14. Sate Ayam

1.3K 122 4
                                    

Bulan baru saja pulang dari toko ibunya. Ia sangat lelah mengayuh sepeda dari toko ke rumahnya, jaraknya juga lumayan jauh. Dia menyadarkan kepalanya pada kursi ruang makan sambil mengontrol deru nafasnya agar teratur.

"Huh.. Capek banget." keluhnya sambil menyeka keringat menggunakan telapak tangannya.

Bulan meneguk air putih yang berada digelas besar itu sampai habis. Saat ini jam baru menunjukkan pukul 6 sore. Bulan memutuskan untuk mandi karena badannya sudah berbau tak sedap akibat keringat.

**

Bulan baru saja selesai menunaikan sholat maghrib. Bersamaan dengan itu Ayah dan Ibunya sudah pulang dan mereka terlihat sangat lelah sekali. Dia tak tau bagaimana caranya membalas semua keringat orang tuanya itu yang sudah bekerja demi dirinya.

"Baru pulang yah?" tanya Bulan sambil mencium telapak tangan Ayah dan Ibunya.

"Iya Lan. Baru aja masuk."

"Bulan buatkan teh anget ya buat Ayah sama Ibu."

Ayah dan Ibunya mengangguk sambil menselonjorkan kakinya.

Bulan segera membuatkan teh hangat untuk Ayah dan Ibunya. Setelah itu dia mengantarkannya ke ruang tamu.

"Ini yah, bu. Diminum dulu teh nya."

"Makasih ya nak." balas Ibunya sambil tersenyum lembut.

"Kamu sudah makan Lan?" tanya Ayahnya.

Bulan menggeleng disertai cengiran. "Belum yah. Nanti aja deh Bulan belum laper."

"Kamu itu ya kebiasaan selalu telat makan. Nanti perut kamu sakit baru tau rasa."

tok tok tok.

"Ada yang berkunjung kesini? Tumben?" heran Ibunya. Jarang sekali ada tetangga yang berkunjung ke rumah mereka.

"Yaudah Bulan ke depan dulu ya liat siapa yang dateng."

Bulan melangkah untuk membuka pintunya. Dia juga bingung siapa yang berkunjung malam-malam seperti ini.

Ceklek.

Orang yang tadinya membelakangi pintu sekarang berbalik menatap perempuan yang sedang berdiri diambang pintu. "Bulan?"

Bulan kaget ternyata yang berkunjung malam-malam seperti ini rupanya Bumi. Kakak kelasnya.

"Loh kak Bumi? Ada apa kak?"

"Ngga disuruh duduk dulu nih?"

"Eh iya silahkan duduk dulu kak." Bulan mempersilahkan Bumi duduk di kursi yang tersedia di depan terasnya.

Bumi langsung duduk disebrang Bulan yang sedang memakai baju tidur bermotif beruang. Terlihat menggemaskan menurutnya.

"Mau minum apa kak?" tanyanya.

"Ngga usah. Gue kesini mau ngajak lo buat nemenin gue makan." ucapan Bumi itu membuat kening Bulan mengerut. Nemenin makan?

Bumi berdecak karena melihat ekspresi Bulan yang tak paham dengan ucapan dirinya tadi. "Ck. Jadi, Mama sama Papa gue lagi ke rumah nenek gue terus Bi Tuti ngga masak karena lupa. Terus gue laper pengen makan sate ayam yang deket sekolah kita itu. Nah masa iya cowok ganteng kaya gue makan sendirian? Jadi ya gue mutusin buat ngajak lo nemenin gue makan. Paham?" jelasnya panjang lebar. Kalau sampai Bulan belum paham juga, ingin sekali rasanya dia membenturkan kepalanya ke tembok.

Bulan mengangguk membuat Bumi bernafas lega. "Yaudah buruan gue udah laper nih."

"Aku izin sama Ayah dan Ibu dulu ya kak." saat Bulan berdiri Bumi juga berdiri. "Loh kak Bumi disini aja." ucapnya.

Bulan dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang