12. Hujan

1.3K 128 1
                                    

Saat ini Bulan dan Bumi sudah berada di perjalanan menuju rumah Bulan. Yap, tadi Bumi memaksa untuk mengantarkannya pulang dan dengan pasrah Bulan pun akhirnya mengiyakan paksaan Bumi yang mengantarkannya pulang.

Cuaca sore ini agak mendung, awan sudah gelap dan mereka berdua masih berada di jalan.

Dan benar, hujan pun turun dengan deras. Alhasil Bumi langsung meminggirkan motornya di depan warung kecil pinggir jalan. Mereka segera turun dan berlari kecil ke arah warung itu.

"Kita berteduh dulu ya Lan, hujan. Gue takut lo tambah sakit." ucap Bumi.

Bulan mengangguk. "Iya kak, nggapapa kok." balasnya.

"Yaudah masuk yuk ke warung."

Mereka berdua kini duduk di warung yang kecil yang sedikit ramai. Mungkin karena hujan, jadi orang-orang memilih berhenti di sini sejenak.

"Duduk dulu mas, mba." ucap mbok Darmi yang melayani warung itu. "Mau pesan apa?" tanyanya.

Bumi menatap Bulan. "Teh anget aja ya Lan?"

"Iya."

"Teh anget 2 ya mbok."

"Baik, saya buatkan dulu ya."

Bulan menggosok-gosokan telapak tangannya berharap agar hawa dinginnya sedikit hilang, tapi itu tak berpengaruh. Buktinya saja dia sudah menggigil kedinginan.

Bumi yang menatap Bulan seperti itu langsung melepaskan jaket yang ia kenakan lalu menyanpirkannya di pundak Bulan.

"Eh" Bulan kaget atas apa yang dilakukan Bumi padanya.

"Pake. Gue tau lo kedinginan" ucap Bumi dengan tersenyum.

"Tapi kan kak Bumi juga kedinginan."

"Nggapapa. Gue kuat kok."

"Makasih ya kak."

Bumi hanya tersenyum menanggapi ucapan Bulan.

"Ini mas, mba teh angetnya" ucap mbok Darmi sambil meletakkan 2 gelas teh hangat di meja.

"Makasih ya mbok." ucap Bulan sopan.

Mbok Darmi mengangguk dan duduk di samping Bulan. "Kalian baru pulang sekolah?" tanyanya.

Bulan mengangguk. "Iya mbok, terus tadi kehujanan di jalan jadi mampir ke sini dulu deh." balasnya sambil melepaskan kacamatanya yang sudah mengembun.

Saat Bulan melepaskan kacamatanya, Bumi dapat melihat wajah Bulan yang sebenarnya. Bumi terus saja memandang Bulan yang sedang membersihkan kacamatanya dengan ujung seragam yang ia kenakan. Lalu setelahnya, ia memakainya lagi.

Jujur saja Bumi terpana saat Bulan tidak memakai kacamata tadi. Dirinya lebih terlihat cantik.

Cukup lama mereka duduk dan mengobrol di situ sampai akhirnya hujan mulai reda dan juga hari sudah mulai petang.

"Lan, udah agak reda nih. Mau sekarang?"

Bulan yang masih asik mengobrol dengan mbok Darmi pun menoleh. "Yuk kak sekarang aja takutnya nanti malah hujan lagi." ucapnya.

"Yaudah yuk."

"Mbok, terimakasih ya. Ini uangnya." ucap Bumi seraya memberikan selembar sepuluh ribuan pada mbok Darmi.

"Sama-sama mas. Hati-hati dijalan ya." ucapnya.

Bumi menyerahkan helm pada Bulan untuk dipakai. Tadi, saat belum hujan Bulan tidak memakai helm karena memang Bumi hanya membawa satu. Dan kali ini dia lebih memilih Bulan yang memakainya.

Bulan dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang