'Ayah, Jimin akan menepati janji.'
***
"Ada yang ingin kau bicarakan denganku, Yoori?"
"Ya Nara-ya. Ini sesuatu yang luar biasa." Ujar Yoori antusias.
Yoori menyerahkan sebuah map kuning pada Nara.
Nara pun membaca selembar kertas tebal yang tersimpan di dalamnya."Ini."
Nara menatap Yoori.
"Beasiswa."
Yoori membalas dengan senyum bahagianya.
"Seseorang membiayai sekolahku, Nara. Hingga aku lulus.""Sungguh?"
Yoori mengangguk, membuat Nara juga tersenyum dan langsung memeluknya.
"Selamat untukmu, Yoo.. Aku ikut senang.""Tebak siapa pangeran tampan nan baik hati, yang melakukan semua itu?" Ujar Yoori setelah pelukan mereka terlepas.
"Siapa?"
"Pangeran pujaanku. Park Jimin."
"A-apa? K-Kau tidak bercanda kan?"
"Seseorang menemuiku. Dia menyampaikan permintaan maaf atas nama Park Jimin, sekaligus memberitahu bahwa Park Jimin akan membiayai SMA ku hingga lulus, Nara.
Aku sudah memastikannya pada pihak sekolah dan semua ini memang bukan gurauan belaka.
Aku tidak tahu pasti mengapa ia melakukannya. Apakah ia merasa bersalah? Padahal di sini keluarganya lah yang menjadi korban atas perbuatan ayahku."
Sesaat, Yoori menundukkan kepalanya, dan tak lama ia pun tersenyum tipis.
"Yang jelas, aku benar-benar merasa bersyukur, dan berterima kasih padanya."Yoori mendengar Nara menghela napas berat.
"Sebenarnya ada hal yang juga ingin aku katakan padamu Yoori."Yoori memandangi raut wajah Nara yang terlihat tenang namun sedih di saat bersamaan.
"Katakanlah."Nara mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas yang di bawanya, dan membiarkan Yoori membacanya.
Itu adalah surat panggilan dari kepolisian."Nara-ya." Lirih Yoori.
"Aku menerima surat itu kemarin malam. Aku di minta mempertanggungjawabkan ancaman terhadap Park Jimin yang aku tulis di akun media sosialku. Di sana tertulis bahwa aku harus melapor ke kepolisian tiga hari setelah surat itu aku terima."
Nara menitihkan air matanya.
"Aku kalut, Yoo. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku benar-benar menyesali kebodohanku ini.""Jadi ini sebabnya matamu terlihat sembab? Kau menangis semalaman?"
Yoori pun menggenggam tangan Nara.Nara tertawa kecil.
"Ya, aku menangis semalam. Tapi, aku juga di buat menangis bahagia pagi ini."Yoori terlihat bingung dengan ucapan Nara, hingga Nara pun mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkannya pada Yoori.
"Ini apa lagi, Nara?"
Tanya Yoori, memegang amplop tersebut tanpa membukanya."Tidak mau membukanya?"
Nara menampakkan senyumnya.Bagi Yoori, Nara terlihat seperti sedang mempermainkannya. Dan itu sedikit membuatnya kesal.
"Ah~ Katakan saja~."Nara terkekeh melihat bibir Yoori yang mengerucut lucu.
"Aku menerimanya tepat sebelum berangkat ke sini. Dan itu surat yang membuatku menangis bahagia.
Mereka membatalkan surat panggilannya.
Aku tidak di haruskan lagi untuk melapor ke kepolisian dan mempertanggungjawabkan perbuatanku.
Aku bebas, Yoo.
Park Jimin lah yang mencabut laporan itu."Senyum di wajah Yoori perlahan merekah, begitu juga dengan Nara.
Keduanya pun berpelukan, melepas beban dan menyalurkan kebahagiaan satu sama lain.
.
.
.[Attention : Fangirl mode -> on.]
"Kau lihat? Aku tidak salah memilih oppa-ku. Jimin oppa adalah pangeran tampan dari negeri dongeng yang membawa kebahagiaan nyata dalam hidupku."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Never Walk Alone, Do I?
FanficBolehkah hati kecil Jimin berteriak bahwa ia kesepian? start : march 2018