35. "Perjuangan Hati"

245 10 2
                                    

Bukan salahmu.
Tapi salah takdir.
Takdir yang memaksaku untuk membencimu.
Tapi nyatanya cinta lebih kuat dari takdir itu.

-Aletta

Suara peluit mengagetkan Lista dan Aletta yang sedang berbincang, mereka berdua lari untuk berkumpul dengan anggota yang lain.
Aletta baris di barisan paling ujung sebelah kiri seperti biasanya.
Semua anggota dikumpulkan untuk melakukan pemanasan sebelum latihan dimulai. Dan yang memimpin pemanasan adalah Levi.
Aletta berusaha bersikap biasa saja di depan Levi. beda halnya dengan Levi, ia memang bersikap seperti biasa tapi sesekali ia mencuri pandang ke arah Aletta yang matanya sedikit sembab. Levi cemas dengan Aletta.

Mengapa matanya sembab? Apa yang membuatnya menangis? Ada apa? Siapa yang menyakitinya lagi? Pertanyaan-pertanyaan itu yang memenuhi  kepalanya saat ini.

Aletta terus saja menunduk saat kegiatan pemanasan. Ia tak ingin melihat orang di depannya saat ini. Ia takut air matanya akan lolos begitu saja.

Setelah beberapa menit pemanasan selesai, Levi memberi perintah para anggota untuk duduk sembari mendengarkan intruksi darinya. Setelah itu ia berbicara di depan para anggota.

"Terimakasih untuk kehadiran kalian semua yang alhamdulillah dengan formasi yang lengkap. Kalian tahu kan di bulan depan kita ada event apa?" Tanya Levi dan mendapat anggukan serempak dari para anggota.

"Kita akan berjuang di provinsi untuk mewakili sekolah kita. Kita harus latihan dengan keras, rutin, dan tentunya semangat. Mengerti?" Tanya Levi.

"Siap mengerti!" Jawab semua anggota yang lain.

"Bagus! Selama latihan kita juga di dampingi para alumni. Dan salah satunya kak Bunga. Kak Bunga akan membimbing kita, mengarahkan kita, dan memperbaiki kesalahan kita selama latihan. Kalian semua tahu kan bahwa kak Bunga itu sudah merambah lebih dulu di tingkat provinsi. dia pasti lebih tahu bagaimana ketatnya persaingan di tingkat provinsi. Maka dari itu kita harus menyerap ilmu yang akan diberikan kak Bunga agar kita lebih siap untuk melangkah ke tingkat provinsi. Mengerti?" Titah Levi.

"Siap mengerti!" Jawab mereka serempak.

"Oke. Setelah ini kita latihan PBB satu puteran, TUB satu puteran setelah itu istirahat. Mengerti?"

"Siap mengerti!"

Setelahnya Levi mengambil posisi untuk memimpin anggotanya latihan baris-berbaris dan latihan yang lain.
Mereka semua latihan dengan penuh semangat. Tidak ada yang mengeluh capek atau sebagainya. Levi merasa senang jika semangat dari anggotanya semakin hari semakin meningkat. Setiap ia memberi gerakan formasi baru mereka akan antusias latihan masing-masing.
Saat semua anggota sibuk latihan sendiri-sendiri Levi menjauh ke samping lapangan untuk menghafal aba-aba. Sambil membawa beberapa lembar kertas aba-aba mata Levi terus saja memandang ke arah Aletta yang sibuk menghitung langkah formasi. Senyum terbit dari sudut bibir Levi melihat ekspresi Aletta yang kadang kesal, cemberut, kadang tersenyum sumringah. Semua tak luput dari pandangan Levi.

"Cantik ya dia" ucap seseorang dibalik punggung Levi.

Levi menoleh ke sumber suara, dan mendapati Bunga yang sedang tersenyum ke arah Levi. Kemudian ia kembali menatap kertasnya. tak merespon perkataan Bunga.

"Dulu waktu pertama kali lihat lo, gue yakin kalo lo ditakdirkan cuma buat gue. Lo selalu baik sama gue. Lo selalu senyum buat gue. Cuma sama gue lo bersikap manis. Sampai pada akhirnya gue yakin saat gue pergi pun hati lo bakal tetep buat gue, senyum lo cuma buat gue. Tapi sekarang gue sadar gue udah tergantikan.
Senyum lo sekarang bukan buat gue lagi, ternyata apa yang kita lalui dulu gak cukup buat gue terkenang di hati lo. Hati lo masih bisa terbuka untuk orang lain" ucap Bunga sambil menatap lurus ke depan masih dengan senyum di bibirnya.

Paskibra Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang