Lima Belas

7.2K 531 48
                                        

Kris mencuci wajahnya perlahan, merasakan air dingin menyentuh wajahnya.

'Ini aneh' pikirnya, di luar sana bertebaran perempuan yang siap menjadi kekasih nya tapi ia malah menyukai seorang anak laki-laki,Dan parah nya lagi ini adalah adik arai .

Mata kris terpejam air mengalir dari kening lalu ke pipi lalu turun ke leher dan terus turun dan tidak ada gerakan mau mengeringkan dengan handuk.

Ia membayangkan tubuh pucat rapuh Gat merasakan aroma tubuh nya menyentuh hidung kris.

"Dia benar-benar rapuh kau tahu, seolah kau harus menyentuh perlahan dan menjaga nya seperti cangkang telur, sedikit saja kesalahan dia akan retak " ucap kris pada dirinya sendiri.

Mata kris terus terpejam, khayalan akan Gat semakin jauh. Ia membayangkan bisa memeluk Gat, mencium lehernya seperti yang arai lakukan, mendengarkan erangan lembut Gat yang membuat nya makin bergairah seiring nafas kris yang makin cepat.

Kris membuka mata "aku sudah gila... " ucapnya, lalu melepas kemeja lalu celana dan akhirnya pergi mandi.

***
Gat mencoret-coret kertas di hadapan nya mencoba menghitung jawaban PR matematika.

"Ini salah" ucapnya pada diri sendiri tapi tidak yakin apa benar-benar salah.

Gat mengucek matanya kalut, ia benar-benar bingung, PR nya rasanya berbeda dengan yang di ajarkan guru di kelas.

"PR nya terlalu sulit? " tanya Arai  tiba-tiba dari belakang dan Gat kembali di buat kaget.

Gat mengangguk," PR nya yang terlalu sulit atau otak ku yang tidak sampai " ucap Gat tanpa maksud apapun.

Arai tersenyum, ia selalu  menyukai saat Gat merasa membutuhkan nya. Dengan cepat arai mendekati Gat.

" Coba ku lihat " ucap Arai,lalu menarik buku PR Gat.

Diam sejenak tidak ada suara.

" Kurasa ini memang agak sulit bagi Gat " ucap Arai, menurunkan buku PR Gat lalu menarik pensil dan kertas kosong untuk menghitung.

Arai menarik kursi lalu duduk di sebelah Gat, refleks Gat menggeser duduk nya memberikan ruang untuk arai.

Butuh waktu hampir lima belas menit bagi arai untuk menghitung sampai ia yakin sudah menemukan jawabannya.

" Selesai, ini cukup sulit " ucap Arai lalu menyodor kan kertas perhitungan nya tadi pada Gat.

" Kakak jelaskan " ucap Arai.

Lalu yang bisa di pahami Gat dari ucapan arai hanya 'angka ini kesini, lalu pakai rumus ini, ini di kali ini'  dan masih panjang penjelasan arai, mendengar penjelasan arai Gat hanya tambah bingung, mata Gat malah melihat ke bibir arai yang terus bicara.

"Paham? " tanya Arai.

Gat hanya menggaruk belakang leher nya, arai sudah susah-susah menjelaskan dan jawaban Gat " aku tidak paham ".

Sejenak arai diam lalu akhirnya tertawa" tidak apa-apa, kenapa Gat malah takut " ucap Arai lalu mengelus rambut Gat.

" Aku memang tidak paham " ucap Gat menunduk, mukanya merah, mungkin karna malu pada arai.

" PR nya memang cukup sulit, lanjut kan lagi PR yang lain " ucap Arai terus mengelus rambut Gat.

" Itu memang sulit, aku sudah hampir sejam tapi tidak dapat jawaban nya, dan itu soal yang terakhir jadi terima kasih " ucap Gat lalu menarik buku-bukunya, menumpuk nya menjadi satu lalu ia masukkan ke dalam tas.

Belum sempat arai bicara lagi, ibu pembantu sudah memotong percakapan mereka terlebih dulu.

" Permisi tuan arai " ucap ibu pembantu dari ambang pintu.

Spontan arai menoleh" ohh, kenapa? " ucap Arai datar, senyum nya tadi hilang.

" Tuan Aram meminta anda ke ruang kerja nya sekarang " ucap ibu pembantu.

Arai menoleh pada Gat mencoba mengajak" anda sendiri tuan " sambung ibu pembantu.

Arai menghembuskan nafas kesal" Kakak akan kesini lagi nanti " ucap Arai lembut pada Gat lalu langsung melangkah keluar sedangkan ibu pembantu masih di ambang pintu.

Ibu pembantu masih menunggu di ambang pintu memastikan arai sudah benar-benar pergi.

" Tuan, ada surat untuk anda" ucap ibu pembantu lalu mengeluarkan amplop dari lipatan kainnya.

"Surat untuk ku? " tanya Gat sambil melangkah mendekati ibu pembantu.

Sebenarnya masih ada yang ingin di katakan si ibu pembantu tapi entah karna alasan apa ia menahan nya.

Gat mencium aroma amplop putih tersebut, ia sangat mengenal aromanya itu aroma nenek nya.

Sejak ada di rumah ayahnya Gat benar-benar lupa soal ucapan nenek nya akan rajin mengirimkan surat untuknya memastikan ia baik-baik saja disini.

Perlahan Gat membaca surat dari neneknya. Dimulai dari neneknya menanyakan kabar nya, menanyakan sekolahnya, menanyakan hubungan nya dengan ayahnya apakah sudah makin membaik,lalu di paragraf terakhir nenek nya menanyakan kenapa Gat tidak pernah sempat membalas suratnya padahal tiap minggu ia mengirim surat.

Gat berjengit, sejak ia disini baru kali ini ia menerima surat dari neneknya bagaimana bisa ia tidak menerima surat-surat dari neneknya untuk minggu-minggu yang lalu.

Dilipat nya surat tersebut lalu di masukan lagi ke dalam amplop dan akhir nya Gat selipkan di bawah bantal tidur.

Bergegas Gat turun menuju dapur tempat ibu pembantu biasanya. Dan tebakan Gat benar ibu pembantu sedang bicara dengan dua pembantu lainnya.

"Maaf nyonya.. " ucap Gat pelan.

Spontan semua melihat ke arah Gat yang membuat Gat terhenyak mundur dan merasa aneh.

" Anda mencari saya? " ibu pembantu maju beberapa langkah ke arah Gat.

Gat agak gugup untuk bicara" ini, itu apa, surat tadi " ucap Gat gelagapan.

Wajah ibu pembantu terlihat waspada, ia menoleh ke kanan kiri" ikut saya " ucap ibu pembantu.

Gat mengekor di belakang ibu pembantu ke arah tempat penyimpanan bahan makanan.

Di sekeliling mereka sekarang hanya ada rak-rak berisi tumpukan jagung, toples-toples berisi kacang, rempah, lalu bunga, lalu daun teh kering , kopi,
Kulit-kulit kayu, dan benda - benda lainnya.

"Kenapa hanya ada satu surat? Harusnya kan lebih dari satu " ucap Gat pada ibu pembantu.

" Begini tuan, memang ada beberapa surat dari nyonya martia beberapa minggu terakhir tapi saya tidak tau alasan kenapa tuan aram tidak pernah mengizinkan siapapun memberikan surat itu pada anda " ucap ibu pembantu, sambil terus melihat ke arah pintu.

"Lalu surat yang tadi?"

"Itu inisiatif saya tuan, secepatnya anda berikan balasan pada nyonya martia biar saya yang berikan surat itu pada tukang pos" ucap ibu pembantu lagi.

Gat bingung kali ini, untuk apa ayahnya menyimpan surat-surat dari neneknya.

"Jangan bicara pada siapapun soal surat tadi " ucap ibu pembantu yang di jawab anggukan Gat.

"Aku akan segera menulis balasannya"  ucap Gat lalu bergegas melangkah ke kamarnya.

Selang beberapa menit Gat masuk ke kamar, arai keluar dari ruang kerja ayahnya dengan wajah menahan emosi. Tangan arai terkepal erat dan terus melangkah menuju pintu depan.

***
Author

Sudah di update.
Sebenarnya ini udah mau di update beberapa hari yang lalu tapi karna ke kudet an author jadi gak bisa masukin gambar ke cerita yang bikin author bingung nyari caranya gimana.

Lagi, untuk semua pembaca Far Brother kalau ada komentar, saran, typo, cerita rancu silahkan di kolom komentar, please jangan jadi silent reader tanggapan kalian yang bikin author semangat. Terima kasih and kiss 😘😘😘

Far Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang