Tujuh Belas

6.7K 563 44
                                    

"Oihh bau apa ini?" Gat mengernyitkan hidung.

"Ini bau pupuk tuan " ucap Pak tua si tukang kebun.

Pak tua itu lalu mengambil segenggam penuh pupuk lalu menaburkan ke tanah dekat tanaman bunga sejenis Pakis.

Ya, beberapa hari ini Gat membantu Tukang kebun sekedar membersihkan tanaman atau pun menyiramkan air ke tanaman bunga di pekarangan rumah yang luas dan ada dimana-mana.

Alasannya adalah Gat menghindari ayahnya karna takut kena marah atas kelakuan menyusupnya tempo hari, bahkan pada ibu Arai pun Gat tidak berani bicara lama. Untung saja pada saat sarapan ataupun makan malam ayah Gat tidak ikut karna urusan pekerjaan, jadi Gat terhindar dari situasi canggung.

"Tuan sudah bekerja lama disini? "tanya Gat membuka obrolan.

" Bahkan sebelum tuan aram menjadi pemilik rumah megah ini " jawab si tukang kebun namun tetap fokus pada memberi pupuk.

" Apa tuan kenal ibuku?" tanya Gat lagi, ia ingin mendengarkan kalau saja ada sedikit cerita mengenai ibunya.

"Tentu, dia beberapa kali kesini " ucapnya terlihat berusaha berhat-hati dalam memilih kata.

" Apa ayah terlihat menyayangi ibuku? "tanya Gat kali ini sambil berhenti membersihkan tanaman bonsai besar.

Si tukang kebun menoleh pada Gat dan menatap dengan tatapan iba" Tuan, bukan hak saya menjawab pertanyaan itu, tapi yang bisa saya katakan adalah ibu anda wanita yang sangat baik bahkan jauh lebih baik " ucap si tukang kebun namun tidak selesai.

" Aku senang mendengar nya " ucap Gat tersenyum.

" Senyum anda sangat mirip padanya " ucap si tukang kebun.

Senyum Gat kembali mekar, ia melanjutkan sesi membersihkan bonsai besarnya. Sampai akhirnya Gat berhenti di Satu rumpun besar tanaman bunga chrysanthemum berbagai warna.

" Tuan, apa ini akan tahan lama di dalam vas? "tanya Gat dari jauh.

"Tuan, aku akan bawa ini, terima kasih " ucap Gat lalu melangkah masuk ke rumah.

***

'Akan ku buat arai bersumpah untuk menjagamu disana'

Kata-kata nenek Gat sebelum Gat pergi ke kota bersama Arai. Dan entah bagaimana nenek Gat mengancam Arai, semua berjalan terlalu baik, arai menjaga Gat seakan ia adalah guci antik dan berharga mahal.

Gat merindukan nenek nya, sungguh.

Dalam doa pertama Gat tujukan untuk kedamaian ibunya, di doa kedua untuk kesehatan dan kelancaran usaha nenek nya meskipun Gat yakin neneknya masih mampu memimpin usahanya untuk berpuluh tahun ke depan, di doa ketiga Gat tujukan untuk kesehatan Arai dan di doa terakhir untuk ayah dan ibu Arai.

Gat membuka mata lalu bangkit dari altar doa, dan berbalik menemukan kris sudah duduk santai di ujung kasur Gat.

"Apa kau mendoakan ku juga? "ucap kris dengan senyum sumringah.

Melihat kris tersenyum, yang muncul pertama kali di benak Gat adalah celana dalam milik kris saat insiden cucian kotor terakhir.

" Maaf teman kakak, tidak "ucap Gat datar.

" Aku juga ingin di panggil kakak" ucap kris lalu bangkit dan mendekat ke arah Gat.

Tubuh kris terlihat sama tinggi menjulang, sama besar, dan sama berisi nya dengan arai yang membuat Gat berpikir 'apa ada petugas militer sekurus Gat?'.

"Boleh ku pegang tangan mu? "tanpa menunggu persetujuan, kris langsung menyambar tangan Gat.

Gat menghela nafas" aku tidak sakit sama sekali, badan ku memang seperti ini "ucap Gat.

Far Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang