Dua Puluh Tiga

5.3K 301 78
                                        

Rambut hitam Arai masih agak menggumpal setelah selesai mandi beberapa menit yang lalu. Kepalanya serasa mau meledak, perasaannya selalu serba salah.

Tidak ada pergerakan apapun dari Arai selain hembusan nafas dan mengacak-acak rambut lagi dan lagi.

Hembusan nafas kencang Arai "aku benar-benar gila" Ucapnya.

Bahkan untuk bangkit sekedar berpakaian pun terasa berat, padahal ia hanya diselimuti sehelai handuk.

***

Gat sudah berada di ujung do'anya sore ini, doa paling dalam, playing khusyuk, dan paling lama untuk ibunya. Sampi Gat mendengar suara langkah kaki di ambang pintu kuil.

Dan Gat menoleh.

"Sudah beberapa hari kita tidak mengobrol tuan " Ucap Ibu pembantu lalu melangkah masuk.

"Iya " Jawab Gat pelan.

Ibu pembantu melangkah mendekat dan duduk beberapa langkah di samping Gat lalu berdo'a. Matanya terpejam, Gat bisa melihat jelas uban di rambut lalu kerutan di wajah ibu pembantu.

"Aku sudah tidak ingat lagi kapan terakhir kali aku dengan sengaja datang ke kuil lalu berdo'a" Ucap Ibu pembantu.

"Kuil ini sejak awal hanya di anggap sebagai pelengkap, bahkan dianggap tidak ada sama sekali" Ucap Ibu pembantu lagi.

Yang ada di pikiran Gat, entah kenapa orang-orang yang ada di rumah ini begitu sering menghela nafas panjang, bahkan tidak terkecuali ibu pembantu kali ini, ia menghela nafas seperti kelelahan sepanjang waktu.

"Aku benar-benar takut berhadapan dengan dewa, takut berhadapan dengan Tuhan, takut dengan hukuman yang akan dia berikan akan sangat menyakitkan" Air mata mulai mengalir dari mata ibu pembantu.

"Banyak sekali dosa yang di lakukan wanita tua ini " Ucap nya.

Gat bingung harus bereaksi bagaimana " Dewa tidak akan menghukum orang yang menyadari kesalahannya dan memohon ampunan"ucap Gat.

Senyum tipis terpasang di wajah ibu pembantu.

"Semoga begitu.. " Jawab ibu pembantu.

"Inilah yang membuat saya selalu khawatir mengenai tuan " Ucap Ibu pembantu "anda begitu baik dan lugu".

Gat memampangkan senyum lebarnya sambil menggaruk kepala canggung " Jadi baik itu tidak buruk kan?! " Ucap Gat.

"Anda mau mendengar sedikit cerita?" Tanya ibu pembantu yang di jawab anggukan Gat.

" Yang tuan tahu kalau suamiku meninggal saat perang, benar? ".

Gat mengangguk.

Jeda beberapa saat sampai helaan nafas ibu pembantu.

" Aku berbohong " Ucap Ibu pembantu dengan wajah serius "aku membunuh suamiku tuan" Sambungnya.

Gat kaget bukan kepalang, ia tidak siap mendengar ini.

"Aku bersumpah aku sangat mencintai suamiku, aku lakukan apapun untuk terus melihat senyum di wajahnya".

"Dia adalah harta bagiku beserta anak-anak kami dan itu cukup bagiku, tapi tidak baginya tuan".

" Dia selalu ingin tantangan baru termasuk wanita yang baru yang jauh lebih cantik di banding aku ".

"Sampai di titik aku tau dia bermain dengan wanita lain ,aku hanya bisa diam, aku melihatnya dengan mataku sendiri senyum cerah suamiku yang  sangat berbeda dengan senyum palsu yang ia tunjukan padaku ".

" Aku hanya diam dengan air mata, dan hati hancur ".

" Sampai akhirnya di satu sore saat aku sedang menanak nasi sambil menunggu ia dan anak-anak kami pulang, suamiku dalam keadaan mabuk melangkah masuk kerumah dengan seorang wanita cantik sambil berpelukan "tangisan ibu pembantu pecah.

Far Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang