Sebuah Rencana

577 44 0
                                    

Draco Malfoy's POV
Kantukku belum sepenuhnya hilang, saat aku terbangun dan terseok-seok menghampiri jendela kamarku. Seekor burung hantu coklat berukuran sedang meluncur masuk dan mengitari ruangan sejenak sesaat aku membuka jendela.
Ia bertengger manis di kepala ranjang dan menjulurkan segulung perkamen kepadaku.
"Prom night?!", gumamku.
Aku melirik si pembawa pesan, yang tentu saja di balas pandangan heran-mungkin dari burung hantu milik Hogwarts.

To: Draco Lucius Malfoy
Malfoy Manor
Sehubungan acara kelulusan yang berlangsung kemarin, kami pihak sekolah memberitahukan bahwa pada akhir minggu ini akan diadakan pesta perpisahan atau prom night bagi murid tahun ke tujuh.
Kami harap anda dapat ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Hormat kami,
Hogwarts Staff.

" thanks, buddy! Aku akan turut serta!", ujarku pada burung hantu itu.
Aku memberinya beberapa potong biskuit sebagai upah atas jasanya. Setelah ia pergi, aku pun termenung memikirkan perihal undangan pesta itu. Jujur aku merencanakan sesuatu yang istimewa untuk gadis yang hampir 4 hari ini membantu mum untuk merawatku.
Aku pun bangkit menuju kamar mandi untuk bersiap. Aku berpikir untuk menemui mum dan membicarakan hal ini.

Narcissa's room
"Apa kau yakin, mum?", sergahku penuh ragu.
" tentu saja, Draco! Itu hari bahagia kalian dan teman-temanmu, jadi tidak ada salahnya kau jadikan juga hari itu sebagai hari spesial kan?!", kata mum.
Aku membenarkan posisi dudukku, yang sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja aku sangat gugup dan takut akan rencana ku itu.
"Aku takut tak berjalan lancar, mum?!", keluhku.
Aku tak peduli dipandang orang sebagai pria yang manja, kan aku manja hanya pada ibuku dan kekasihku! Apa salahnya?
Dengusan lembut terdengar dari wanita tua yang ada di depanku. Aku tahu pasti ia merasa geli melihat sikapku saat ini.
" seorang Malfoy takkan takut pada sesuatu yang belum tentu terjadi, son!. Dan aku tahu, bahwa ia juga amat mencintaimu, jadi tidak ada alasan bagimu untuk ragu mengambil keputusan ini!", tukasnya.
Ucapan mum bagaikan sihir yang bisa mengembalikan rasa percaya diri padaku. Aku tersenyum lembut sebagai ungkapan terima kasihku padanya dan beranjak pergi.

Di taman belakang manor, tampak siluet cantik seseorang yang sekarang ada di pikiranku, ia sedang duduk menyendiri. Aku mempercepat langkahku dan berhenti tepat di belakangnya. Ia tampak tak menyadari kehadiranku karena sibuk membaca entah buku apa aku tak peduli.
"Draco?!", pekiknya saat aku memeluknya tiba-tiba.
Posisi ku merunduk untuk memeluknya. Bukankah sudah kukatakan bahwa ia sedang duduk sambil membca buku?
" apa yang kau baca, Love?".
"Kau mengagetkanku hanya untuk bertanya hal yang tidak penting, Draco?", dengusnya.
Aku terkekeh gemas seraya melepaskan pelukanku. Beringsut duduk di sampingnya.
" maafkan aku! Aku hanya sebal melihat kau lebih fokus pada buku menyebalkan itu daripada aku", omelku.
Hermione memutar bola matanya mendengar rengekanku, tapi aku tak peduli.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu Draco? Apa luka mu masih sakit?", tanya Hermione.
" sudah lebih baik, berkat tangan dinginmu merawatku, Love!".
"Gombal!".
" aku tak menggombal, sayang! Bukankah memang kau yang selalu merawatku akhir-akhir ini?!", elakku.
"Ya... Ya.. Terserah apa katamu!", gumamnya dengan pipi merona. Dan aku lihat itu.
" Love?!", panggilku.
"Ya?".
" apa kau mendapat undangan dari sekolah tentang pesta?",
Ia menutup bukunya dan beralih memandangku. "Tadi pagi aku baru mendapatkannya. Memang kenapa, Draco?".
" kau ikut?",
Ia terlihat berpikir sejenak, dan itu membuatku sedikit takut akan jawabannya.
"Entahlah, sebenarnya aku tak terlalu suka pesta. Tapi sayang juga kalau tak ikut", jawabnya.
Aku menghembuskan napas lega dengan hati-hati agar ia tak curiga.
" akhir minggu ini kita akan kesana. Dan jangan khawatir tentang baju yang akan kau pakai. Aku sudah memesankan khusus untukmu tadi pagi", ucapku.
"Tapi bagaimana dengan keadaanmu, Draco? Kau masih belum pulih benar!", ptotesnya.
Aku bersumpah akan menciumnya ketika melihat sifat keras kepalanya itu kalau saja aku tak ingat rencanaku di pesta nanti.
Aku menghembuskan napas sesaat sebelum berkata, " aku tak apa-apa, Love! Lagipula aku tak ingin melewatkan pesta kelulusan kita begitu saja hanya gara-gara keadaanku", alibi ku.
Hermione menggernyit curiga. Dan aku mati-matian menahan ekspresi wajah agar terlihat meyakinkan.
"Baiklah kalau begitu! Aku akan pergi juga!", akhirnya.
" baiklah, sekarang ayo kita masuk. Makan siang sudah disiapkan!", ajakku.
Kami pun berjalan bergandengan tangan memasuki manor kembali.

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang