Sepasang penyihir pria dan wanita muncul di area portkey di Diagon Alley, dengan bunyi pop pelan. Mereka menembus kerumunan menuju gerbang antara dunia sihir dan muggle dengan bergandengan tangan.
Sang penyihir pria melempar sapaan sekilas pada Tom, pemilik bar The Leaky Cauldron saat melintas.
" kita nonton dulu atau makan?", sang gadis menawari.
"Entahlah, aku tidak mengenal banyak dunia muggle, Granger!", ujar si pria.
" bukankah kau yang mengajakku kesini, Malfoy? Kenapa kau malah bersikap seperti itu!", jawab Hermione kesal.
"Aku hanya ingin mengenal dunia yang pernah ditinggali kekasihku, memangnya tak boleh?!", Draco membela diri.
Hermione tersenyum merona mendengar ucapan Draco tadi. Ia sangat senang bahwa pria di depannya telah menganggap dirinya seorang kekasih.
" baiklah, kita nonton saja dulu!", putus Hermione. Ia pun menggamit mesra lengan Draco dan memasuki sebuah bioskop.
Jam menunjukkan pukul 6 sore. Matahari pun sudah berada di ufuk barat. Sepasang manusia entah mungkin bisa disebut sepasang kekasih, sedang duduk di sebuah bangku taman menikmati pemandangan kota.
"Duel tadi seru sih, tapi menurutku tak sekeren duel pakai sihir", celetuk Draco mengingat film yang ia tonton tadi.
" itu namanya film action, Malfoy! Dan mereka bertarung dengan senjata api", jelas Hermione. "Di dunia muggle senjata itu di sebut pistol", imbuhnya.
Draco pun hanya ber-oh ria walaupun tak sepenuhnya mengerti. Ia terkekeh sesaat ketika melihat badut jalanan sedang beraksi.
" kau haus tidak, Granger?", tanya Draco tiba-tiba.
"Kenapa? Kau mau membelikanku?", Hermione malah balik bertanya.
" tidak, tentu saja iya, semak!", ujar Draco kesal.
"Oke, aku mau es krim!", pinta gadis itu.
Draco pun segera berlari entah kemana. Hermione pun menunggu dengan sabar di bangku itu.
Tak lama, sebuah cup es krim rasa vanilla dan sebungkus burger telah tersuguh di depannya. Hermione menerima pemberian pria itu dan mengucapkan terima kasih.
" kenapa beli satu? Punyamu mana?", tanya Hermione saat sadar kalau es krim dan burgernya cuma satu.
"Aku minta punya mu saja. Seporsi berdua!", jawab Draco singkat.
" dasar pelit".
Hening menyelimuti mereka sejenak. Sebelum ucapan Draco mengejutkan gadis bermanik hazel itu.
"Aku ingin memperkenalkanmu sebagai kekasihku kepada ibu".
" apa?!", ucap Hermione terperangah tak percaya.
"Tapi apakah ibumu setuju dengan hubungan kita? Status darahku kan....", Hermione tak sanggup menuntaskan ucapannya.
" itu bukan suatu masalah lagi, Granger! Ibuku sudah setuju dengan siapa pun aku akan menikah nanti", kata Draco memegang kedua bahu Hermione meyakinkan.
"Dan Harry pun juga sudah merestui kita, Granger! Jadi jangan ragu padaku lagi, kumohon?!", pinta Draco.
" Malfoy! Aku tak meragukanmu lagi, sungguh. Hanya saja aku tak mau menjadi penghalang antara kau dan ibumu", ucap Hermione sambil menyentuh pipi pucat itu.
"Kau bukanlah penghalang bagi siapa pun, Granger! Kau adalah bidadari tak bersayap dalam hidupku", kata Draco serius.
Hermione terperangah tak percaya. Ternyata mantan rivalnya itu menganggap dirinya sangat berharga. Ia pun langsung memeluk Draco erat.
" terima kasih, Malfoy!", ucapnya seraya melepaskan diri.
"Everything for you, Granger!", bisiknya pelan dan meminimalisir jarak mereka.
Mereka pun berciuman sangat mesra. Memagut bibir masing-masing dengan bergairah.
" vanilla? I love it", desah Draco disela-sela kegiatannya.
"But i love you, Malfoy!", timpal Hermione tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
FantasiaDraco hanya ingin diberi kesempatan kedua. Apakah The Golden Trio akan mempercayainya? Dan bagaimana perasaan Hermione ketika Draco mengutarakan perasaannya?