin bersih yang memantulkan diriku disana. Dress coklat dengan motif kotak-kotak melekat sempurna di tubuhku. Rambut sebahuku digerai bebas guna memberi kesan yang manis bagiku terlebih dengan makeup natural ini. Aku tak tau, Yoongi menyuruhku berdandan dan mengenakan pakaian Gucci mahal.

Sequel: Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang