***
#ParkJiminDeathTreat
"Ini ulahmu kan, Nara?" Ujar seorang perempuan, geram.
".. Apa maksudmu?"
"Ini soal Park Jimin.
Kau yang pertama kali membuat death treat itu kan?"Sang sahabat hanya mampu terdiam.
"Sudah aku katakan, jangan memperumit masalah, Nara."
"Aku melakukannya karenamu, Yoori. Aku tidak menyangka, Park Jimin ternyata setega itu.
Ayahmu sudah meminta maaf atas perbuatannya, bahkan ayahmu berlutut di hadapannya. Tapi dia sombong, Yoo. Dia menolak permohonan ayahmu, mentah-mentah.
Aku tidak bisa tinggal diam, Yoo. Aku membenci sikapnya.""Tapi bukan seperti ini caranya, Nara. Jika kau menganggap Park Jimin jahat, maka dengan melakukan hal semacam ini, itu artinya kau dan dia tidak ada bedanya."
"..."
"Saat kau bilang kau melakukan semua ini demi aku, itu artinya kau peduli.
Terima kasih, Nara. Terima kasih karena selalu berada di dekatku, di saat sedih maupun senang.
Tapi kumohon hentikan ini.
Jangan memperumit masalah.
Park Jimin, aku mengerti mengapa ia bersikap demikian, dan aku, sudah memaafkannya.
Begitu pula dengan ayahku."Nara terdiam cukup lama, hingga akhirnya memeluk Yoori.
"Maafkan aku telah mengecewakanmu, Yoori-a."Yoori menghela napas berat, dan memilih membalas pelukan Nara.
***
_______
Hari sudah menjelang sore, namun sejak pagi ada di rumah sakit, Seokjin, Yoongi, Hoseok dan Jungkook masih belum bertemu Jimin. Mereka sudah melihat kondisi ayah Seokjin dan ayah Jimin, namun tidak kunjung mengetahui kondisi orang yang menjadi tujuan mereka sejak awal datang ke sini.
Justru, yang mereka dapat adalah kabar menghilangnya Jimin.
Terlebih lagi, adanya berbagai ancaman kematian untuk Jimin yang tengah menjadi topik panas di media sosial.Ini bukan pertama kalinya, Jimin mendapatkan ancaman seperti itu. Tapi yang satu ini benar-benar keterlaluan.
'Keterlaluan, karena haters secara terang-terangan menyerang Jimin, di saat berita tentang kecelakaan ayah Jimin justru tengah menjadi bahan pembicaraan publik.
Mereka memanfaatkan kondisi psikis Jimin untuk membuatnya semakin jatuh.'Setidaknya, itu yang ada di pikiran Hoseok saat ini.
Setelah mendapat kabar bahwa Jimin menghilang, Seokjin, Yoongi, Hoseok dan Jungkook memilih berdiam di depan ruang ICU tempat ayah Jimin di rawat.
Semuanya bergelut dengan pikiran masing-masing, hingga akhirnya Hoseok memilih memecah keheningan di antara mereka."Menurut kalian, Jimin sudah melihatnya?"
Hening.
Tak ada satu suara pun yang menjawab pertanyaannya.
Hoseok hanya dapat menghembuskan napas pasrah."Soal itu, aku sudah meminta langsung pada Bang Pd-nim untuk mengusut kasus ini melalui jalur hukum." Ucap Yoongi tiba-tiba.
Hoseok menyadari, adanya amarah tertahan yang terselip dalam nada bicara hyeong-nya itu.
"Bagaimana dengan Jimin? Apa manajer hyeongdeul belum memberi kabar lagi?"
Seokjin, yang sejak tadi tidak memiliki ponsel di dekatnya, memilih membuka suara, -lebih tepatnya, bertanya pada Hoseok dan Jungkook."Sejin hyeong bilang, beberapa staf kepercayaannya ikut membantu mencari Jimin hyeong di tempat-tempat yang mungkin ia kunjungi."
Jungkook terdiam sejenak, kemudian menundukkan kepalanya.
"Ia juga mengingatkan, agar kita tidak bertindak gegabah." Cicitnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Walk Alone, Do I?
FanfictionBolehkah hati kecil Jimin berteriak bahwa ia kesepian? start : march 2018