Chapt. 19| Naufal, Ryan, dan Sella

1.4K 104 1
                                    

Silahkan vote sebelum membaca👌

Happy reading😗

***

"Sakit yang di derita anak ibu semakin kritis. Jika dibiarkan, dapat mengakibatkan gagal jantung. Sangat sulit untuk di sembuhkan."

Kata-kata dokter yang menangani Naufal terus terngiang di kepala Anya. Dia tak habis fikir, kemarin-kemarin Naufal terlihat baik-baik saja. Tidak menunjukan gejala-gejala sakitnya kambuh. Lalu mengapa sekarang dokter berkata bahwa penyakit Naufal sudah mendekati kronis. Sulit di percaya.

Alana yang melihat Anya hanya diam setelah kembali dari ruang dokter, segera menghampiri dan bertanya lembut.

"Ada apa Ma? Apa yang dokter bilang? Kak Naufal baik-baik aja kan?"

Sebenarnya Alana memaksa agar dia tidak terlihat begitu khawatir. Dia juga berusaha untuk selalu tenang dan menenangkan yang lain.

"Al.. jantung Naufal semakin lemah. Dokter bilang,.. dokter bilang Naufal kritis. Mama benar-benar masih nggak percaya sama apa yang dokter katakan." Anya menjelaskan kepada Alana, dan tentunya di dengar juga oleh Linea dan Ryan yang berada di dalam ruangan yang sama.

Anya mulai menangis, begitu juga Alana yang menahan mati-matian air matanya agar tidak keluar. Kabar buruk ini, sungguh membuat mereka semua terkejut.

***
Ckleck

Raka datang dengan seplastik buah ditangannya. Dia bingung saat memasuki ruangan, kenapa semuanya berwajah sedih. Terutama Anya yang sedang menangis.

"Ada apa ini? Kenapa pada sedih gitu? Gimana kondisi Nopal."

"Kak Naufal semakin parah kak." Linea menjawab.

Raka terkejut, sungguh. Namun dia berusaha menetralkan ekspresinya dan mencoba untuk menghibur.

"Ayolah, jangan pada sedih gini, semangat dong. Kita bareng-bareng semangatin Nopal. Kalo Nopal liat kita sedih, dia bakalan makin terpuruk."

Semuanya terdiam, hingga lenguhan seseorang yang sedari tadi berbaring di atas ranjang terdengar. Segera mereka merapat, mendekati ranjang, dan memasang ekspresi penuh tipuan. Tersenyum.

"Nopal di Rumah sakit? Kenapa? Ma, Mama abis nangis? Ada apa ini. Aku kenapa Ma?" Naufal yang baru bangun, langsung heran dengan keadaan wajah Anya yang merah, serta matanya yang bengkak.

"Fal, kalo Mama kasih tau, kamu harus janji sama Mama jangan panik ya nak." Anya menyahut dengan suara yang serak, juga menahan air mata nya agar tidak keluar.

"Kenapa ma? Kenapa pada serius semua."

"Kardiomiopati yang kamu derita, sudah semakin parah. Kamu harus jaga pola makan, juga jangan terlalu banyak beraktivitas berat."

"Udah aku duga. Kalian nggak mau ngasih sesuatu buat gue? Sebelum gue mati." Naufal berkata datar.

"Maksud lo apa? Kita di sini buat dukung lo, nyemangatin lo. Lo nggak sendiri bro. Ada gue, nyokap lo, bokap, Maura, Alana, dan semua teman yang lo punya. Kita semua mau lo tetep berjuang. Lawan apapun itu penyakit yang nyerang lo. Lo kuat. Lo bisa. Tunjukin kalo lo masih bisa bertahan. Inget impian lo, inget apa yang lo omongin ke gue waktu itu. Raih apapun yang lo pengen. Semangat. Kita semua selalu ada buat lo." Raka berkata kepada Naufal, mulai menyemangati. Yang lain mengangguk setuju, lalu tersenyum hangat.

"Kakak pasti bisa. Kakak bisa ngelawan itu semua." Alana sekarang sudah banjir air mata. Begitu juga Anya dan Linea. Ryan sedari tadi hanya diam sambil terus memandang Naufal.

"Makasih, kalian hebat." Naufal berujar lemah.

"Lo yang hebat. Gue yakin lo bisa sembuh." Raka berkata sungguh-sungguh.

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang