Hamparan langit malam di pertengahan bulan Juli sangatlah bersih. Gumpalan awan seakan enggan menghalangi kerlip cahaya ribuan bintang. Desiran pelan angin bersuhu hangat turut mendukung suasana.
Terlihat Draco dan Hermione menyusuri jalanan Hogsmade yang lenggang. Tak ada suara, hanya keheningan menyertai perjalanan pulang mereka.
Sesekali pria bersurai platina mengecup mesra tangan gadisnya dalam genggaman. Hanya senyum indah dan pipi memerah sebagai pertanda, betapa bahagianya mereka saat ini.
Tetapi gumpalan asap hitam tiba-tiba muncul menghadang perjalanan mereka. Menampakkan dua sosok pria bertampang menyeramkan.
" apa kabar, Draco?", sapa salah satu dari mereka. Tidak tersirat keramahan sama sekali.
"Menikmati kebebasanmu, pengkhianat?", timpal yang lainnya geram.
Draco terkesiap. Ia pun sontak menarik Hermione dibalik punggungnya. Mengacungkan tongkat tinggi, waspada.
" mau apa kalian?!", tanya Draco dingin.
"Tentu saja memberi pelajaran pada si pengkhianat, Draco!", kekehnya. Ia pun terlihat mencabut tongkat juga.
Hermione yakin mereka pasti salah satu dari pelahap maut yang masih bebas. Ia pun diam-diam sudah siap dengan tongkat anggurnya.
" oh pengikut setia yang kehilangan induknya ya?!", cibir Draco.
"DASAR KURANG AJAR!", geram yang lainnya, dan meluncurkan sebuah kutukan.
Mereka pun menghindar dengan berguling berlawanan arah. Sebuah batu meledak seketika karenanya.
" BRENGSEK!", umpat Draco.
"STUPEFY!".
Salah satu mereka terpental jauh menghantam pepohonan.
" CRUCIO!", balas yang lain.
"PROTEGO!", seru Draco.
Kutukan pun mental, dan mengenai atap sebuah rumah. Menghamburkan semua materialnya kemana-mana.
" kita harus meminta bantuan, Malfoy", teriak Hermione tetap saling membalas kutukan dari mereka.
"Kirim patronus ke Harry atau Blaise!", perintah Draco.
" expecto patronum!", seru Hermione. Dan muncul patronus berang-berang miliknya. Kemudian menghilang di gelapnya malam.
"EVERTE STATUM!".
Kilatan cahaya kutukan itu mengenai tubuh Hermione. Ia terpental jauh menghantam tembok bangunan.
" KEPARAT KAU, FONE!", Draco berteriak.
"EXPULSO", serunya.
Sial! Fone mengelak. Ia menyeringai sebelum berseru cepat.
" SECTUMSEMPRA!".
"ARGHHHH!!".
Cahaya hijau menghantam tubuh Draco. Ia terpental ke belakang. Menimbulkan debuman keras.
Fone dan Monhard terkekeh puas dengan hasil kerja mereka. Mereka pun menghampiri tubuh Draco yang tak berdaya.
" saatnya kau menyusul Lucius, Draco!", ucap Monhard sambil mengarahkan tongkat pada Draco.
"AVADA...",
" PERTIFICUS TOTALUS"
Tubuh Monhard membeku dan roboh ke samping. Fone terkejut dengan hal itu, kemudian menoleh ke belakang.
Tampak Hermione berdiri dan mengarahkan tongkatnya pada Fone dengan nyalang. Luka di sekujur tubuhnya tidak ia hiraukan.
"JANGAN SENTUH DIA!", sergah Hermione dengan suara agak bergetar.
" ini bukan urusanmu, mudblood!", tukas Fone geram.
Pria itu berbalik menghadapi Hermione. Hermione terkesiap dan mulai waspada. Maniknya tak lepas dari gerak-gerik musuhnya.
Di belakang si pelahap maut itu, gadis itu dapat melihat dengan jelas tubuh tak berdaya Draco tergelatak bersimbah darah.
"Menangisi kekasih pengkhianatmu itu, mudblood?!", sinis Fone saat mendengar Hermione terisak.
Rahang gadis itu mengeras. Ia harus melumpuhkan pria itu kalau tak mau melihat Draco semakin sekarat.
"Dia akan mati perlahan-lahan", melirik sekilas pada Draco. " kalau kau ingin menemaninya di neraka, aku akan mengabulkannya untukmu", seringainya.
"STUPEFY!", seru Hermione.
Pria itu terpental tak sadarkan diri. Hermione pun dengan cepat mengambil tongkat dan memantrai tubuh pria itu dengan mantra pengikat.
Lalu ia berlari menghampiri Draco. Keadaannya sangat buruk. Luka menganga yang mengerikan mengucurkan darah segar kemana-mana. Persis yang Draco alami saat tahun ke enam.
" Draco?! Sadarlah! Apa kau bisa mendengarku?", tanya Hermione dengan serak.
Draco hanya mengerang tertahan. Tubuhnya tak bergerak, dan napasnya putus-putus.
"Bertahanlah! Sebentar lagi bantuan datang!", isak Hermione pilu.
Ia mengambil langkah pencegahan dengan menutup luka-luka menganga itu. Untuk menghentikan pendarahan sementara.
" Gran... Gran...nger?!", gumam Draco lemah.
"Jangan bicara dulu, Malfoy! Istirahatlah!", sahutnya cepat.
" ma...afkan a...kuhh!".
"Tidak! Kau tak melakukan apa-apa! Jangan berkata seperti itu", isak gadis itu menjadi-jadi.
" a..kuhhh men..cin..taimuhhh", Draco tersenyum dan kemudian menutup matanya.
"Tidak! Draco?! Kau jangan pergi!", Hermione histeris.
" bangun Draco!!! Bangun!!!!".
Sedetik kemudian, semuanya menjadi gelap. Hermione tak sadarkan diri di samping Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
FantasyDraco hanya ingin diberi kesempatan kedua. Apakah The Golden Trio akan mempercayainya? Dan bagaimana perasaan Hermione ketika Draco mengutarakan perasaannya?