Chapt.17| Keadaan Naufal (2 )

1.4K 104 0
                                    

Nggak pernah bosen buat selalu minta kritik saran dari kalian😁
Bantu cari typo juga ya readers😗

***

Bolehkah Alana egois? Bolehkah dia mengatakan bahwa dia rindu? Alana benar-benar ingin bertemu Naufal. Meminta maaf, dan mengetahui keadaan Naufal sekarang. Apakah Naufal istirahat dengan cukup? Apakah Naufal banyak memikirkan sesuatu? Alana harap tidak, karena itu akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan jantung serta otaknya.

Hari ini hari sabtu, sekolah yang menerapkan sistem fullday school akan libur pada hari sabtu dan minggu. Alana sedang menemani neneknya membeli kebutuhan untuk membuat kue di salah satu toko swalayan di dekat rumah Alana, namun pikiran Alana tertuju pada laki-laki yang akhir-akhir ini selalu Alana pikirkan dan Alana khawatirkan.

"Mau kasih pewarna apa nggak usah Na?" Neneknya berkata, mengembalikan fokus Alana pada wanita yang sudah berumur itu.

"Terserah nek, Alana suka semua." Jawab Alana seadanya.

Kemudian sang nenek memilih beberapa pewarna makanan dan memasukan pewarna coklat ke dalam keranjang belanjaan.

Saat sudah selesai mencari apa yang mereka butuhkan, mereka langsung menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka. Saat sedang mengantri di kasir, Alana melihat laki-laki yang sangat mirip dengan Naufal, walaupun laki-laki tersebut memakai tudung hoodie nya menutup kepala, namun dari postur tubuhnya, Alana yakin itu adalah Naufal.

Sayang sekali laki-laki itu berada di antrian paling depan, dan Alana berada pada barisan dua kebelakang. Tak mungkin Alana mengejar dia, dan meninggalkan sang nenek beserta barang belanjaannya. Dia tidak se tega itu. Hingga akhirnya, hanya penglihatan Alana yang mengikuti laki-laki itu hingga menghilang dari pandangan Alana.

***

"Ryan, tolong bawain belanjaan. Ada beras juga, Alana nggak kuat." Teriakan nenek Alana terdengar saat mereka berdua tiba di depan rumah, dan Alana masih di luar menunggu.

Setelahnya, Ryan datang dengan mengenakan kaos hitam bertuliskan 'muralis' pada bagian dada kanan. Tulisannya kecil, namun Alana dapat membaca dengan jelas karena tulisan itu berwarna cukup terang, kontras dengan kaosnya yang berwarna hitam polos.

Tanpa berkata apapun, Ryan membawa berasnya masuk dengan cara menggendongnya seperti bayi. Karena berasnya memang tidak terlalu banyak. Sedangkan Alana masih berdiri diluar menata plastik belanjaan agar mudah dibawa olehnya, setelahnya Alana berjalan masuk, meletakan sebentar plastik belanjaan di tangan kanan nya, lalu menutup pintu, kemudian melnjutkan langkahnya.

Ketika sampai di dapur, Alana mengeluarkan semua belanjaan dan menata nya di dalam lemari pendingin yang tidak terlalu besar itu.

"Na, kok Naufal udah nggak pernah kesini lagi? Kalian baik-baik aja kan?" Ucapan nenek Alana seketika mengehntikan kegiatan yang sedang Alana kerjakan.

Setelah menutup pintu lemari pendingin, Alana berbalik menatap sang nenek kemudian menjawab dengan tenang.

"Baik nek, mungkin kak Naufal lagi pengen sendiri."

"Kamu jangan sering-sering berantem sama dia Na, dia itu keliatannya aja bahagia, tapi nenek tahu di dalam dirinya, ada sisi lain yang mungkin kamu belum tahu. Jaga perasaan dia, hubungan kalian masih baru, mungkin menurut kamu, kamu sudah sangat mengenal bagaimana pribadi Naufal, tapi sebenarnya tidak. Berhati-hati lah jika berurusan dengan laki-laki." Nenek Alana menasehati yang di balas hanya dengan senyuman oleh Alana.

***

Sore hari, Alana memutuskan untuk jalan-jalan sekitar komplek, tujuannya kali ini adalah taman komplek yang cukup ramai jika weekend seperti ini.

ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang