Chapter 14 : 'Terima kasih untuk segalanya.'

2.1K 208 19
                                    

Bagi Jungkook.

Hari dimana dirinya terserang demam tinggi adalah terakhir kali Jungkook bertemu dengan Jimin. Ia masih ingat saat Jimin tersenyum padanya, walau tatapan mata kakaknya itu tampak di penuhi kegelisahan.

Namun setelah hari itu, Jungkook kembali di sibukkan dengan jadwal BGM yang sangat padat, membuatnya secara tak sengaja sedikit melupakan eksistensi sang kakak.

'Itu kesalahannya, dan Jungkook mengakuinya.'

Jungkook melewatkan begitu banyak hal tentang Jimin.

Sebenarnya kabar mengenai kondisi fisik Jimin yang berangsur membaik dari waktu ke waktu, sampai ke telinga Jungkook.
Mulai dari Jimin yang sering datang ke agensi.
Jimin yang mulai berjalan dengan menggunakan satu kruk saja.
Jimin yang sudah mulai berlatih menari.
Kemudian Jimin yang sudah tidak menggunakan kruk lagi.
Dan yang akhir-akhir ini Jungkook dengar, Jimin sudah kembali lihai saat menari.

Satu hal yang terlambat Jungkook sadari, bahwa tidak satu kali pun Jungkook menanyakan kabar sang kakak saat masa-masa berharga itu berlangsung.

'Bodoh.
Itu adalah kesalahan Jungkook yang kedua. Dan Jungkook juga mengakuinya.
Ia menyesal. Sangat.'

Tapi satu hal yang ia tahu, bahwa penyesalan tidak akan mengubah apapun.

.
.
.

Jungkook merindukan Jimin. Ia rindu melihat wajah sang kakak.

Namun, ketika kesempatannya untuk bertemu Jimin datang, Jungkook malah seperti mendapat mimpi buruk.

Jungkook, mau tak mau harus kembali melihat Jimin yang kesulitan berjalan.
Wajah itu lagi-lagi terlihat mengkhawatirkan, jika ia mengernyit, -menahan sakit.
Dan Jungkook cukup tersentak, saat melihat kaki kanan Jimin tak dapat sepenuhnya memijak lantai.

'Apakah kaki itu kembali rapuh?'

Dalam hati, Jungkook mengutuk dirinya sendiri.

Saat itu, pandangan mereka pun bertemu. Membuat Jungkook tanpa sadar menelisik wajah Jimin.

Wajah hyeong-nya itu pucat pasi. Bibirnya tampak kering dan memutih. Belum lagi kantung matanya yang hitam.
Bisa di pastikan, keadaan sang kakak tidak baik-baik saja.

Tapi yang di lihatnya, Jimin justru menyunggingkan senyum tulus.
Senyum yang membuat hati Jungkook merasa sakit.

Jungkook hanya mampu diam dan membisu.

Hingga tiba-tiba, tubuh Jimin ambruk tepat di depan matanya.

"Oppaa!" Teriak kepanikan seorang wanita terdengar menggema.

Jungkook melihat seorang wanita terbirit-birit menghampiri Jimin yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.
Terkejut atas eksistensi Jimin, sepertinya otaknya lambat memproses apa yang sedang terjadi.

"Jimin-a."

Setelahnya Jungkook melihat Taehyung yang berlari menghampiri Jimin.
Barulah Jungkook mulai tersadar, dan berlari menghampiri Jimin.
Hyeongdeul-nya yang lain mengikuti di belakangnya.

_______

Keheningan menyelimuti member Bangtan yang menunggu Jimin di luar ruang rawatnya.
Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing, hingga seorang dokter wanita keluar dari ruang rawat Jimin,-mengalihkan atensi mereka.

"Dokter Oh Ji Eun?"

Dokter wanita itu tersenyum.
"Ya."

"Aku Kim Seokjin. Dan aku tahu namamu dari Go Hyemi. Dia temanku juga."
Seokjin menyunggingkan senyumnya.

I Never Walk Alone, Do I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang