22. 'Lomba Tahunan'

1.3K 93 4
                                    

Setengah hatiku masih untuknya.
Dan aku merasa kau sedang berusaha merebutnya.
Entahlah mungkin aku terlalu perasa.

Tapi jika itu benar, aku tak yakin kau akan  berhasil.

-Aletta

        Teriakan khas yang mendera di dalam ruangan yang cukup sempit ini Sangat memekan telingga siapa saja yang mendengarnya. Bagaimana tidak. Ruang kamar yang luasnya tak seberapa ini dijadikan tempat latihan sebagaimana lapangan terbuka.

           Siapa lagi orangnya jika bukan perempuan satu ini. Aletta Cahya Wijaya. Perempuan yang memiliki lesung pipit ini terus saja meneriakkan komando-komandonya seakan tempat yang ia gunakan sangat luas dan terbuka. Hingga ketukan pintu kamar menghentikan aktivitasnya. ia membuka pintunya lebar agar dapat melihat siapa orang yang berani mengganggu latihannya ini.

"Al..kalo mau latihan ya di depan rumah aja sana! Luas gitu! Abang lagi buat tugas kuliah kamu ganggu abang" ucap Zildan sambil menampakan muka kesal kepada lawan bicaranya.

"Aletta malu kalo di depan rumah bang, pasti anak tetangga pada ngetawain Al!" Jawab Aletta sambil mencebikkan bibirnya.

"Ya udah gak usah latihan! Kalo mau latihan cari tempat lain aja!" Ucap Zildan tanpa berniat mendengar alasan Aletta dan menutup kembali pintu kamar Aletta.

"Ishh..gak ngertiin banget gue kan besok lomba! Harus jadi komandan pleton terbaik dong! Biar bisa ngalahin pleton laki-laki sekolah sebelah itu." Gerutu Aletta saat pintu telah tertutup.

***

          Berjuang. Itulah kata yang dapat menggambarkan suasana kali ini. Mereka sama-sama membawa semangat membara agar dapat membawa piala bergilir tahun ini dan membawa sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi.
          Levi mondar-mandir sambil menempelkan benda persegi panjang itu di telingganya, sambil menghembuskan nafas berulang kali karna tak dapat jawaban dari orang yang ia hubungi sedari tadi. Levi mencoba menghubungi Aletta yang tidak terlihat dan hanya Aletta saja yang belum hadir sedang yang lainnya sudah berbaris di depan lobi sekolah untuk             mendengarkan wejangan dari kepala Sekolah untuk pelepasan lomba hari ini.

"Gimana Lev? Udah ada respon?" Tanya Agil yang terlihat was-was.

"Belum" jawab Levi singkat.

"Yaudah pimpin yang lain masuk mobil dulu aja deh! Kasian yang lain udah pada nunggu" ucap Ajil menahan amarah.

"Tunggu dulu! Dia pasti dateng" ucap Levi lemah. Karna ia juga tak yakin dengan kata-katanya itu. Karna Aletta berulang kali mengatakan ingin mundur dari lomba ini.

"Sampai kapan Lev? Sampai sekolah kita di diskualifikasi karna datang terlambat? Ha?" Ucap Ajil sarkastik.

"Diem lo! Gue yakin dia datang! Dan kita gak akan kalah!"  Levi  mencengkram kerah baju ajil.

"Lo berubah Lev! Dia merubah lo sangat jauh! Mana Levi yang selalu tegas dalam keputusannya? Mana Levi yang tak terima alasan apapun karna keterlambatan? Mana Levi yang perintahnya tak dapat di ganggu gugat?" Kata Ajil dengan senyum miringnya.

"Justru sikap lo yang kaya gini yang bikin kita kalah!" Levi melangkah pergi dan menuju ke depan lobi untuk memastikan orang yang ia hubungi sejak tadi sudah menampakan kedatangannya.

Paskibra Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang