Dua

10.2K 649 18
                                    

"Nek apa ayah akan kenal aku?" tanya Gat pada nenek nya namun tidak dijawab.

Mereka sudah sampai dikota tempat ayah Gat tinggal selama ini.

Satu rumah yang sangat besar dengan halaman yang amat luas. Jauh dibandingkan rumah Gat yang hanya rumah tradisional.

Menurut cerita nenek Gat, ayah Gat memang orang yang kaya sejak awal memiliki usaha pengiriman dan penghasil Gading gajah, tembakau dan teh.

Didalam benak Gat muncul pertanyaan 'apa siap bertemu ayahnya lagi? Bagaimana bentuk wajah ayahnya? Apa ia siap bertemu ibu tirinya? Apa ia siap bertemu kakak tirinya? "

" Ayo cepat naik Gat, menunggu apa kau disana "ucap nenek Gat yang sudah menaiki tangga menuju pintu masuk.

Pintu rumahnya sangat lebar bahkan lebih pas untuk pintu kuil dibandingkan pintu rumah, pikir Gat.

Didepan pintu sudah menunggu dua orang yang menurut tebakan Gat adalah dua dari banyaknya pembantu dirumah ini.

"Nyonya dan tuan Gat selamat datang dirumah utama, biar kami bawa masuk barang - barang anda.. "ucap salah seorang pembantu.

Namun dengan angkuhnya nenek Gat menjawab" singkirkan tangan kotor kalian dari barang ku dan Gat, kami akan bawa masuk sendiri".

Sang pembantu tertunduk malu, lalu mundur beberapa langkah.

Gat terkejut mendengar ucapan neneknya, tidak pernah neneknya berucap sekasar itu setaun Gat.

Dengan susah payah Gat menarik dua tas besar berisi pakaian nya dan empat tas besar milik neneknya. Ia masuk keruangan yang sangat mewah dengan tangga menuju lantai dua dan tiga.

"Gat sudah sampai? .. "suara seorang wanita terdengar sambil menuruni tangga.

" Ia nyonya, bersama nyonya martia"ucap orang yang disampingnya.

Gat hanya celingak celinguk bodoh memperhatikan tiap detail rumah ini. Dibenaknya ia berpikir pasti ayahnya menghabiskan banyak uang untuk beli perabot mahal.

"Ibu.. "ucap seorang wanita paruh baya yang cantik. Dengan bibir merah kulit mulus namun kalah putih dibanding Gat. Mengenakan pakaian mahal. Wanita itu berjalan mendekati nenek Gat lalu memeluk ya.

Tidak ada ekspresi dari nenek Gat, hanya membalas pelukan wanita itu.

Nenek Gat melirik kearah Gat " Gat ini ibu tirimu.." ucapnya lalu mengalihkan pandangan ke wanita tadi.

"Mana Aram? "ucap nenek Gat langsung.

" Dia masih ada tamu di pendopo belakang, aku akan membawa kalian keatas ke kamar kalian" ucap wanita itu dengan senyuman tulus.

Sama seperti nenek Gat tidak tau harus berekspresi bagaimana dihadapan ibu tiri. Jadi ia mengucapkan "selamat siang" sambil menunduk.

Ibu tiri Gat sekarang berdiri dihadapan Gat " kau memakai kalungmu?!" ucapnya dengan tersenyum "tuhan, kulitmu benar-benar putih sangat cocok dengan kalung emas mu"

"Terima kasih" ucap Gat masih menunduk.

"Kau tidak usah Sungkan, kau tahu aku yang pilihkan kalung itu sebagai hadiah " ucapnya lagi.

Lalu Suara mobil berhenti didepan pintu. Sekian menit, akhirnya seorang laki-laki muda muncul dengan seragam militernya. Gat menelan ludah, di benak Gat ia berpikir 'bertemu ibu tirinya saja sudah ribet apalagi dengan kakak tiri', rencana untuk menghindari kakak tiri sudah gagal sejak awal.

Laki-laki dengan seragam militer, kulit nya coklat, rahang kokoh, dan tubuh tinggi berisi berbanding terbalik dengan Gat.

'Dia pasti sangat kuat, dan tidak pernah mengurung diri di kuil untuk waktu lama" pikir Gat.

" Ibu" ucapnya lalu langsung memeluk ibunya erat.

Ibu tiri Gat terlihat kecil dipelukan kakak tirinya, apalagi Gat.

Pelukan mereka pun terlepas " Gat ini kakak mu, arai.." ucap ibu tiri Gat.

"Selamat siang "ucap Gat gugup.

" Hei, aku tidak menggigit... "ucap arai lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Gat" aku cuma mencium "ucapnya hampir tak terdengar namun masih terdengar oleh Gat.

Nampaknya nenek Gat dan ibu tiri Gat tidak mendengar.

" Ya sudah, kita sudah terlalu lama berdiri di sini, arai kau gantilah pakaian, ibu dan Gat kita ke atas kekamar kalian" ucap ibu tiri Gat.

***

Far Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang