10. Teman?

1.3K 127 1
                                    

Menjadi temanmu saja itu sudah cukup bagiku, kak.

-Bulan

*********

Saat ini Bulan sedang berada di perpustakaan. Seusai pelajaran olahraga tadi dia memutuskan ke sini daripada bosan di kelas sedangkan Raya sudah berada di kantin. Bulan duduk sambil membaca novel miliknya dan tak lupa susu kotak rasa pisang favorit nya.

Keadaan perpustakaan sangat hening sebelumnya, tapi sekarang Bulan mendengar kebisingan yang sangat mengganggu dirinya.

"Woe Bum! Yang bener dong beresinnya!"

Hah? Bumi? Kak Bumi? batinnya.

"Yaelah rel kereta marah-marah mulu lo daritadi!"

Suara itu... Iya Bulan yakin itu suara kak Bumi.

Saat Bulan sedang meyakinkan bahwa itu memang suara Bumi, tiba-tiba ada yang duduk di sampingnya. "Dasar kaya bocah aja lo minumnya gituan!" ejeknya sambil menunjuk susu kotak yang Bulan pegang.

"Kak Bumi?" Bulan heran mengapa Bumi tiba-tiba ada di sampingnya bukannya tadi ia sedang bersama temannya. "Kok kakak di sini?" tanyanya.

Bumi mengangkat alisnya "Bukannya perpustakaan itu buat semua murid ya?"

"Maksud aku bukan gitu kak, kan kakak tadi lagi sama temen kakak" ucap Bulan sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Gerakan Bulan tadi membuat Bumi memperhatikan Bulan dengan seksama.

Kok manis sih? tanyanya dalam hati.

Bulan melambaikan tangannya di depan wajah Bumi yang bengong itu. "Kak?" panggilnya. "Kak Bumi!" kali ini Bulan menepuk bahu Bumi dan berhasil membuat Bumi tersadar.

"H-ah iya kenapa?"

"Kakak tadi ngeliatin aku?"

Iya. jawab Bumi dalam hati

"GR amat lo! Gue lagi ngeliatin penjaga perpus noh yang cantik itu." elak Bumi sambil menunjuk ke arah penjaga perpus yang memang masih muda dan cantik.

Bulan menunduk malu karena salah, dia kira tadi Bumi sedang ngeliatin dirinya ternyata tidak.

"Lo kenapa di sini?" tanya Bumi

Bulan menoleh ke arah Bumi "Kakak ngomong sama aku?" tanya balik Bulan.

"Ngga. Tapi sama setan"
"Ya sama lo lah cupu!" kesalnya.

"Ohh aku ke sini karena ngga ke kantin" jawab Bulan.

"Yaiyalah itu juga gue tau! Serah lo deh"

"Kak Bumi juga ngapain di sini?" tanya Bulan

"Di hukum." jawab Bumi santai.

Saat mereka berdua sedang mengobrol, teman Bumi datang menghampiri mereka.

"Enak ya malah ngapel!" sindir Denta

"Ya namanya juga lagi poling in lop Den"

Bumi berdecak kesal "Ck. Apa-apaan sih lo! Sono pergi!" usir Bumi.

Bulan hanya melihat perdebatan Bumi dan temannya itu.

"Lo bantuin kita napa Bum ngerapihin buku!"

"Iya iya bawel amat sih lo Dentai" kesalnya.

"Mau aku bantu kak?" tawar Bulan

Denta dan Varel saling menatap "EKHEMM UHUK UHUK"

"Saya mencium bau bau pendekatan Den" ejek Varel

Pipi Bulan memanas mendengar ucapan teman Bulan tadi.

"Udah sana lo berdua pergi. Gue mau ngerapihin nih"

"Iya iya. Berhubung gue sama Varel udah ngerjain hukuman dari Bu Yuyum, kita berdua mau ke kantin ye Bum. Puas puasin dah lo berduaan."

"BYE MAXIMAL!!!!" ucap Varel dan Dante bersamaan.

Kini Bumi beralih ke arah Bulan "Lo beneran mau bantuin gue?" tanyanya

Bulan mengangguk "Iya."

"Yaudah lo rapihin yang sebelah sana ya. Gue sebelah sini"

Bulan menuruti perkataan Bumi dan dia langsung menuju ke tempat yang sudah di tentukan Bumi.

Saat Bulan akan menaruh buku ke rak paling atas dia tak sampai karena tubuh Bulan memang tidak terlalu tinggi.

"Kalo kesusahan bilang dong" ucap Bumi langsung merebut buku yang digenggam Bulan dan langsung menaruhnya.

Kini Bulan dan Bumi sedang berhadapan, Bumi menatap Bulan sedangkan Bulan hanya menatap ke bawah.

Ya ampun kak Bumi mau ngapain nih.

"Lan?" Bumi mendongakkan kepala Bulan untuk menatapnya.

Karena tinggi Bulan hanya sebahu Bumi, Bulan kesusahan untuk melihat Bumi dan lagi dia tak berani menatap Bumi. "Kalo orang lagi ngomong tuh ya di liat orangnya" ucap Bumi.

"K-ken-app-a kak?" gugup Bulan.

"Lo mau ngga jadi....."
"Teman gue?" sambungnya.

Bulan melongo. "Teman?" tanya Bulan untuk memastikan apakah dia salah dengar atau bagaimana.

Bumi mengangguk dan tersenyum "Iya teman. Lo mau ngga? Kalo ngga mau yaudah sih nggapapa."

Bulan tersenyum dan mengangguk "Iya aku mau kok kak jadi teman kakak" jawab Bulan.

Aku kira kak Bumi minta aku jadi pacarnya ternyata engga. Emang ya aku itu ke pd an banget jadi orang. ucap Bulan dalam hati.

"Oke. Mulai sekarang kita teman!"

Bulan tersenyum menanggapi penuturan Bumi tadi.

"Oh iya kak payung kakak ngga aku bawa, gimana dong?" tanya Bulan.

Bumi terkekeh "Nggapapa Lan, kapan-kapan aja ntar kalo lo bawa" jawab Bumi. "Ini kan udah selese nih, ke kantin aja yuk." ajak Bumi.

Bulan langsung menggeleng dengan cepat. Ia harus sadar bahwa dirinya dan Bumi sangat beda. Bumi yang selalu dipuja oleh seluruh murid NUSA BANGSA sedangkan Bulan? Teman saja hanya Raya dan kali ini sudah ditambah Bumi.

Bulan tak mau jika dia nantinya dibully karena dekat dengan Bumi.

"Ngga usah kak, nanti aku makan di kelas aja."

"Lho kenapa?" tanya Bumi. Sedetik kemudian Bumi paham mengapa Bulan tak mau ke kantin bersama dirinya. "Ohh lo takut nantinya lo kena bully karena deket sama gue?"

Bulan mengangguk membenari pertanyaan Bumi tadi.

Bumi menghela nafas "Yaudah kalo gitu makasih ya udah bantuin gue tadi. Gue mau ke kantin, laper" ucapnya sambil menyengir. "Eumm.. Gue boleh minta nomor hp lo ngga?" tanya Bumi.

"Boleh kak"

Bumi memberikan ponsel nya pada Bulan dan Bulan mulai mengetik nomornya. "Ini kak sudah" ucap Bulan seraya mengembalikan ponsel Bumi.

Bumi menyimpan nomor Bulan dengan nama Bulan di ponselnya.

"Oke. Gue duluan ya teman"
"Lo hati-hati" ucapnya.

Bulan menatap kepergian Bumi yang mulai menjauh dari perpustakaan. Bulan tak tau apa ia harus senang atau bagaimana. Menjadi teman Bumi? Bahkan mengenal Bumi saja itu sebenarnya sangat cukup bagi Bulan, tapi tadi Bumi meminta Bulan untuk menjadi temannya. Sungguh Bulan harus sangat-sangat bersyukur. Karena baginya, menjadi teman Bumi saja itu sudah membuatnya bahagia.

***

Jangan lupa Vote dan Comment ya 👌

Bulan dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang