First Night:🌚
Aroma segar menyeruak dari tubuhku saat aku membuka pintu kamar mandi. Rasanya sangat-sangat sejuk dan nyaman.
Kulangkahkan enteng kakiku menuju sebuah meja rias, menatap diriku di cermin seraya memberikan pelembab kulit, ritual kaum hawa pada umumnya, lah ya~
Kulirik sekilas orang yang masih berbaring diatas kasur sana dengan mata terpejam. Dari awal aku membuka pintu kamar ini, lalu berusaha melepas gaunku sendiri, hingga aku selesai membersihkan diriku; manusia tak bermoral itu masih tidur. Ia tidak ingin menagih jatah sepert suami pada umumnya? Padahal aku sudah rela tidak bulan madu dan memilih memaklumi pekerjaaannya yang segudang.
"Albino pemalas! Bangun cepat sebelum aku memukul kepalamu dengan koper kita" teriakku padanya yang langsung membuat tubuhnya terduduk lalu bergumam tak jelas.
"Baiklah, baik! Aku akan mandi" ia melangkah cepat menuju pintu disana, membiarkanku menatapnya heran. Aku bahkan tak menyuruhnya mandi tadi, tapi baguslah jika ia sadar diri.
Setelah bermenit-menit berlalu, aku tersentak saat merasakan tsunami diatas kasur empuk ini. Ponsel yang menjadi pusat atensiku sebelumnya, kini sudah kusimpan di nakas. Mataku menatap antara bingung dan sebal dengan manusia yang seakan tak punya hasrat untuk hidup itu.
Kutendang kakinya yang melintang di sampingku, berusaha mendapatkan perhatiannya."Aigo… aku mengantuk sekali. Apa Namjoon memasukkan obat tidur di kado pernikahan kita?" gumamnya tak jelas namun masih dapat kudengar dan pahami. Otakku mencoba mencerna ucapannya.
Memang benar Namjoon memberi kami kado pernikahan yang isinya adalah sebuah minuman, aku tak tau apa itu, jadi aku tak meminumnya. Yoongi saja yang tampak bernafsu saat menenggaknya tadi.
"Jadi kau dikerjai oleh dongsaengmu sendiri? Memalukan" terdengar suara desahan berat itu, membuatku merinding seketika. Sialan.
"Sayang, bisa kau menolongku"
"Apa?"
"Naik dan duduklah disini"
"Hah?" tanyaku cengo, jujur aku mulai berpikir hal yang berbau liar binasa sekarang.
"Duduk disini" ia mengulang dan lengannya menarik tubuhku agar menuruti ucapannya. Dengan terpaksaㅡ Ah! Dengan senang hati aku melakukannya, namun gayaku terkesan kaku dan sangat gugup.
Jadi, sekarang aku duduk tepat diatas perutnya. Ia telentang begitu saja dibawah pancaran lampu remang-remang ini. Sebenarnya, ini adalah kesengajaan atau apa?
"L-lalu apa?," tanyaku tergagap pada Yoongi yang perlahan membuka mata sayunya. Mata mengantuk yang bagiku terlihat seperti mata gigolo yang menggoda.
"Yoon?"
"Eh? Astaga! Aduh, maaf. Aku tertidur lagi. Aku hanya ingin memintamu memotretku"
"M-memotretmu? Kau gila?" tanyaku setengah kaget pada makhluk yang hanya membuka matanya setengah-setengah itu. Gejolak emosi memuncaki diriku kala aku harus menuruti kemauannya. Sial, tapi wajahnya tampan begini, mana bisa aku marah lama-lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel: Dream✔
Fanfic𝑺𝒆𝒒𝒖𝒆𝒍: 𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 note: disarankan membaca cerita sebelumnya yang bertajuk 'DREAM'. Hanya sekedar goresan tentang bagaimana kisah asmara yang pernah terjalin antara aku dan dirinya. Apakah akan berlanjut dan membawaku pada akhir yang didambak...