Chapt.15| Kalian tau, dan gue enggak?

1.5K 108 10
                                    

Kritik dan saran dipersilahkan, bantu cari typo ya readers🤗

***

Sesungguhnya Alana sangat pusing sekarang, masalah Ryan, Naufal, dan ia pun masih bertanya-tanya tentang  keluarga Naufal. Sekarang dirinya sudah berada di ruang rawat Naufal. Tante Anya bercerita semua yang terjadi pada Naufal sebelumnya. Katanya, Naufal mengeluh sakit kepala awalnya, tante Anya pikir, itu cuma sakit kepala biasa, dia pun memberikan obat pereda sakit kepala kepada Naufal. Beberapa saat setelahnya, dia mengeluh sakit kepala kembali pada sang mama, sakit yang teramat sakit, sampai dia meringis begitu kesakitan, dan berakhir pingsan.

Alana menatap pria yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan datar. Dia semakin mengkhawatirkan keadaannya yang sepertinya semakin memburuk. Hasil pemeriksaan dokter yang menangani Naufal belum keluar. Tante Anya sedang mencari makanan di bawah.

Alana akui, dia sudah jatuh hati kepada pria pembuat onar yang sulit diatur ini. Dia takut, kalau nanti Naufal akan pergi meninggalkannya seperti kedua orang tuanya. Naufal adalah orang yang bisa menghibur Alana ditengah  masalah yang Alana lalui akhir-akhir ini. Dengan sifat konyolnya, Naufal berhasil mengubah hidupnya yang suram menjadi sedikit berwarna.

Tanpa sadar, air mata Alana luruh begitu saja membanjiri pipi mulus Alana. Dia sudah tak tahan untuk menahan ini semua. Apalagi memikirkan masalahnya dengan Ryan yang belum terpecahkan, Alana juga merasa bersalah kepada Linea. Karena Linea hanya menjadi pelarian Ryan saat Ryan harus menahan perasaannya pada adik kandung nya sendiri.

"Kenapa nangis?" Suara parau itu mengembalikan pikiran Alana. Ia langsung menghapus jejak air mata di wajahnya, dan mencoba  tersenyum sembari menggeleng.

"Gimana keadaan kakak? Ada yang sakit? Aku mau panggil dokter dulu." Alana hendak beranjak dari kursi, namun Naufal menahan. Dia seakan mengisyaratkan 'jangan pergi' kepada Alana.

"Tolong bantu gue minum" ucap Naufal.

Alana pun mengambil segelas air minum yang tersedia di atas nakas kemudian membantu Naufal untuk menenggak minuman itu.

"Gue nggak papa. Nggak usah nangis gitu, gue tau kok lo khawatir sama gue" ucap Naufal dengan nada lelucon di dalamnya, namun itu tidak mampu membuat Alana tersenyum. Dia malah memandang Naufal dengan tatapan sendu.

"Kenapa?" Naufal akhirnya bertanya setelah  melihat keganjalan dalam raut wajah kekasihnya.

"Kakak beneran baik-baik aja?" Alana balik bertanya.

"Baik kok gue, cuma agak sedikit pusing aja" jawab Naufal santai.

'Cklek'

Suara pimtu yang dibuka mengalihkan perhatian  mereka berdua, Anya-Mama Naufal berdiri di sana dengan wajah khawatir. Sambil membawa map berisi data keadaan Naufal sejauh ini.

"Na, bisa ngobrol sama Mama bentar?" ucap Mama Naufal kepada Alana sambil sesekali melirik Naufal yang memandang mereka dengan bingung.

"Ada apa si ma? Kenapa nggak ngomong disini aja? Tentang keadaan aku kan?" Naufal bertanya curiga sambil merebut map dari tangan mama nya. Yang membuat Alana serta ibunya terkejut.

Naufal terlihat sangat serius membaca setiap kalimat dalam berkas data yang dia pegang. Sesekali mengerutkan kening lalu berakhir memijat pangkal hidungnya pelan. Setelahnya, Naufal menutup map tersebut dengan kasar lalu menatap lurus kedepan dengan tatapan datar.

"Jadi Mama tau? Dan lo juga tau?" Naufal berkata demikian kepada Mamanya juga Alana yang setia menunduk sedari tadi.

Kediaman keduanya membuat Naufal memutuskan bahwa jawabannya adalah Ya. Dia sungguh kecewa, hal sepenting ini dia tidak tahu. Dan sekarang keadaannya semakin memburuk, bahkan disana tertulis agar Naufal istirahat total selama beberapa hari di rumah. Naufal hancur, masa depan yang dia impikan mungkin tidak akan pernah bisa dia miliki.

"Pal, Mama minta maaf, mama sembunyiin ini karena mama nggak mau kamu kepikiran, itu akan berpengaruh sama keadaan kamu" ucap sang ibu terlihat frustasi.

"Keluar" kalimat singkat itu keluar begitu saja dari mulut Naufal, tanpa menatap mereka sedikitpun, Naufal kembali berbaring memunggungi keduanya.

Melihat itu, Alana dan Anya, memutuskan untuk pergi dari ruangan Naufal. Mungkin Naufal butuh penyesuaian.

***

Alana mendengar kabar dari Mama Naufal, bahwa Naufal akan pulang hari ini. Tapi anak itu belum mengabarinya sampai sekarang, tidak mengirimi pesan chat seperti biasa, apakah dia benar-benar marah? Alana sampai tak fokus di kelas gara-gara memikirkan Naufal, dia sangat ingin menemui Naufal dan meminta maaf kepadanya, tapi tante Anya bilang, lebih baik jangan, sekarang Naufal sangat pendiam, bahkan kepada ibunya pun dia marah, bukan, lebih tepatnya kecewa.

"Na, kak Nopal belum sembuh juga? Sakit apa emang?" Raya beratanya begitu polosnya, tapi Alana tak bisa menyalahkan Ray juga, karena Raya dan Linea juga tidak tahu tentang penyakit Naufal, bahkan Raka, sahabat Naufal pun tidak tahu.

"Nggak papa, kamu kaya nggak tau kak Naufal aja, dia pasti lagi tidur-tidur an di rumah." Jawab Alana dengan tawa palsu di akhir kalimatnya.

"Tapi kayanya lo lagi nggak baik-baik aja? Ada masalah? Boleh kok kalo mau cerita sama kita." Linea menimpali

Alana tak yakin untuk bercerita tentang masalahnya, apalagi ada Linea, karena masalah yang ada dipikiran Alana bukan hanya tentang Naufal, tapi tentang pengakuan Ryan. Dia jadi semakin pusing memikirkan perasaan Linea kalau dia sampai tahu.

"Iya Na, nggak papa, cerita aja. Kali aja kita bisa bantu mikir solusi nya juga. Tentang kak Naufal? Lo berantem sama dia?" Raya mulai cerewet

Saat hendak bercerita, Alana melihat Ryan berjalan memasuki kantin bersama teman sekelasnya yang tidak Alana ketahui. Buru-buru Alana pamit kepada teman-temannya dan menyusul Ryan yang sedikit lagi sampai di meja kantin yang akan mereka tempati.

"Kak, aku mau ngomong" tanpa mendengar persetujuan dari Ryan, Alana menarik begitu saja lengan Ryan dan membawa kakaknya itu ke belakang gedung sekolah.

"Apa-apaan nih. Kamu jangan kurang ajar ya." Ucap Ryan lantang.

"Aku cuma mau tanya sesuatu, kakak nggak beneran jadiin Linea pelarian kan?" Alana was-was, dia menunggu jawaban Ryan dengan teliti.

"Aku udah bilang kan, aku cinta dan sayang sama dia, apalagi yang kamu takutin" Ryan terdengar enggan berbicara dengan Alana, terlihat dari nada bicaranya yang ingin segera mengakhiri pembicaraan mereka.

"Kak, aku mohon jangan benci aku, jangan ngehindar, cuma kakak yang aku punya sekarang, nenek udah semakin tua, kakak nggak sayang sama aku?" Alana sudah berkaca-kaca sekarang, dia benar-benar putus asa.

"Kalo soal mama sama papa, mereka meninggal murni karena kecelakaan kak, aku juga masih kecil waktu itu, aku nggak tau apa-apa." Lanjutnya

"Kalo kamu nggak ngajak mereka buat ke tempat yang mau kamu kunjungi, mungkin mereka masih sama kita sekarang, dan mungkin aku nggak akan pernah benci sama kamu, bahkan aku nggak akan punya perasaan sama kamu waktu itu." Ucap Naufal sarkas

"Udahlah, makin muak aku liat kamu." Setelah mengucapkan kalimat itu, dia pergi meninggalkan Alana yang menangis sesenggukan sendirian di belakang sekolah.




Tbc.

Mohon maaf baru update😁 aku lagi mabok visual seventeen (bukan seventeen yang lagunya kemarin ya) akhir-akhir ini😨

Oh ya, adakah dari kalian yang carat juga? Boleh komen hadir disini😂
Gimana kambeknya? Aku sih sesak napas liat mereka😨

Jangan lupa vote comment ya readers💜
Terima kasih💜

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang