Chapter 7 : 'Semuanya bertambah buruk.'

1.9K 200 6
                                    

29 Agustus 2018.

Di malam hari, Jimin berjalan keluar dari agensi usai berlatih menari.

Tiba-tiba saja, seseorang menabrak dari belakang, membuat Jimin jatuh tersungkur.

Jimin dan si penabrak, sempat terduduk dan saling pandang.

Hingga teriakan seorang wanita menginterupsi.
"Pencuri!! Tolong!!"

Jimin kembali menoleh pada orang tersebut.

Dan benar dugaan Jimin, pria itu langsung lari terbirit-birit setelahnya.

"HEI!"
Jimin berlari mengejar pencuri itu.
Suasana jalan yang cukup sepi nyatanya memberikan keleluasaan bagi si pencuri untuk melaju dengan cepat.
Jimin hampir saja kehilangannya.

Sebuah keberuntungan, si pencuri bertabrakan dengan beberapa pejalan kaki di belokkan jalan.
Kesempatan bagus bagi Jimin untuk menangkap pencuri itu.
Dan ia berhasil.
"Jangan coba kabur lagi." Tegas Jimin.

Tak lama, seorang wanita paruh baya dan seorang pria tua berseragam keamanan datang menghampiri Jimin. Sang petugas keamanan mengambil alih si pencuri, mengunci pergerakannya. Petugas itu merogoh saku si pencuri dan mengambil benda curian milik sang wanita.
"Ini nyonya. Dompet anda."

"Ah-benar. Terima kasih bapak petugas."
Petugas itu pun menyeret si pencuri pergi.

"Terima kasih, nak. Atas bantuanmu." Ujar wanita paruh baya itu pada Jimin.

"Tidak apa, nyonya. Aku senang bisa membantu."

Namun tiba-tiba saja jeritan histeris bersahutan di rungu Jimin.

"Kyaaaaa!! Oppaaa!!"

"Jimin oppaaa!!"

"Jimin-aaaa!!"

Ternyata orang-orang yang bertabrakan dengan si pencuri tadi adalah sekelompok gadis.

Dan mereka adalah Army.

"Oh- Tunggu. Kau Park Jimin kan? Bangtanseonyeondan, Jimin?" Tanya si wanita paruh baya.

Jimin hanya mampu tersenyum tipis. Sebelum membungkuk singkat dan mulai melangkah cepat meninggalkan tempat itu.

Sayangnya, gadis-gadis tadi justru mengikuti Jimin.

Teriakan mereka semakin histeris ketika melihat Jimin mulai berlari.

"Oppaaa kau mau kemana?"

"Jimin-aa jangan pergi!"

Jimin tetap berlari -tanpa tujuan, hanya mengikuti instingnya.
Setelah beberapa saat, Jimin baru sadar. Ia mengambil arah berlawanan dengan agensinya saat mencoba kabur tadi.

"Dasar bodoh!"
Jimin merutuki dirinya sendiri.
.
.
.
Tepat di belokkan jalan, lengan Jimin di tarik oleh seseorang. Orang itu membawa Jimin berlari melewati sebuah jalan kecil.

Jimin terbebas.

Samar-samar, teriakan frustasi para gadis pun terdengar.
Syukur, mereka sudah tidak mengejar Jimin lagi.

Semua berkat pria asing berpakaian serba hitam ini.

Pria asing?
Bukankah seharusnya Jimin memberontak ketika tangannya di tarik begitu saja?
Atau seharusnya Jimin berhenti lebih dulu dan melihat wajah pria ini, apakah dia mengenalinya atau tidak?

Tapi Jimin tidak melakukan keduanya. Ia justru pasrah di bawa kemana pun oleh si pria misterius di depannya.

Karena Jimin mengenal dia.

I Never Walk Alone, Do I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang