Harapan.
Harapan lah yang membuat Jimin bisa bertahan sejauh ini. Ia berlatih keras demi menormalkan fungsi kakinya, berharap bisa menari lagi, dan kembali ke atas panggung bersama dengan member Bangtan lainnya.
Nyatanya, menari dapat mengalihkan pikiran Jimin dari masalahnya.
Satu hal baik yang tidak di sadari Jimin adalah, ia membiarkan obat di bawah bantal tidurnya, tak tersentuh.
Jimin tidak lagi meminum obat yang sering ia konsumsi selama dua bulan terakhir.
.
.
.
.
.
Tapi, di mana ada hitam, di situ ada putih.Kebaikan berjalan beriringan dengan keburukan.
Untuk saat ini, Jimin memang terbebas dari kegelisahannya, namun di sisi lain ia di hadapkan pada sebuah halangan baru.
Jimin harus rela berkorban, melepas salah satu harapan terbesarnya saat ini.
_______
Jimin menempelkan kedua telapak tangannya, di depan wajahnya. Ia menatap netra orang di hadapannya dengan tatapan memohon.
"Tolong beri aku kesempatan, Pd-nim. Masih ada waktu sepuluh hari lagi sebelum hari H."Tangan Jimin pun bergerak cepat, menunjukkan tiga jemarinya.
"Beri aku waktu tiga hari. Aku akan membuktikan padamu kalau aku mampu, Pd-nim."Bang Si Hyuk menghela napasnya.
"Jimin-a, sudah kukatakan, kau tidak perlu membuktikan apapun. Ini bukan soal kau mampu atau tidak."Jimin menggelengkan kepalanya.
"T-tapi ini kesempatan bagus untukku, kesempatan bagus untuk Bangtan."
Pandangan Jimin bergerak tak tenang.
"Kau harus mengerti Pd-nim. A-aku sudah sehat. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kakiku. A-atau, atau mungkin kau mengkhawatirkan performaku nanti? Tidak. Aku janji. Aku janji tidak akan mengacaukan koreo-nya. Pd-nim. Tolong. Aku-""Jimin-a, dengarkan aku!"
Bang Si Hyuk memegang kedua bahu Jimin.
"Kami sudah berusaha, tapi kami tidak bisa begitu saja membatalkan kontrak kerja yang sudah di sepakati. Ini sudah keputusan banyak pihak Jimin-a."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Walk Alone, Do I?
FanficBolehkah hati kecil Jimin berteriak bahwa ia kesepian? start : march 2018