Tahun 2012.
Tepat di taman belakang rumahnya, seorang wanita paruh baya tengah duduk termenung di bangku taman, sembari memperhatikan bintang-bintang pada langit malam.
Dinginnya angin yang berhembus, tidak membuatnya beranjak masuk kedalam rumah demi mencari kehangatan. Wanita itu justru menikmati suasana alam sekitarnya dengan damai."Eomma."
Suara seorang pemuda mengambil alih perhatiannya. Kepalanya menoleh, mendapati sang putra sulung yang berjalan mendekat dengan sebuah selimut dalam dekapan. Wanita itu menarik kedua sudut bibirnya."Apa yang sedang eomma lakukan? Di sini dingin eomma."
Si anak berucap, sambil menyelumuti pundak ibunya dengan selimut yang ia bawa.Sang ibu tidak berkata apapun, hanya tersenyum memandangi wajah putranya. Ketika si anak telah duduk di sampingnya, sang ibu mengikis jarak yang ada di antara mereka. Ia mendekap anaknya, membawanya pada kehangatan di balik selimut yang sama.
Tidak ada percakapan apapun antar keduanya. Mereka sama-sama terhanyut dalam suasana malam itu, dengan hanya memandangi bintang-bintang.
Tak lama, si anak bergerak, menenggelamkan wajahnya dalam pelukan sang ibu. Badannya mulai bergetar, dan ia terisak tertahan.
"Kau kenapa, nak?"
Ucap sang ibu sembari terkekeh. Sedikit menggoda karena selama ini sang anak gengsi jika menangis di hadapan orang tuanya.
Pelukannya pada sang anak pun mengerat.
"Tidak apa. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.""J-Jimin a-akan sangat merindukan eomma." Lirih sang anak.
"Kau takut akan merindukan eomma?"
Jimin pun semakin mendekap sang ibu. "Mengapa kau takut? Bukankah seharusnya kau memang merindukan eomma kalau sudah di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Walk Alone, Do I?
FanfictionBolehkah hati kecil Jimin berteriak bahwa ia kesepian? start : march 2018