Bumi baru saja sampai di rumahnya. Sebelum pulang tadi dia sempat menuju studio tempat dia, Darel dan Varel latihan nge-Band.
Saat dia akan masuk ke dalam rumah, Bumi mendengar suara gelas yang pecah.
CETAARRR
Dan suara isakan tangis Mamah nya.
"KAMU BOHONG MAS!! BOHONG!!!"
"AKU NGGA BOHONG! DIA CUMA SEKRETARISKU! NGGA LEBIH DARI ITU!!!"
"Kamu tega ya mas hancurin keluarga yang udah kita bina dari dulu!!!"
"Mah dengerin penjelasan Papah dulu!!"
"APA LAGI YANG MAU KAMU JELASIN?!?! HAH?!?!"
PLAK
Dan saat mendengar itu Bumi langsung masuk ke dalam rumahnya. "MAMAH!!!"
Mamah nya sudah terduduk lemas di lantai sambil memegang pipi sebelah kanannya yang tampak memerah. "Mah?"
Bumi menatap tajam pada Papah nya yang sepertinya masih shock juga. "Bumi, Pap-"
"APA!! PAPAH MAU BILANG KALAU INI NGGA SENGAJA?!?! HAH?!"
"Bum-"
"PEREMPUAN ITU NGGA BOLEH DISAKITI PAH!"
Sinta mengelus lengan putranya itu dengan lembut meski dirinya juga sedang menahan sakit. "Sudah nak, sudah jangan emosi."
"Lepasin mah!" gertaknya. Bumi menatap Papah nya lagi dengan sorot mata marah. "Perempuan itu diciptakan untuk disayang! Bukan disakiti!"
"Bum, udah nak."
"MAH! DIA UDAH NYAKITIN MAMAH! BUMI NGGA TERIMA MAH!"
Dedi, Papah Bumi masih berdiri di sana sambil menunduk.
Bumi melangkah maju tepat di depan Papah nya. "Anda!" tunjuknya pada Papah nya. "Dari dulu dimata saya anda adalah sosok pria yang bertanggung jawab dan tidak akan pernah MENYAKITI PEREMPUAN! Tapi apa? Ternyata saya salah! Pandangan saya pada anda sudah tidak sama lagi."
"Dia Mamah saya! Saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti dia secuil pun! Sekalipun dengan anda!!!"
Setelah mengucapkan itu Bumi langsung memungut tas nya yang tergeletak di lantai.
"Bumi! Kamu mau kemana nak?" tanya Mamah nya.
Bumi menghela nafas berat. "Bumi capek, Bumi mau istirahat bukannya liat kaya gini!"
"Bum-"
"Saya tidak butuh omongan anda!" ucap nya pada Papah nya.
Bumi langsung pergi dari rumahnya. Dia menggunakan memilih menggunakan mobil. Entah kemana dia akan pergi. Baru saja dia merasakan kebahagian karena Mamah dan Papah nya sudah tidak sibuk lagi, tapi sekarang?
Melihat Mamah nya yang merasa sakit, hati Bumi seperti tersayat. Dia juga merasakan sesak di dadanya. Itu alasan mengapa Bumi memilih pergi dari rumahnya meskipun ia tau sekarang pasti Mamah nya sangat membutuhkan dia. Tapi Bumi tak sanggup.
Saat ini Bumi tak tau akan kemana, dia juga masih menggunakan seragam SMA nya. Untung saja Bumi selalu membawa pakaian bebas di mobilnya jadi dia tak kebingungan jika tidak membawa ganti. Bumi berhenti di salah satu pom bensin untuk ikut ganti di toilet yang ada.
Setelah sudah dia langsung kembali ke dalam mobil dan melajukannya kembali entah kemana.
Dipikirannya terngiang beberapa pertanyaan.