"Mau gue, mulai sekarang lo jadi cewek gue."
-Naufal Aditama***
Alana sedang berada di halte depan sekolah, menunggu angkutan umum yang akan mengantarnya pulang, hingga dia tanpa sengaja melihat seseorang di seberang jalan, tepatnya di depan gerbang sekolah, dengan motor sport hitamnya. Alana tau berul siapa dia, dia adalah kakak Alana, Ryan. Segera Alana menyebrang jalan dan menghampirinya.
"Kak.." panggil Alana kepadanya.
***
Ryan, kakak Alana menoleh, dan mengernyit heran "Ngapain lo disini?" Tanyanya ketus.
Alana hanya memutar bola mata malas, selalu saja seperti ini, tidak ada kelembutan yang di dapat bila bicara dengan Ryan, dia selalu bicara dengan nada ketus dan muka datarnya.
"Kak, aku boleh bareng sama kakak gak? Udah sore kak, angkot juga udah gak ada yang lewat, sekolahan juga udah sepi, aku bareng sama kakak aja ya, boleh kan?" Ucapku memohon.
Namun Ryan malah menyalakan mesin motornya dan melaju dengan kencang meninggalkan Alana yang masih mematung di tempat. Alana selalu bertanya tanya, sebenarnya apa kesalahan yang dia perbuat? Kenapa Ryan selalu mengacuhkan Alana? Padahal hanya dia yang Alana punya selain neneknya, setiap hari Alana selalu bergumam, 'Aku rindu kakak yang dulu'.
Tak terasa, air mata yang Alana tahan agar tidak menetes, akhirnya menetes juga, hingga keluar isakan isakan kecil dari mulutnya.
"Kadang yang terlihat, belum tentu yang terjadi sebenarnya" ucap seseorang di belakang Alana.
Sontak Alana menoleh karena penasaran, dan betapa terkejutnya, ternyata dia.. orang yang tadi menggebrak meja kantin yang Alana gunakan, iya.. dia.. yang di ketahui bernama 'Naufal' dari cerita Raya. Kenapa dia ada di sini? Atau mungkin dia mendengar semua yang dikatakan Ryan?
"Hai.." sapanya dengan senyum jahil menghiasi wajahnya.
Alana pun cepat cepat menghapus air matanya dan berujar "Em.. kenapa ya kak?" Dia tetap dengan ekspresi senyumnya, membuat Alana semakin bingung.
"Gue anter yuk, daripada gak ada yang nganterin kan?" Ucapnya dengan maksud 'menyindir', mungkin.
"Nggak usah kak, aku bisa pulang sendiri, permisi" Ucap Alana hendak melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkannya, hingga perkataannya membuat Alana menghentikan langkahnya.
"Kalo ada masalah cerita aja, jangan di pendem sendiri, kalo nggak tahan terus stress gimana? Ntar populasi cewek cantik di sekolah ini beneran berkurang lagi" ujarnya.
Alana tak memperdulikannya, dia tetap melanjutkan langkah yang tadi sempat tertunda, namun, terdengar suara deru motor tepat dibelakangnya, karna penasaran, Alana pun menoleh, matanya dan mata Naufal bertemu.
"Kenapa kakak ngikutin aku?" Tanya Alana.
Dia menghendikan bahu sambil tersenyum sebagai jawabannya. Semakin membuat Alana bertambah bingung, namun Alana mencoba untuk mengabaikannya dan tetap berjalan menjauh.
'mungkin memang arah rumahnya searah denganku, pikirnya dalam hati.
Namun dugaan Alana salah, dia tetap mengikutinya dengan melajukan motornya sepelan mungkin berusaha mensejajarkan dengan langkah kaki Alana.
"Kadang gue bingung, ada orang yang nawarin balik bareng, orangnya ganteng pula, tapi yang ditawarin nggak mau, kan sayang.. padahal banyak yang ngarep bisa balik bareng gue." Sindirnya.
Sebenarnya maunya tuh apa si? Alana geram sendiri dibuatnya. Karena kesal, Alana menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh kearah pemilik motor tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Teen Fiction"Mau kakak tuh apa si sebenernya?!" Ucapku dengan nada yang lebih tinggi. "Mau gua? Lo mau tau apa mau gua?" Jawabnya sembari turun dari motornya lalu berjalan mendekat. "Mau gua, mulai.sekarang.lo.jadi.cewek.gua." lanjutnya penuh penekanan di setia...