34. "Kenyataan Menyakitkan"

367 17 2
                                    

Apa setelah ini kebencian akan hadir pula dalam hatimu untukku?
Sebenci apapun kamu nanti,
Tetaplah tersenyum walau bukan untukku.
Agar aku tak kehilangan mentariku.

-Levitama

Suasana di kamar Zildan mendadak panas setelah beberapa menit yang lalu Aletta menerobos masuk ke kamarnya dan tak berhenti mengomel. Zildan hanya diam saja mendengarkan kalimat panjang yang sedari tadi keluar dari mulut adiknya itu. Ia hanya mendengarkan sambil sesekali tersenyum miring mendengar kata-kata pujian yang terlontar untuk Levi. Rasanya muak mendengar nama pria itu disebutkan dari mulut adiknya ini. Jika saja adiknya tahu siapa Levi sebenarnya Zildan yakin adiknya tak akan bersikeras seperti ini untuk membela pria itu. Namun biarkan saja. Zildan hanya santai saja mendengar nasehat demi nasehat yang adiknya sampaikan.
Sampai sebuah tangan mendarat keras di paha polos Zildan yang saat ini hanya memakai celana jean's pendek diiringi teriakan kesakitan dari mulut Zildan.

"Aduuuhhh!! Sakit dek!" Teriak Zildan menahan sakit di pahanya yang tiba-tiba di geplak oleh tangan mungil Aletta.

Jika sedang di rumah Zildan memang menggunakan embel-embel "dek" untuk panggilannya pada Aletta. karna ia selalu di tegur oleh orang tuanya untuk saling menghormati antara saudara dan katanya untuk mempererat hubungan persaudaraan. Namun Zildan sudah sejak dulu memanggil Aletta dengan sebutan "dek" namun dulu waktu di sekolah dasar Aletta selalu di ejek oleh teman-temannya karna Zildan sangat berbeda dengannya. Sejak dulu Zildan memang di kenal cerdas, tampan, dan juga selalu menjadi wakil sekolah dalam perlombaan. Berbeda halnya dengan Aletta yang dikenal dengan gadis kecil periang namun biasa saja dalam bidang akademik maupun non akademik. Makanya teman-teman Aletta bahkan teman-teman Zildan sekalipun tak percaya bahwa mereka bersaudara. Dari sana lah pertama kali Aletta tak ingin dipanggil dengan sebutan "dek" oleh Zildan. Di luar rumah Aletta tak ingin di cap sebagai adik  Zildan. Ia hanya ingin terlihat seperti sahabat Zildan. Cukup dirumah saja panggilan itu disematkan untuk dirinya.

"Ya lagian diem aja diajakin ngomong dari tadi! Jawab dong pertanyaan Aletta! Ishh!" Omel Aletta sampai melotot ke arah Zildan.

"Gimana abang mau jawab dari tadi kamu nyerocos terus gak berhenti-henti!" Sanggah Zildan tak mau disalahkan.

"Yaudah sekarang jawab dong!"tagih Aletta.

"Yang mana?" Tanya Zildan bingung.

"Aduhhh!! Bang Zildan nih tinggal jawab aja kok bertele-tele banget sih!" Kesal Aletta.

"Yang bertele-tele tuh abang atau kamu? Kamu kan tinggal ulangi pertanyaan kamu lagi. Abang tadi gak dengar dek. Kamu kayak kereta kalo ngomong gak ada ujungnya" jawab Zildan yang sudah hampir frustasi menghadapi Aletta yang sedang dalam mode menyebalkan seperti ini.

"Oke!oke! Aletta ulangi lagi pertanyaannya." Ucap Aletta sambil menghela nafas jengah.

"Yaudah silahkan!" Ucap Zildan santai.

"Sebenarnya ada masalah apa bang Zildan sama Kak Levi? Hm?" Tanya Aletta menatap serius manik mata Zildan.

"Yakin kamu mau tahu?" Zildan balik tanya.

"Yakin. Jawab yang jujur bang!" Ucap Aletta tak sabar.

"Oke! Tapi janji dulu, kalo kamu setelah ini gak akan pernah mikir soal ini lagi. Hm?" Tanya Zildan memastikan.

Paskibra Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang