10. Drunk

547 66 9
                                    

Bulan telah berganti, begitu juga dengan musim.

Hari ini adalah puncak musim gugur, angin bertiup menjatuhkan dedaunan layu dari tangkai kayu itu. Pemandangannya indah, tapi tak ada satupun yang dapat menghibur hatiku. Astaga, aku baru menyadari bahwa pekerjaanku benar-benar berat dan melelahkan sekali.

Entah mungkin karena kontrakku disini akan segera habis, segalanya mulai terasa menyebalkan. Pekerjaanku semakin banyak diberikan, seperti menerjemahkan beberapa novel yang sudah diberi batas waktu untuk dipublikasikan. Lalu aku bahkan juga harus menerjemahkan sebuah artikel luar yang sialnya berisi tentang wawancara tentang hal yang tak ingin kudengar akhir-akhir ini. Memaki pun tak cukup rasanya, haruskah aku membakar gedung tempatku bekerja ini?

"Ahjumasoju han myeongjuseyo" seruku pada seorang wanita paruh baya pemilik warung tenda sederhana yang tak jauh dari sungai indah disana.

(Bibi… tolong sojunya satu)

Dengar, jangan cap aku sebagai gadis nakal atau pemabuk dan segala macam jenisnya itu. Aku sudah cukup besar, lagipula aku sering kemari sendirian tanpa ada yang tau itu.

"Oh! Yen-ah? Sudah lama kau tidak kemari. Kemana saja kau ini?" tutur wanita itu seraya menyajikan soju sebagai pesanan tambahanku. Tadi aku hanya memesan seporsi ceker ayam pedas.

"Hehe! Itu karena pekerjaanku. Hhh… rasanya aku ingin jadi seperti Ahjuma saja. Pasti menyenangkan bertemu dengan banyak orang daripada hanya diam di dalam sebuah ruangan"

"Aigo… lihatlah gadis tukang mengeluh ini. Pekerjaanmu bahkan terdengar lebih hebat dari apapun. Ada-ada saja kau" balasnya dengan kekehan pelan sebelum ia pamit padaku untuk melayani pelanggannya yang lain.

Duduklah aku disini, menatap gelas soju yang selalu kuisi sendiri. Otakku berjalan kesana-kemari meneliti segala sesuatu yang benar-benar sudah kusugestikan 'tidak penting'.

Tapi, kenapa aku terus memikirkannya?

"Soju han myeongjuseyo,"

(Tolong berikan soju satu)

Aku terus bertanya-tanya tentang dirinya, tentang segala hal yang menyangkut sosoknya. Apa yang dilakukannya? Dengan siapa ia disana? Lalu, apa ia juga masih memikirkanku?

"Ahjuma, soju han,"

(Bibi, sojunya satu)

Aku ingin lepas dari perihal kerumitan ini. Semuanya terasa menyebalkan dan sangat runyam. Ini membuatku begitu sakit hingga rasanya ingin membunuh siapapun.

"Soju, juseyo,"

Harusnya saat itu aku berusaha untuk terus mengingatnya, memperjuangkannya, mendengarkannnya, dan tidak meninggalkannya. Aku salah, kuakui aku sangat-sangat salah karena melakukan hal naif seperti ini.

"So… ju! Soju ppalli jugess-eo!,"

(So…ju! Berikan aku soju, cepat!)

Ini memalukan, tapi aku menginginkannya.

"Ha! Ia pikir siapa dirinya? DASAR SIALAN! Min Yoon Gi, kau harus bertanggung jawab!" teriakku saat melihat meja disana berubah menjadi orang yang paling ku kutuk

"Omo! Kenapa aku menyebut namanya? HAHA!ㅡ Eh? Soju ku? Siapa yang meminumnya?! SIAPA YANG MEMIㅡ hik!," pekikku histeris seperti orang gila yang lepas kendali.

Halo. Ini adalah sisi warasku. Jadi, begini, tadi itu adalah tubuhku dengan akal sehat yang lenyap karena mabuk. Aku yang disana benar-benar menghabiskan 13 botol soju dan baru mabuk di botol ke 9. Bukan suatu hal yang dapat dibanggakan, karena mabuknya akan sangat mengerikan. Terimakasih.

Sequel: Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang