St Mungo-2

616 42 0
                                    

Dua minggu sudah Draco Lucius Malfoy di rawat di St Mungo. Keadaannya sudah membaik walaupun ia masih saja belum sadarkan diri. Hermione pun masih saja dengan setia berada di sampingnya setiap saat.
Pihak rumah sakit padahal sudah memberi ijin pulang terlebih dahulu, tapi ia bersikeras untuk tetap disana.
"Bagaimana keadaannya, dok?", tanya Hermione pada healer yang baru saja mengontrol keadaan Draco.
" sejauh ini perkembangannya cukup baik, hanya kita menunggu Mr Malfoy siuman saja. Tak ada yang perlu anda khawatirkan, Ms Granger", jelasnya.
"Baik dok, terima kasih!".
" sama-sama, saya permisi dulu".
Setelah healer itu keluar, Hermione kembali memandang sendu kekasihnya yang masih terbaring itu. Tersirat kerinduan yang mendalam pada pria pirang itu. Ia duduk di samping ranjang Draco sambil menggenggam tangannya.
"Cepatlah sadar, Draco! Aku sungguh merindukanmu", lirihnya menahan tangis.
" Hermione?!".
Gadis itu menoleh dan mendapati Narcissa di ambang pintu hendak masuk.
"Mrs Malfoy? Anda sudah datang rupanya!", sambutnya.
" maaf aku agak kesiangan, Mr Tobey mampir ke kantornya sebentar sebelum mengantarku kemari", jelas Narcissa sambil meletakkan beberapa kantong di nakas sebelah ranjang.
"Apa kau sudah sarapan, Hermione? Ini aku bawakan pai apel kesukaan Draco", imbuhnya sambil mengeluarkan sepinggan pai yang masih hangat ke meja.
" aku tak berselera, Mrs Malfoy! Aku ingin menunggu Draco siuman dulu", tolak Hermione.
"Jangan begitu! Draco pasti tak suka melihatmu begini. Aku tak mau tahu kau harus menemaniku sarapan sekarang", perintah Narcissa menyodorkan seporsi pai ke gadis itu.
" tapi...",
" aku tak menerima penolakan, Ms Granger!", putus wanita itu.
Akhirnya mereka sarapan dalam keadaan hening. Baik Hermione dan Narcissa sama-sama tenggelam dalam pemikiran mereka. Sampai suara ketukan di pintu menyadarkan keduanya.
TOK TOK TOK
"Come in", seru Narcissa.
Muncullah seorang pemuda berkacamata bundar dan bersurai hitam berantakan dan di belakangnya menyusul dua orang berambut merah menyala. Tunggu?! Dua?!.
" mau apa kau kesini?!", ucap Hermione dingin pada orang itu.
"Ms Granger, bukankah mereka teman-temanmu?", Narcissa mengingatkan.
" tapi dia tidak lagi!". Hermione pun menghentakkan piring pai tadi dengan keras sampai menimbulkan bunyi berkelontangan akibat garpunya jatuh. Ia berjalan menjauh ke arah jendela.
"Hermione, maafkan aku! Kumohon! Aku sadar aku sudah terlalu negatif thinking padamu dan Malfoy!", ucap salah satu kepala merah itu. Ia adalah Ron.
" apa?!!! Maaf?!!! Apa maaf dariku sangat berarti bagimu, Ronald Weasley?! Setelah apa yang kau lakukan dan apa yang kau katakan padaku? Dengan mudahnya kau minta maaf?! Apa kau sekarang puas huh melihat musuh bebuyutanmu terkapar tak berdaya seperti itu?", ucap gadis itu bernada sinis.
Ron hanya bisa terdiam. Ia tahu sahabatnya itu pasti sangat membencinya saat ini. Sikapnya ia akui sungguh keterlaluan. Narcissa pun hanya menonton dari sudut ruangan. Ia tak mau mencampuri urusan persahabatan calon menantunya itu. Upss, menantu?!!.
"Hermione?!", panggil Ginny seraya berjalan mendekatinya.
" aku tahu kau pasti masih benci dengan Ron, tapi apa kau tak bisa memberi ia satu kesempatan lagi untuk menebus kesalahannya padamu?", tanyanya.
Hermione terdiam. Raut wajahnya mengeras. Ia masih emosi bila mengingat perlakuan Ron padanya dan Draco.
"Ginny benar, Mione! Ron sudah menyesali sikapnya terhadapmu dan Malfoy", timpal Harry.
" aku tak tahu! Jujur aku tidak benar-benar membencinya, aku hanya kecewa dengan yang ia lakukan padaku dan Draco", jawab Hermione.
"Jadi apa kau mau memaafkanku?", Ron memastikan.
" aku....",
"Grangerhhhh???!!".
Suasana di ruangan itu langsung senyap. Mereka memfokuskan pendengaran masing-masing pada sosok Draco di ranjang.
" Grangerrhh??!!".
Tubuh Hermione membeku sesaat ketika mendengar kekasihnya siuman dan memanggil namanya. Ia pun bergegas mendekat.
"Draco?! Aku disini!".
Manik silver itu terbuka perlahan dan memandang wajah ayu kekasihnya. Ia tersenyum lemah.
" apa kau baik-baik saja?", tanya Daco dengan suara lemah.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, bagaimana keadaanmu? Apa yang kau rasakan sekarang?", tanya Hermione.
Draco hanya tersenyum sebagai respon. Ia pun mengalihkan pandangannya ke wanita di sebelah Hermione.
" mum? Kau disini?".
Narcissa mengahapus setitik air mata dan menjawab dengan senyuman hangat. "Iya, mum disini! Mum akan panggilkan healer dulu ya!".
Wanita itu pergi dan menyisakan keheningan di ruangan itu. Harry berinisiatif lebih mendekat ke ranjang rivalnya dulu untuk menyapa.
" hai, Malfoy! Bagaimana keadaanmu?", sapanya.
"Potter, kau juga disini?!", ucap Draco. " ya... Sedikit sesak saja, Potter!".
"Aku doakan cepat sembuh, Malfoy", sahut Ginny.
" terima kasih".
"Malfoy?!", panggil Ron tiba-tiba.
Draco yang tak menyadari keberadaan Ron sukses dibuat terkejut olehnya. Hermione yang mengetahui reaksi kekasihnya hanya memmberi tepukan pelan pada tangannya agar tenang.
" Weasley?! Kau juga ikut menjengukku?! Ku kira kau masih tak sudi melihatku!", ucap Draco setelah berhasil menguasai diri dari rasa terkejut.
"Well... Aku hanya ingin minta maaf pada kalian. Aku sudah berpikiran yang aneh-aneh terutama padamu, Malfoy", ucap Ron.
" tak apa, aku mengerti! Aku juga minta maaf selama ini aku membuatmu jengkel!", sahut Draco senang.
"Jadi.....", Ron menggantung ucapannya.
" kami juga memaafkanmu!", putus Draco sambil menyenggol lengan Hermione.
"Draco!!", sungut gadis itu.
" terima kasih, Malfoy! Hermione?!". Wajah Ron kembali sumringah.
"Wah jadi kalian baikan sekarang ya, Mione", goda Ginny sambil tersenyum geli.
" aku belum sepenuhnya memaafkanmu, Ronald Weasley!", rengut Hermione.
"Tapi kekasihmu memaafkanku buktinya".
" sudahlah, Love! Kasihan Weasley, lihat rambutnya semakin merah nanti", sindir Draco.
"Jangan bawa-bawa rambut, pirang!", Ron mulai terpancing.
" sudah.. sudah... Kalian ini! Tadi saling minta maaf, kenapa sekarang saling sindir sih!", lerai Harry.
Hermione dan Ginny pun tertawa melihat Ron dan Draco yang masih bersungut seperti bocah.

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang