Gat benci peramal yang hanya memberi kode-kode yang membuat nya penasaran setengah mati.
Dan arai benci membayar peramal yang memberitahu nya hal yang tidak jelas.
Gat meletakkan kantong kue kelapanya di meja sebelah tempat tidur. Sudah mulai dingin tapi Gat malah merasa malas untuk makan.
Di sisi lain, arai sedang duduk berhadapan dengan nenek Gat. Arai sudah siap untuk di hujani pertanyaan dan siap untuk meminta izin nenek Gat agar bisa membawa Gat kembali.
"Kurasa kau kesini bukan hanya untuk jalan-jalan dan berlibur.. " nenek Gat membuka pembicaraan.
Arai tersenyum "itu salah satu alasan ku sebenarnya".
" Aram meminta kau melakukan apa? " tanya nenek Gat dengan ekspresi datar bahkan wajahnya cenderung terlihat mengantuk.
Jujur saja ruang kerja nenek Gat terasa begitu membosankan bagi arai. Barang antik dimana-mana,bau bunga, dan sedikit bau buku lama.
" Tidak, aku cuma ingin bertemu Gat adikku " jawab arai "ayah tidak meminta apapun padaku" sambungnya.
Nenek Gat menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum mengejek " adikmu?" tanya nenek Gat lagi.
Arai merasa terintimidasi. Arai memang sudah menyadari kalau nenek Gat tidak menyukai nya.
Arai mengangguk yakin. Nenek Gat membuang muka.
" Dua pilihan arai, pertama Gat akan bunuh diri atau kedua dia akan membunuh mu, kalau saja dia tau siapa sebenarnya kakak nya ini " ucap nenek Gat.
Sulit bagi arai untuk mencerna maksud nenek Gat. 'Aku salah apa', pertanyaan dalam benak arai berputar.
" Kenapa begitu? " arai bertanya penuh penasaran.
Nenek Gat merasa siap melompat dan berkoar menceritakan semua tentang Aram, ibu arai dan kematian ibu Gat. Namun pikiran warasnya menahannya. Kalau ia sampai benar-benar melompat ia hanya akan meremukkan tulang nya sendiri, lagi pula arai belum dewasa sama sekali untuk tau semua itu.
Sebaliknya nenek Gat tidak menjawab pertanyaan arai dan mengalihkan pembicaraan "mau apa kau kemari?" dengan nada sebiasa mungkin dan ekspresi sedatar mungkin.
Arai pun merasa pertanyaan tadi tidak penting "aku mau membawa Gat pulang ke kota" ucap arai yakin.
Rasa terkejut dirasakan nenek Gat tapi ia tetap menguasai diri "dan kau harusnya punya alasan?!" tantang nenek Gat.
"Aku cuma ingin lebih dekat dengan adik ku dan kurasa Gat juga ingin lebih dekat dengan ayahnya " jawab arai.
Dalam pikiran nenek Gat, dekat dengan arai itu tidak terlalu penting. Tapi untuk lebih dekat dengan ayahnya itu bukanlah ide yang buruk. Belasan tahun Gat hanya mendapatkan kasih sayang dari nenek, Gat harus tau rasanya kasih sayang orang tua dalam hal ini ayahnya.
"sejak lahir Gat sudah ada disini, tenang dan nyaman disini. Aku menghargai perasaan mu pada Gat, tapi aku tidak yakin Gat butuh kembali ke kota " ucap nenek Gat.
" Gat bisa sekolah di kota, dia bisa punya banyak teman, aku akan menjaga Gat." arai berusaha meyakinkan.
Satu lagi alasan untuk merelakan Gat ke kota. Gat tidak punya banyak teman disini.
"Tapi aku masih tidak yakin Gat mau pindah ke kota?! " ucap nenek Gat lagi.
" Aku akan membujuk Gat supaya dia mau " jawab arai.
" Silakan dicoba, tapi aku tidak mau kau terlalu memaksa Gat. Lagi pula Gat masih muda banyak yang bisa dia lakukan disini "
Arai tidak menjawab apapun, ia hanya bangkit dari kursi nya lalu melangkah keluar dari ruang kerja nenek Gat.
Helaan nafas panjang" tidak adil kalau aku yang tentukan " ucap nenek Gat.
***
Seperti biasa, Gat sedang berada di kuil berdoa untuk ibunya dalam waktu lama.Banyak hal dalam benak Gat. Seperti kenapa ayahnya lebih memilih tinggal dengan arai dibanding dia?!, padahal Gat tau jawabannya arai lebih bisa di banggakan di banding Gat.
Gat mengakhiri doanya dengan senyuman yang di paksakan. Gat melangkah keluar pintu kuil namun berhenti dan hanya berdiri.
"Gat.. " suara seseorang memanggil.
Spontan Gat menoleh dan melihat Jun hanya memakai celana pendek tanpa baju, badannya berkeringat dan banyak lumpur kering di kulit dan rambutnya.
Jun melemparkan senyum lampu obor terang nya sumringah.
" Lihat, aku bawa ikan " ucap Jun sambil menunjukkan dua ekor ikan gabus besar sebesar betis Gat yang di karang dengan ranting.
" Kau yakin ikan itu bisa di makan? Kepalanya malah seperti kepala ular, lagi pula bagaimana cara kau tangkap? " tanya Gat sambil memperhatikan mulut ikan gabus yang menganga kalau saja ia bias melihat sesuatu dalam perut ikan itu.
" Entahlah aku akan tanya ibu, kurasa tidak akan beracun, tadi aku melompat ke sungai dan menangkap nya dengan tangan " ucap Jun.
Gat membayangkan Jun melompat kesana kemari di sungai mengejar ikan besar.
" Kenapa badan mu masih penuh lumpur padahal kau dari sungai? " tanya Gat lagi.
" Ahh tadi aku sudah mandi di sungai tapi main bola lagi jadi kotor lagi " Jun menggaruk belakang kepalanya.
Gat tersenyum melihat tingkah Jun. Gat merasa sedikit iri dengan Jun yang bisa bebas melakukan apapun meskipun juga Jun sering kenapa marah ayahnya.
" Mau pulang? " tanya Jun.
"Iya" jawab Gat lalu melangkah menuruni tangga kuil.
***
Gat keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggang nya sedangkan dari tubuh atasnya masih menetes air.Karna asik dengan tetesan air dari poninya, Gat sampai tidak sadar kalau arai sudah ada di depan nya.
Brukk
Gat menabrak arai.
"Ahh" Gat berteriak namun malah terdengar seperti teriakan tidak semangat.
Spontan arai memeluk Gat yang hampir saja jatuh. Gat merasa kaget sekaligus canggung apalagi tangan arai memegang pantat nya.
Gat mendongak melihat kearah kening arai sedangkan arai malah menunduk melihat ke bawah.
Hening sejenak "Handuk mu lepas Gat.. " ucap arai.
Dengan cepat Gat menunduk dan menemukan handuknya sudah tergeletak lemas di lantai basah, Gat tidak memakai apapun.
Sedangkan bagian pribadi Gat menempel ke handuk arai,Dan Gat bisa merasakan isinya.
" Ahhh" kali ini benar-benar teriakan Gat. Gat menarik dirinya, mendorong arai kebelakang.
Bodohnya Gat ia malah fokus dan menunjuk ke arah handuk arai.
" Itu, tadi, nempel.. " Gat kelabakan.
Wajah Gat memerah. Secepat mungkin Gat menarik handuk nya yang jatuh.
Sebaliknya arai malah bingung dengan reaksi Gat yang berlebihan. Arai mendekat ke arah Gat.
" Kenapa segitu malunya.. " ucap arai sambil membantu Gat membetulkan handuknya. Gat gemetar.
Bukannya merasa bersih, Gat malah berkeringat dingin.
" Masuk lah, pakai baju, dingin kan? "ucap arai.
Gat melangkah lemas sambil memegang erat handuknya. Dalam hati Gat mengomeli dirinya sendiri kenapa ia begitu bodoh.
" Kakak maaf, maksudku terimakasih " ucap Gat masih tetap berjalan.
Arai hanya tersenyum memperhatikan Gat.
" Itu yang harusnya dilakukan seorang kakak" jawab arai "mungkin.." sambung arai pelan bahkan ia sendiri pun hampir tak mendengar suaranya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Far Brother
RomanceArai menyayangi adik tirinya, Gat . Tapi tanpa ia sadari kalau rasa sayang nya sudah terlalu jauh karna ia tak tau bagaimana seharusnya seorang kakak. Gat anak laki-laki polos yang tidak tau apa tujuan hidupnya, yang ia lakukan hanya berdoa di kuil...